BAB
I
PENDAHULUAN
1. LATAR
BELAKANG
Al-qur’an adalah
kitab suci yang paling fenomenal dan benar-benar tak ada keraguan padanya
(al-Qur’an). Kitab suci ini membuat orang-orang tercengang akan keindahannya,
tidak hanya dalam kalangan ummat islam akan tetapi ummat ummat lain juga
mengakui kehebatan al-Qur’an. Maka tidak heran sampai saat ini masih banyak
sekali yang ingin menggali rahasia-rahasia yang ada di balik al-Qur’an tersebut. Ada yang
mencoba mengkolaborasi dan melakukan eksplorasi
lewat perspektif keimanan, histories, bahasa dan sastra, pengkodifikasian,
kemu’jizatan, penafsiran serta telaah kepada huruf-hurufnya, adapula yang
mengkaji dari segi sosio-kultural dan heurmeuneutika dan lain sebagainya.
Salah satu pengkajian dan
sekaligus pembuktian kemukjizatan Al Qur’an adalah kajian terhadap kata-kata
pembuka dan kata-kata penutup Al Qur’an.Diketahui bahwa Al Qur’an terdiri dari
114 surat, ternyata diawali dengan beberapa macam pembukaan (fawatih al-suwar)
dan diakhiri dengan berbagai macam penutupan (khawatim al-suwar).
Memang banyak sekali ilmu yang dapat digali dari kitab suci ini. Diantara
beberapa hal yang sering dibahas dalam al-qur’an, huruf muqatha’ah adalah salah
satu pembahasan yang memiliki kontroversi di berbagai kalangan. Menurut
Watt, huruf-huruf yang terdiri dari huruf-huruf alphabet (hijaiyah) ini,
selain mandiri juga mengadung banyak misterius, karena sampai saat ini belum
ada pendapat yang dapat menjelaskan masalah itu secara memuaskan.
2. RUMUSAN
MASALAH
a. Apa
Pengertian Fawatih Wa Khawatim al-Suwar?
b. Bagaimana
Pembagian Fawatih Wa Khawatim al-Suwar?
c. Bagaimana
Urgensi Studi Fawatih Wa Khawatim al-Suwar?
d. Bagaimana Kontroversi Sekitar Huruf Muqatha’ah?
e. Apa Pendapat Ulama’ Tentang Fawatih Wa Khawatim al-Suwar?
3. TUJUAN
PENULISAN
a. Mengetahui
dan Memahami Pengertian Fawatih Wa Khawatim al-Suwar
b. Mengetahui
dan MemahamiPembagian Fawatih Wa Khawatim al-Suwar
c. Mengetahui
dan MemahamiStudi Fawatih Wa Khawatim al-Suwar
d. Mengetahui Kontroversi Sekitar Huruf Muqatha’ah
e. Mengetahui Pendapat Ulama’ Tentang Fawatih Wa Khawatim al-Suwar
BAB
II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN FAWATIH WA KHAWATIM
AL-SUWAR
a.
Pengertian Fawatih al-Suwar
Menurut bahasa “Fawatih” adalah bentuk jamak dari
kata “Fatihah” yang artinya pembukaan atau permulaan.Sedangkam “Al-Suwar”
adalah bentuk jamak dari kata “As-Surah” yang artinya sekumpulan
ayat-ayat Al-qur’an yang mempunyai awalan dan akhiran. Jadi “Fawatih
al-Suwar” diartikan dengan beberapa pembukaan dari surat-surat Al-qur’an
atau macam-macam awalan dari surat al-qur’an. Istilah Fawatih
al-Suwar (pembuka-pembuka surat) dalam al-Qur’an bisa disebut juga dengan Awail
al-Suwar ( permulaan-permulaan surat).
Menurut As-Suyuti
huruf al-Muqotha’ah (huruf yang terpotong-potong).Itulah yang disebut dengan
fawatih suwar.Dan tergolong dari ayat mutasyabih.Itulah
yang menyebabkan banyak telaah tafsir untuk mengungkapkan rahasia di dalamnya.[1]
Sedangkan menurut Dr.Shulhi as
Sholeh dalam kitabnya”Mabahits Fi Ulumil Qur’an”,fawatih suwar berbeda
dengan huruh muqotha’ah. Karena huruful muqotha’ah merupakan salah satu macam
fawatih suwar. Menurutnya seluruh surat-surat dalam Al-qur’an dibuka dengan
sepuluh macam pembukaan,dan salah satunya adalah huruf-huruf hijaiyah yang terputus.[2]
b.
Pengertian Khawatim al-Suwar
Istilah Khawatim
bentuk jamak dari Khatimah yang berarti penutup atau penghabisan.
Menurut bahasa Khawatim as-Suwar berarti penutup surah-surah al-Qur’an.
Sedangkan menurut istilah Khawatim as-Suwar adalah ungkapan yang menjadi
penutup dari surah-surah al-Qur’an yang memberi isyarat berakhirnya
pembicaraan.
Imam as-Suyuti
dalam membahas Khawatim as-Suwar tidak begitu
terperinci sebagaimana menerangkan Fawatih al-Suwar.[3]
2. PEMBAGIAN FAWATIH
WA KHAWATIM AL-SUWAR
a) Pembukaan
dengan pujian kepada Allah (al-Istiftah bi al-Tsana). Pujian kepada
Allah ada dua macam:
1) Memakai lafadz Hamdalah (الحَمدُ للّهِ), terdapat pada 5 surat, yakni al- Fatihah, al-An’am,
al-Kahfi, Saba’, Fathir.
2) Memakai
lafadz Tabaraaka (تبارك),
terdapat dalam surat al-Furqon dan al-Mulk.
b) Pembukaan
dengan huruf-huruf yang terputus-putus (al-Ahruf al-Muqatta’ah).
Pembukaan dengan huruf-huruf ini
terdapat dalam 28 surah dengan memakai 14 huruf tanpa diulang, yaitu: ا, ح, ر, س, ص, ط, ع, ق, ك, ل, م, ن, ه, ي dari rangkaian 14 huruf tersebut terdiri atas kelompok sebagai berikut:
1) Kelompok
sederhanayangterdiri satu
huruf, terdapat pada tiga surah, yaitu: ص (Shad); ق(Qaf); dan ن (al-Qalam).
2) Kelompok yang
terdiri dari dua huruf, terdapat pada sembilan surah, yaitu:حم (al-Mu’minun, as-Sajjadah,
az-Zukhruf, al-Dukhan, al-Jatsiyah dan al-Ahqaf); طس(an-Naml);يس (Yasin); dan طه (Thaha).
3) Kelompok yang
terdiri dari tiga huruf, terdapat pada 12 surah, yaitu: الم(al-Baqarah, ali Imran, ar-Rum,
Luqman dan Sajdah); الر
(Yunus, Hud, Ibrahim, Yusuf dan
al-Hajr); dan طسم(al-Qashash dan as-Syu’ara).
4) Kelompok yang terdiri dari empat huruf,
terdapat pada dua surah, yaitu: المر(ar-Ra’d) dan المص(al-A’raf).
5) Kelompok yang terdiri dari lima huruf,
terdapat pada dua surah, yaitu: كهيعص(Maryam) dan حم
عسق(as-Syura).
c) Pembukaan dengan panggilan (al- Istiftah
bi al-Nida) ada tiga macam terdapat pada sembilan surah sebagai berikut:
1) Panggilan untuk
Nabi pada surat al-Ahzab, at-Tahrim, at-Thalaq(يايهاالنبي)
, al-Muzammil (يايهاالمزمل)dan
al-Mudatstsir(يايهاالمدثر)
.
2) Nida untuk
orang-orang yang beriman pada surat al-Ma’idah, al-Hujjurat dan al-Mumtahanah(يايهاالذين امنوا) .
3) Nida untuk
orang-orang secara umum pada surat an-Nisa dan al-Hajj(يايهاالناس)
Adapun hikmah dan rahasia adanya
pembukaan surat-surat dengan nida’ yaitu untuk memberi perhatian dan
peringatan, baik bagi Nabi, umatnya, maupun untuk menjadi pedoman kehidupan
ini.
d) Pembukaan dengan kalimat berita (al-Jumlah
al-Khabariyah) ada dua macam, yaitu:
1) Kalimat Nomina
(al-Ismiyah),
terdapat pada sebelas surat, yaitu: at-Taubah, an-Nur, as-Zumar, Muhammad,
al-Fath, ar-Rahman, al-Haqqah, Nuh, al-Qadr, al-Qari’ah dan al-Kautsar.
2) Kalimat Verba (al-Fi’liyah), terdapat pada 12 surat, yaitu:
al-Anfal, an-Nahl, al-Qamar, al-Mu’minun, al-Anbiya, al-Mujadalah, al-Ma’arij,
al-Qiyamah, al-Balad, ‘Abasa, al-Bayyinah dan at-Takatsur.
e) Pembukaan dengan Sumpah (Qasam) ada dua macam,
yaitu:
1) Sumpah
dengan benda-benda angkasa, terdapat dalam 8 surat, yaitu: al-Shoffat, al-Najm,
al-Mursalat, al-Nazi’at, al-Buruj, al-Thariq, al-Fajr, dan al-Syams.
2) Sumpah
dengan benda-benda bawah (bumi), terdapat dalam 3 surat yaitu: al-Dzariyah,
al-Tin, dan al-‘Adiyat.
3) Sumpah
dengan waktu, terdapat dalam 3 surat yaitu:
al-Lail, al-Dhuha, dan al-‘Ashr.
Adapun hikmah dari fawatih al
suwar dengan sumpah ini, pertama, agar manusia meneladani sikap
bertanggung jawab; berbicara harus benar dan jujur dan berani berbicara untuk
menegakkan keadilan; kedua, agar dalam bersumpah manusia harus
senantiasa memakai nama-nama Allah bukan selain-Nya; ketiga, digunakannya
beberapa benda sebagai sumpah Allah dimaksudkan agar benda-benda itu
diperhatikan manusia dalam rangka mendekatkan diri keapda Allah, karena pada dasarnya,
benda-benda itu ciptaan Allah.[5]
f) Pembukaan dengan Syarat, ada dua macam
di gunakan dalam tujuh surat, yaitu: at-Takwir, al-Infithar, al-Insyiqaq,
al-Waqi’ah, al-Munafiqun, al-Zalzalah dan an-Nashr.
g) Pembukaan dengan kata kerja perintah,
ada enam kata kerja perintah yang menjadi pembukaan surah-surah al-Qur’an,
yaitu: al-‘Alaq, Jin, al-Kafirun, al-Ikhlas, al-Falaq dan an-Nas.
h) Pembukaan
dengan pertanyaan, ada dua bentuk yaitu:
1) Pertanyaan
positif, digunakan dalam empat surah, yaitu: ad-Dahr, an-Naba, al-Ghosyiyah dan
al-Ma’un.
2) Pertanyaan
negatif, hanya terdapat pada dua surah, yaitu: al-Insyirah dan al-Fil.
i)
Pembukaan
dengan do’a
1)
Do’a atau harapan yang berbentuk kata benda, terdapat dalam QS. al-Muthafifin
dan QS. al-Humazah.
2)
Do’a atau harapan yang berbentuk kata kerja, terdapat dalam QS. al-Lahab.
a) Penutup surat dengan do’a. Do’a ini menjadi
penutupan dari 4 surat, yaitu al-Baqarah, al-Mukminun, Nuh, dan al-Falaq.
b) Penutupan dengan wasiat. Penutupan
dengan wasiat ini ada dalam 7 surat, yaitu ar-Rum, al-Dukhan, al-Shoff,
al-A’la, al-Fajr, al-Dhuha, dan al-‘Ashr.
c) Penutupan dengan perintah/masalah
taqwa. Penutupan ini ada dalam 3 surat, yaitu Ali Imran, al-Nahl, dan al-Qomar.
d) Penutupan dengan keterangan soal faraidh,
hanya ada dalam satu surat saja, yakni: al-Nisa’.
e) Penutupan dengan Ta’dhim kepada
Allah swt. banyak sekali surat-surat yang ditutup dengan ta’dhim, yaitu ada 18
surat sebagai berikut: al-Maidah, al-Anfal, al-Anbiya’, al-Nur, Luqman, Fathir,
Fusshilat, al-Hujurat, al-Hadid, al-Hasyr, al-Jumu’ah, al-Munafiqun,
al-Taghobun, al-Thalaq, al-Jinn, al-Muddatsir, al-Qiyamah, dan Qal-Tin.
f) Penutupan dengan janji dan ancaman. Penutupan
surat dengan janji dan ancaman ini adalah yang paling banyak, yakni dalam 24
surat sebagai berikut: al-An’am, al-Furqan, al-Ankabut, al-Ahzab, al-Mukmin,
al-Ahqaf, Muhammad, al-Fath, al-Dzariyat, al-Mujadalah, al-Muzammil, al-Insan,
al-Muthaffifin, al-Insyiqaq, al-Thariq, al-Ghasyiyah, al-Balad, al-Syams,
al-Bayyinah, al-Zalzalah,. al-‘Adiyat,
al-Humazah, al-Ma’un, dan al-Lahab.
g) Penutupan dengan anjuran ibadah dan
tasbih. Anjuran bertasbih ini menjadi akhiran dari 6 surat, yaitu: al-A’raf,
Hud, al-Hijr, al-Thur, al-Najm, dan al-‘Alaq.
h) Penutupan dengan hiburan bagi Nabi
Muhammad saw. Nabi dihibur Allah di akhir 4 surat, yaitu Yunus, al-Zukhruf,
al-Kautsar, dan al-Kafirun.
i)
Penutupan dengan sifat-sifat al-Quran. Sifat-sifat al-quran
ini dipakai sebagai penutupan 4 surat, yaitu Yusuf, Shaad, al-Qalam, dan
al-Buruj.
j)
Penutupan dnegan bantahan, hanya terdapat dalam satu surat ,
yakni al-Ra’d.
k) Penutupan dnegan ketauhidan,
penutupan dnegan ketauhidan ini terdapat di akhiran 7 surat, yaitu al-Taubah,
Ibrahim, al-Kahfi, al-Qashash, al-Lail, al-Insyirah, dan al-Ikhlash.
l)
Penutupan dengan tahmid/pujian, terdapat di akhir 10 surat
al-quran, yaitu al-Isra, al-Naml, Yasin al-Shaffat, al-Zumr, al-Jaatsiyah,
al-Rahman, al-Waqi’ah, al-Haaqqah, dan al-Nashr.
m) Penutupan dengan kisah, kisah
menjadi penutup 4 surat al-qur’an, yaitu Maryam, al-tahrim, ‘Abasa, dan QS.
al-Fiil.
n) Penutupan dengan anjuran jihad,
hanya terdapat di akhir satu surat, yakni al-Hajj.
o) Penutupan dengan perincian maksud.
Ada 7 surat yang diberi penutupan berupa perincian terhadap maksud ayat yang
sebelumnya, yaitu al-Fatihah, al-Syura, al-Takwir, al-Qadar, al-Qari’ah, al-Quraisy, dan al-Nas.
p) Penutupan dengan pertanyaan, ada di akhir 2
surat, yakni: al-Mulk dan al-Mursalat.
q) Penutupan dengan keterangan hari
kiamat, ini dijadikan penutup bagi 4 surat, yaitu: al-Ma’arij, al-Naba’,
al-Nazi’at, dan al-Infithar.
r) Penutupan dengan peringatan. Ada 7 surat yang
ditutup dengan peringatan, yaitu Thaha, al-Syuara, al-Sajadah, Saba’, Qaaf,
al-Mumtahanah, dan al-Takatsur.
3. URGENSI
STUDI FAWATIH WA KHAWATIM AL-SUWAR
Tujuan studi
fawatih wa khawatim al-suwar tidak
terlepas dari konteks
penafsiran al-Qur’an. Diantara urgensi mengkaji fawatih al-suwar wa
khawatimuha adalah sebagai berikut:[8]
1. Sebagai Tanbih
(peringatan) untuk nabi dan umatnya serta dapat menjadi pedoman
bagi kehidapan ini.
2. Sebagai pengetahuan bagi
kita yang senantiasa
mengkajinya bahwa dalam fawatih al-suwar wa khawatimuha
banyak sekali hal-hal yang
mengandung rahasia-rahasia
Allah yang kita tidak dapat
mengetahuinya,
3.
Sebagai
motivasi untuk selalu mancari ilmu dan mendekatkan diri kepada Allah swt. Untuk menghilangkan keraguan
terhadap al-Qur’an terutama bagi kaum muslimin yang masih lemah imannya karena
sangat mudah terpengaruh oleh
perkataan musuh-musuh islam yang
mengatakan bahwa al-qur’an itu adalah buatan Muhammad. Dengan mengkaji fawatih
al-suwar wakhawatimuha kita akan merasakan keindahan bahasa al-Qur’an
itu sendiri bahwa al-Qur’an itu datang
dari Allah swt.
4.
KONTROVERSI
SEKITAR HURUF MUQATHA’AH
Dalam al-Qur’an terdapat 29 surat yang diawali dengan huruf-huruf
muqatha’ah,yaitu huruf-huruf yang membentuk sebuah kalimat yang tidak bisa diartikan
dan dipahami, namun huruf–huruf ini merupakan rahasia dari rahasia-rahasia yang
terkandung dalam al-qur’an yang hanya Allah yang tahu.
Para mufassir berbeda pendapat tentang pengertian dari huruf-huruf
muqatha’ah dalam al-qur’an al karim seperti dalam tafsir ibnu katsir bahwa para
mufassir berbeda pendapat dalam arti huruf muqatha’ah, huruf muqatha’ah
merupakan yang termasuk rahasia dari ilmu Allah dan hanyalah Allah yang tahu
akan hakikat tersebut,begitu juga pendapat tersebut tertulis dalam kitab
aysar tafasir.
Adapun dalam tafsir al-Mizan disebutkan 11 pendapat para mufassir tentang
huruf muqatha’ah yang dinukilkan dari Thabari dalam Majma’ul Bayan, dan berikut
poin-poin penting tentang pendapat para mufassir: ia merupakan mutasyabihaat
(yang tidak diketahu artinya) dan tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah
SWT. Merupakan
nama dari surat yang jatuh padanya huruf tersebut, seperti “Alif Lam Mim”, maka
ia merupakan nama lain dari surat al-Baqarah. Ia merupakan nama dari nama-nama
Al-Qur’an secara keseluruhan. Ia merupakan nama dari nama-nama Allah. Ia
merupakan nama-nama Allah yang
terpotong,dan akan menjadi nama Allah jika digabung,seperti Alif Lam Ra’, Ha Mim, Nun, maka akan menjadi Ar-rahman
seperti diriwayatkan dari Sa’id Ibnu Jabir.
dalam al-Amtsal diriwayatkan hadits dari imam Husain as: “para kaum kafir quraisy dan yahudi tidak mempercayai Al-qur’an dan meeka berkata ‘ini merupakan sihir’ maka Allah berfirman :”alif lam mim….dst, (dalam
dalam al-Amtsal diriwayatkan hadits dari imam Husain as: “para kaum kafir quraisy dan yahudi tidak mempercayai Al-qur’an dan meeka berkata ‘ini merupakan sihir’ maka Allah berfirman :”alif lam mim….dst, (dalam
surat
al-baqarah)dan wahai Muhammad ini merupakan kitab yang aku turunkan padamu
ialah huruf muqatha’ah yaitu alif, lam, mim.dan merupakan huruf-huruh dari
bahsa kalian,maka datangkanlah yang seperti itu jika kalian benar”. Huruf
muqatha’ah yang terdapat diawal surat maryam didalam al-amstal disebutkan bahwa
huruf-huruf muqatha’ah tersebut mengandung arti nama dari nama Allah yaitu kaf
(kafii) berarti maha mencukupi ha’ (hādi) berarti petunjuk ya’ (waliy) ‘ain
(alīm) berarti maha mengetahui dan shad (shadiqul wa’di) berarti maha menepati janji.
Namun sebagian mufassir menafsirkan huruf-huruf ini pada peristiwa yang menimpa Al-husain as di karbala dengan pengertian ha’ berarti halaka itrah annabiy musibah agung yang menimpa keluarga nabi SAW, ya’ berarti yazid,pemerintah dhalim yang berkuasa di zaman al-husain,’ain berarti athasy, kehausan yang menimpa Al-husain dan keluarganya di karbala, shad berarti shabar, kesabaran yang sangat agung Al-husain, keluarganya dan sahabatnya demi menegakkan islam yang dibawa rasulullah SAW. Huruf muqatha’ah ada pada awal surat,dan setelahnya sebagian banyak menerangkan keagungan Al-qur’an, dan hal ini menunjukkan bahwa huruf tersebut sebagai bukti dari keagungan al-qur’an sebagai mukjizat sepanjang zaman,dan tak ada yang mampu menandinginya.
Namun sebagian mufassir menafsirkan huruf-huruf ini pada peristiwa yang menimpa Al-husain as di karbala dengan pengertian ha’ berarti halaka itrah annabiy musibah agung yang menimpa keluarga nabi SAW, ya’ berarti yazid,pemerintah dhalim yang berkuasa di zaman al-husain,’ain berarti athasy, kehausan yang menimpa Al-husain dan keluarganya di karbala, shad berarti shabar, kesabaran yang sangat agung Al-husain, keluarganya dan sahabatnya demi menegakkan islam yang dibawa rasulullah SAW. Huruf muqatha’ah ada pada awal surat,dan setelahnya sebagian banyak menerangkan keagungan Al-qur’an, dan hal ini menunjukkan bahwa huruf tersebut sebagai bukti dari keagungan al-qur’an sebagai mukjizat sepanjang zaman,dan tak ada yang mampu menandinginya.
5.
PENDAPAT ULAMA’ TENTANG FAWATIH WA KHAWATIM AL-SUWAR
a.
Pendapat
ulama’ tentang fawatih
al-suwar
Dari beberapa pembahasan sebelumnya,
terlihat bahwa fawatih al-suwar ada 29
macam, yaitu terdiri dari 13 bentuk. Adapun huruf-huruf yang paling sering
digunakan secara berurutan ialah : alif, lam, mim, ha (ringan), ra, sin, tha,
shad, ha (berat), ya. ‘ain, qaf, nun. Huruf-huruf yang tidak disebutkan
semuanya berjumlah 14.Jadi, itu berarti separuh jumlah huruf hijaiyah
(alfabet).
Fawatih al-suwar ini menjadi bukti
kepada bangsa Arab, bahwa Al-qur’an diturunkan dengan menggunakan
huruf-huruf yang mereka ketahui atau
dalam fawatih al-suwar mereka kenal. Ini juga merupakan teguran keras sekaligus
pembuktian bahwa tidak ada yang mampu membuat semisal Al-qur’an.[9]
Kajian tentang fawatih al-suwar telah
dikembangkan oleh ahli tafsir terdahulu seperti Zamakhsyari.Kemudian diikuti
oleh Baidhawi demikian pula Ibnu taimiyyah dan muridnya yang bernama Al-Hafidz
Al-Mizi.
Apabila kita mengklasifikasikan
huruf-huruf yang terdapat dalam fawatih al-suwar, maka akan kita temukan :
a. Golongan
huruf halq (yang suaranya keluar dari kerongkongan)
b. Golongan
huruf mahmusah (yang suaranya seperti bisikan)
c. Golongan
huruf mahjurah ( yang suaranya dikeraskan), ialah hamzah, miim,lam, ‘ain,thaa,
qhaf, ya, nun
d. Golongan
huruf syafahi (suaranya dibibir ) yaitu mim
e. Golongan
huruf qalqalah (suaranya bergerak apabila dimatikan) yaitu qaf dan tha.
Dalam menyikapi ayat-ayat mutasyabihat yang terletak
pada awal surah, para ulama’ salaf berpendapat bahwa ayat-ayat tersebut telah
tersusun sejak azali sedemikian rupa, melengkapi segala yang melemahkan manusia
dari mendatangkan yang seperti Al-qur’an.[10]
Karena kehati-hatian, mereka tidak berani
menafsirkan maupun memberikan pendapat mengenai huruf-huruf tersebut
karena mereka percaya dan meyakini bahwa
Allah sendirilah yang mengetahui tafsir dari huruf-huruf tersebut. Hal ini
menjadi suatu kewajaran yang berlaku bagi ulama’ salaf karena mereka dalam hal
theology pun menolak terjun dalam pembahasan tentang hal-hal yang ssuci seperti
ungkapannya, ‘istiwa Allah adalah cukup diketahui, hal ini harus kita percayai,
mempersoalkan hal itu adalah bid’ah. [11]
Sebagaiana yang dikatakan oleh Asy-Sya’bi yang
dikutip oleh Subhi Solih menyatakan : “ huruf awalan itu adalah rahasia
Al-qur’an”.[12]
Hal ini diperjelas dengan perkataan Ali bin Abi Thalib :
ان لكل كتاب صفوة صفوة هذا الكتاب
حروف التهجي
"Sesungguhnya
bagi tiap-tiap kitab ada saripatinya. Saripati al-Qur’an ini ialah huruf-huruf
hijaiyah".
Abu Bakar Ash-Shiddiq pernah berkata :
فى كل كتاب سروسرة فى القران أو ائل
اسور
"Di
tiap-tiap kitab ada rahasianya. Rahasia
dalam al-Qur’an ialah permulaan-permulaan surah."
Ahli-ahli hadis menukilkan
dari Ibnu Mas’ud dan empat Khulafaur rasyidin mereka berpendapat : huruf-huruf
awalan yang sesungguhnya adalah ilmu yang tertutup dan mengandung rahasia yang
terselubung yang dikhususkan Allah.
Kajian-kajian tentang Al-qur’an telah
berkembang sejalan dengan munculnya ilmu-ilmu tafsir dan ulumul qur’an, yang
disponsori oleh para mufassir, sehingga corak penafsiran suatu ayat bisa jadi berbeda satu dengan yang lain.
Hal ini menunjukkan bahwa apabila Al-qur’an digali lebih dalam lagi, maka
Al-qur’an itu akan semakin hidup.
Untuk lebih jelasnya, kita akan melihat
pendapat atau penafsiran para mufassir tentang fawatih al-suwar, diantaranya
adalah:
-
Mufassir dari
kalangan tasawuf
Ulama’
tasawuf berpendapat bahwa fawatih al-suwar adalah huruf-huruf yang
terpotong-potong yang masing-masing
diambil dari nama Allah atau yang setiap hurufnya merupakan pengganti dari
suatu kalimat yang berhubungan dengan sesudahnya, atau huruf itu menunjuk
kepada maksud yang dikandung oleh surah yang diawali dengan huruf-huruf
terpotong-potong itu.
Misalnya apa yang dikemukakan oleh Ibnu
abbas (w.65 H) mengenai makna kaf , ha,
ya, ‘ain, shad. Huruf kaf (ك)berasal dari
kata karim ( Maha Penyantun), huruf ha (ه) berasal dari kata hadin (Maha Penuntun),
ya (ي)berasal
dari kata hakim, ’ain (ع ) berasal dari kata ‘alim (Maha Mengetahui), shad (ص)berasal dari kata shadiq
(tidak berdusta). Mengenai tiga huruf awal alif lam ra, Ibnu Abbas
mentakwilkannya dengan annallahu araa (Aku Allah mengetahui). Empat huruf
awalan alif lam mim shad ditakwilkan أنا اللة
أفصل(Aku adalah Allah yang
memutuskan). Selain itu ada juga orang mentakwilkan tiga huruf awalan tha sin
mim dengan thursina wa Musa (bukit Thursina dan Musa), karena dua buah surah
yang masing-masing diawali dengan tiga huruf tersebut mengetengahkan kisah nabi
yang menerima Taurat (Musa) di bukit Thursina.
-
Mufassir
orientalis
Pendapat
yang paling jauh menyimpang dari kebenaran adalah dari seorang orientalis yang
bernama Noldeke, yang kemudian dikoreksi, bahwa awalan surah itu tidak lain
adalah huruf depan dan huruf belakang dari nama para sahabat nabi. Misalnya,
huruf sin adalah nama sa’ad bin abi waqash, mim adalah huruf depan dari nama
al-mughirah, huruf nun adalah huruf akhir dari nama usman bin affan,dan
lain-lain.
-
Al-Khuwaibi
Al-Khuwaibi
mengatakan bahwa kalimat-kalimat itu merupakan tanbih bagi Nabi. Mungkin ada
suatu waktu Nabi berada dalam keadaan sibuk dan lain sebagainya.
-
Rasyid Ridha
Ungkapan
Rasyid ridha, sedikit berbeda dengan yang dikemukakan oleh Al-Khuwaibi.Rasyid
ridha berpendapat bahwa tanbih yang dimaksud diatas adalah dihadapkan kepada
orang-orang musyrik di Mekah, kemudian kepada ahli kitab Madinah.
-
Mufassir dari
kalangan Syi’ah
Kelompok
syi’ah berpendapat jika huruf-huruf awalan itu dikumpulkan setelah dihapus
ulangannya maka akan berarti صراط علي على حق “jalan Ali adalah kebenaran yang kita
pegang teguh”. Pentakwilan itu kemudian dijawab oleh kelompok Ahlu Sunnah, dan
jawabannya berdasarkan pengertian yang mereka peroleh dari huruf-huruf awalan
itu yang juga apabila dihapus ulangannya, dengan mengatakan “ benarlah jalanmu
bersama kaum Ahli Sunnah”.
Dari
pendapat para ahli tentang fawatih al-suwar, dapat dilihat bahwa pentakwilan
sebuah ayat sangat banyak macamnya.Hal ini bisa jadi berdasarkan pendidikan dan
ilmu-ilmu yang dimilikinya serta kecenderungan mereka mengkaji Al-qur’an secara
lebih luas.Pada prinsipnya, tidak menutup kemungkinan bagi mereka, mufassir,
untuk melahirkan sebuah tafsir yang dilandaskan dengan ilmu yang mendukung dan
memadai bagi seorang mufassir.
b. Pendapat Ulama’
Tentang Khawatim
al-Suwar
Imam al-Suyuthi dalam mmbahas khawatim al-suwar tidak
begitu terprinci sebagaimana beliau menerangkan fawatih al-suwar.ia mnrangkan
beberapa bentuk term sebagai penutup dari surah-surah tersebut. Di situ
diterangkan bahwa penutup surah diantaranya berupa doa, wasiat,
fara’idh,tahmid, tahlil, nasihat-nasihat, janji, ancaman dan lain-lain.
BAB
III
PENUTUP
1.
KESIMPULAN
Fawatih dan kahawatim al-suwar adalah pembahasan mengenai fawatih al-suwar yakni pembukaan
surah dan khawatim al-suwar yaitu penutupan surah.
Dari segi bahasa fawatih al-suwar
berarti pembukaan-pembukaan surah,dikarenakan posisinya berada diawal surah.
Apabila surah diawalai dengan huruf-huruf
hijaiyah, biasanya huruf tersebut cenderung “menyendiri” yaitu tidak
membentuk suatu kalimat.
Khawatim
al-suwar adalah penutupan-penutupan surah. Khawatim adalah ungkapan yang
menandai berakhirnya suatu pembicaraan, sehingga mendorong untuk mengetahui apa
pembicaraan selanjutnya.
Dalam fawatih
al-suwar terdapat huruf muqatha’ah yang
masih menjadi kontroversi hingga saat ini. Jadi pendapat ulama’ disimpulkan
menjaditiga kelompok. Pertama, menyatakan bahwa huruf muqatha’ah pada permulaan
surat, merupakan ayat-ayat mutasyabih yang bentuknya mujmal, karena apabila
diperhatikan maka akan didapati bahwa awalan surah itu terdiri dari satu sampai
lima huruf. Kedua,ada ulama’ yang berpendapat bahwa huruf yang berada diawal
surah itu merupakan ayat-ayat zhanni. Ketiga, Ibnu Hazm menyatakan bahwa
seluruh ayat Al-qur’an itu muhkamat kecuali ayat-ayat muqatha’ah.
Dalam konteks
dialogis Allah menurunkan ayat-ayat al-qur’an dengan menggunakan bahasa yang
dipahami oleh masyarakat Mekah. Di satu sisi, hal ini menjadi kebanggan ummat
Islam, dan di sisi lain menjadi bukti kemahakuasaan Allah untuk melemahkan
mereka yang berkeinginan menciptakan atau membuat ayat-ayat seperti Al-qur’an.
2. SARAN
Penulis menyadari
bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan ilmu yang penulis
miliki. Penulis menerima bimbingan, saran serta kritik dari semua pihak yang
membaca makalah ini yang bersifat membangun dan konstruktif demi perbaikan
makalah ini agar lebih sempurna di kemudian hari.
DAFTAR
PUSTAKA
Anwar, Abu.Ulumul Qur’an Sebuah Pengantar. Pekanbaru:Amzah.2005
Anwar, Rosihon. Ulumul Qur’an
. Bandung: Pustaka Setia. 2008
Djalal, Abdul. Ulumul Qur’an. Surabaya:
Dunia Ilmu. 2000
Hermawan, Acep. Ulumul Qur’an. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset. 2011
Soleh, Subhi. Membahas Ilmu-Ilmu
Alquran. Jakarta:Pustaka Firdaus. 1995
Ash-Shiddiqi, Hasbi. Ilmu-Ilmu Alquran. Jakarta : Bulan Bintang.
1988
Ali, Mukti. Memahami Beberapa Aspek Ajaran Islam. Yogyakarta:
Mizan. 1993
[1] Rosihon Anwar, Ulumul Qur’an (Bandung: Pustaka Setia,
2008), hlm. 129.
[4]Acep Hermawan, Ulumul Qur’an, hlm. 102-105
[6] Abdul Djalal, Ulumul
Qur’an, hlm. 192-198.
[7]
Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, hlm. 209-236
[8]
Rosihon Anwar, Ulumu Qur’an, hlm. 134.
[9]
Subhi Soleh, Membahas Ilmu-Ilmu Alquran, (Jakarta:Pustaka Firdaus, 1995),
hlm.304
[10]
M.Hasbi Ash-Shiddiqi, Ilmu-Ilmu Alquran, (Jakarta : Bulan Bintang, 1988),
hlm.127
[11]
H.A.Mukti Ali, Memahami Beberapa Aspek Ajran Islam, (Yogyakarta: Mizan, 1993),
hlm.27
Assalamualaikum,,izin copy yaa ustadz untuk di pelajari, jika berkenan sharing ilmunya boleh di kirim ke email ana
BalasHapushuseinmatar01@gmail.com
Bagus boleh di copy dan di pelajari ya PAK Ustadz
BalasHapusAssalamu'alaikum ustadz,mohon izin linknya saya download ustadz agar bisa dipelajari dan di sharing
BalasHapusAssallammualaikum, jazakumullah khairan. Mohon izin mengutip dan sharing untuk bisa dipelajari
BalasHapusASSAMUALIKUM izin mengutip dan share
BalasHapus