Rabu, 13 Mei 2015

ULUMUL QUR’AN : FAWATIH WA KHAWATIM AL-SUWAR



BAB I
PENDAHULUAN

1.      LATAR BELAKANG

Al-qur’an adalah kitab suci yang paling fenomenal dan benar-benar tak ada keraguan padanya (al-Qur’an). Kitab suci ini membuat orang-orang tercengang akan keindahannya, tidak hanya dalam kalangan ummat islam akan tetapi ummat ummat lain juga mengakui kehebatan al-Qur’an. Maka tidak heran sampai saat ini masih banyak sekali yang ingin menggali rahasia-rahasia yang ada di balik al-Qur’an tersebut. Ada yang mencoba mengkolaborasi dan melakukan eksplorasi lewat perspektif keimanan, histories, bahasa dan sastra, pengkodifikasian, kemu’jizatan, penafsiran serta telaah kepada huruf-hurufnya, adapula yang mengkaji dari segi sosio-kultural dan heurmeuneutika dan lain sebagainya.

Salah satu pengkajian dan sekaligus pembuktian kemukjizatan Al Qur’an adalah kajian terhadap kata-kata pembuka dan kata-kata penutup Al Qur’an.Diketahui bahwa Al Qur’an terdiri dari 114 surat, ternyata diawali dengan beberapa macam pembukaan (fawatih al-suwar) dan diakhiri dengan berbagai macam penutupan (khawatim al-suwar).
Memang banyak sekali ilmu yang dapat digali dari kitab suci ini. Diantara beberapa hal yang sering dibahas dalam al-qur’an, huruf muqatha’ah adalah salah satu pembahasan yang memiliki kontroversi di berbagai kalangan. Menurut Watt, huruf-huruf yang terdiri dari huruf-huruf alphabet (hijaiyah) ini, selain mandiri juga mengadung banyak misterius, karena sampai saat ini belum ada pendapat yang dapat menjelaskan masalah itu secara memuaskan.
2.      RUMUSAN MASALAH
a.       Apa Pengertian Fawatih Wa Khawatim al-Suwar?
b.      Bagaimana Pembagian Fawatih Wa Khawatim al-Suwar?
c.       Bagaimana Urgensi Studi Fawatih Wa Khawatim al-Suwar?
d.      Bagaimana Kontroversi Sekitar Huruf Muqatha’ah?
e.       Apa Pendapat Ulama’ Tentang Fawatih Wa Khawatim al-Suwar?

3.      TUJUAN PENULISAN
a.       Mengetahui dan Memahami Pengertian Fawatih Wa Khawatim al-Suwar
b.      Mengetahui dan MemahamiPembagian Fawatih Wa Khawatim al-Suwar
c.       Mengetahui dan MemahamiStudi Fawatih Wa Khawatim al-Suwar
d.      Mengetahui Kontroversi Sekitar Huruf Muqatha’ah
e.       Mengetahui Pendapat Ulama’ Tentang Fawatih Wa Khawatim al-Suwar










BAB II
PEMBAHASAN

1.      PENGERTIAN FAWATIH WA KHAWATIM AL-SUWAR
a.       Pengertian Fawatih al-Suwar
Menurut bahasa “Fawatih” adalah bentuk jamak dari kata “Fatihah” yang artinya pembukaan atau permulaan.Sedangkam “Al-Suwar” adalah bentuk jamak dari kata “As-Surah” yang artinya sekumpulan ayat-ayat Al-qur’an yang mempunyai awalan dan akhiran. Jadi “Fawatih al-Suwar” diartikan dengan beberapa pembukaan dari surat-surat Al-qur’an atau macam-macam awalan dari surat al-qur’an. Istilah Fawatih al-Suwar (pembuka-pembuka surat) dalam al-Qur’an bisa disebut juga dengan Awail al-Suwar ( permulaan-permulaan surat).
Menurut As-Suyuti huruf al-Muqotha’ah (huruf yang terpotong-potong).Itulah yang disebut dengan fawatih suwar.Dan tergolong dari ayat mutasyabih.Itulah yang menyebabkan banyak telaah tafsir untuk mengungkapkan rahasia di dalamnya.[1]
Sedangkan menurut Dr.Shulhi as Sholeh dalam kitabnya”Mabahits Fi Ulumil Qur’an”,fawatih suwar berbeda dengan huruh muqotha’ah. Karena huruful muqotha’ah merupakan salah satu macam fawatih suwar. Menurutnya seluruh surat-surat dalam Al-qur’an dibuka dengan sepuluh macam pembukaan,dan salah satunya adalah huruf-huruf hijaiyah yang terputus.[2]



b.      Pengertian Khawatim al-Suwar
Istilah Khawatim bentuk jamak dari Khatimah yang berarti penutup atau penghabisan. Menurut bahasa Khawatim as-Suwar berarti penutup surah-surah al-Qur’an. Sedangkan menurut istilah Khawatim as-Suwar adalah ungkapan yang menjadi penutup dari surah-surah al-Qur’an yang memberi isyarat berakhirnya pembicaraan.
Imam as-Suyuti dalam  membahas Khawatim as-Suwar tidak begitu terperinci sebagaimana menerangkan Fawatih al-Suwar.[3]

2.      PEMBAGIAN FAWATIH WA KHAWATIM AL-SUWAR
a.       Macam-Macam Fawatih al-Suwar [4]
a) Pembukaan dengan pujian kepada Allah (al-Istiftah bi al-Tsana). Pujian kepada Allah ada dua macam:
1)  Memakai lafadz Hamdalah (الحَمدُ للّهِ), terdapat pada 5 surat, yakni al- Fatihah, al-An’am, al-Kahfi, Saba’, Fathir.
2) Memakai lafadz Tabaraaka (تبارك), terdapat dalam surat al-Furqon dan al-Mulk.

b) Pembukaan dengan huruf-huruf yang terputus-putus (al-Ahruf al-Muqatta’ah). Pembukaan dengan huruf-huruf  ini terdapat dalam 28 surah dengan memakai 14 huruf tanpa diulang, yaitu: ا, ح, ر, س, ص, ط, ع, ق, ك, ل, م, ن, ه, ي dari rangkaian 14 huruf tersebut terdiri atas kelompok sebagai berikut:
1Kelompok sederhanayangterdiri satu huruf, terdapat pada tiga surah, yaitu: ص (Shad);  ق(Qaf); dan ن (al-Qalam).
2) Kelompok yang terdiri dari dua huruf, terdapat pada sembilan surah, yaitu:حم  (al-Mu’minun, as-Sajjadah, az-Zukhruf, al-Dukhan, al-Jatsiyah dan al-Ahqaf);  طس(an-Naml);يس (Yasin); dan طه (Thaha).
3) Kelompok yang terdiri dari tiga huruf, terdapat pada 12 surah, yaitu:  الم(al-Baqarah, ali Imran, ar-Rum, Luqman dan Sajdah);  الر (Yunus, Hud, Ibrahim, Yusuf dan al-Hajr); dan  طسم(al-Qashash dan as-Syu’ara).
4) Kelompok yang terdiri dari empat huruf, terdapat pada dua surah, yaitu:  المر(ar-Ra’d) dan  المص(al-A’raf).
5) Kelompok yang terdiri dari lima huruf, terdapat pada dua surah, yaitu:  كهيعص(Maryam) dan  حم عسق(as-Syura).

c) Pembukaan dengan panggilan (al- Istiftah bi al-Nida) ada tiga macam terdapat pada sembilan surah sebagai berikut:
1) Panggilan untuk Nabi pada surat al-Ahzab, at-Tahrim, at-Thalaq(يايهاالنبي)   , al-Muzammil  (يايهاالمزمل)dan al-Mudatstsir(يايهاالمدثر)  .
2) Nida untuk orang-orang yang beriman pada surat al-Ma’idah, al-Hujjurat dan al-Mumtahanah(يايهاالذين امنوا)   .
3) Nida untuk orang-orang secara umum pada surat an-Nisa dan al-Hajj(يايهاالناس) 
Adapun hikmah dan rahasia adanya pembukaan surat-surat dengan nida’ yaitu untuk memberi perhatian dan peringatan, baik bagi Nabi, umatnya, maupun untuk menjadi pedoman kehidupan ini.

d) Pembukaan dengan kalimat berita (al-Jumlah al-Khabariyah) ada dua macam, yaitu:
1) Kalimat Nomina (al-Ismiyah), terdapat pada sebelas surat, yaitu: at-Taubah, an-Nur, as-Zumar, Muhammad, al-Fath, ar-Rahman, al-Haqqah, Nuh, al-Qadr, al-Qari’ah dan al-Kautsar.
2) Kalimat Verba (al-Fi’liyah), terdapat pada 12 surat, yaitu: al-Anfal, an-Nahl, al-Qamar, al-Mu’minun, al-Anbiya, al-Mujadalah, al-Ma’arij, al-Qiyamah, al-Balad, ‘Abasa, al-Bayyinah dan at-Takatsur.

e) Pembukaan dengan Sumpah (Qasam) ada dua macam, yaitu:
1) Sumpah dengan benda-benda angkasa, terdapat dalam 8 surat, yaitu: al-Shoffat, al-Najm, al-Mursalat, al-Nazi’at, al-Buruj, al-Thariq, al-Fajr, dan al-Syams.
2) Sumpah dengan benda-benda bawah (bumi), terdapat dalam 3 surat yaitu: al-Dzariyah, al-Tin, dan al-‘Adiyat.
3) Sumpah dengan waktu, terdapat dalam 3 surat yaitu:  al-Lail, al-Dhuha, dan al-‘Ashr.
Adapun hikmah dari fawatih al suwar dengan sumpah ini, pertama, agar manusia meneladani sikap bertanggung jawab; berbicara harus benar dan jujur dan berani berbicara untuk menegakkan keadilan; kedua, agar dalam bersumpah manusia harus senantiasa memakai nama-nama Allah bukan selain-Nya; ketiga, digunakannya beberapa benda sebagai sumpah Allah dimaksudkan agar benda-benda itu diperhatikan manusia dalam rangka mendekatkan diri keapda Allah, karena pada dasarnya, benda-benda itu ciptaan Allah.[5]

f) Pembukaan dengan Syarat, ada dua macam di gunakan dalam tujuh surat, yaitu: at-Takwir, al-Infithar, al-Insyiqaq, al-Waqi’ah, al-Munafiqun, al-Zalzalah dan an-Nashr.

g) Pembukaan dengan kata kerja perintah, ada enam kata kerja perintah yang menjadi pembukaan surah-surah al-Qur’an, yaitu: al-‘Alaq, Jin, al-Kafirun, al-Ikhlas, al-Falaq dan an-Nas.

h) Pembukaan dengan pertanyaan, ada dua bentuk yaitu:
1)  Pertanyaan positif, digunakan dalam empat surah, yaitu: ad-Dahr, an-Naba, al-Ghosyiyah dan al-Ma’un.
2)  Pertanyaan negatif, hanya terdapat pada dua surah, yaitu: al-Insyirah dan al-Fil.

i) Pembukaan dengan do’a
1)   Do’a atau harapan yang berbentuk kata benda, terdapat dalam QS. al-Muthafifin dan QS. al-Humazah.
2)   Do’a atau harapan yang berbentuk kata kerja, terdapat dalam QS. al-Lahab.

j) Pembukaan dengan alasan hanya terdapat pada satu surat, yaitu  surat al-Quraisy.[6]

b.      Macam-Macam Khawatim al-Suwar [7]
a)       Penutup surat dengan do’a. Do’a ini menjadi penutupan dari 4 surat, yaitu al-Baqarah, al-Mukminun, Nuh, dan al-Falaq.
b)      Penutupan dengan wasiat. Penutupan dengan wasiat ini ada dalam 7 surat, yaitu ar-Rum, al-Dukhan, al-Shoff, al-A’la, al-Fajr, al-Dhuha, dan al-‘Ashr.
c)      Penutupan dengan perintah/masalah taqwa. Penutupan ini ada dalam 3 surat, yaitu Ali Imran, al-Nahl, dan  al-Qomar.
d)      Penutupan dengan keterangan soal faraidh, hanya ada dalam satu surat saja, yakni: al-Nisa’.
e)      Penutupan dengan Ta’dhim kepada Allah swt. banyak sekali surat-surat yang ditutup dengan ta’dhim, yaitu ada 18 surat sebagai berikut: al-Maidah, al-Anfal, al-Anbiya’, al-Nur, Luqman, Fathir, Fusshilat, al-Hujurat, al-Hadid, al-Hasyr, al-Jumu’ah, al-Munafiqun, al-Taghobun, al-Thalaq, al-Jinn, al-Muddatsir, al-Qiyamah, dan Qal-Tin.
f)        Penutupan dengan janji dan ancaman. Penutupan surat dengan janji dan ancaman ini adalah yang paling banyak, yakni dalam 24 surat sebagai berikut: al-An’am, al-Furqan, al-Ankabut, al-Ahzab, al-Mukmin, al-Ahqaf, Muhammad, al-Fath, al-Dzariyat, al-Mujadalah, al-Muzammil, al-Insan, al-Muthaffifin, al-Insyiqaq, al-Thariq, al-Ghasyiyah, al-Balad, al-Syams, al-Bayyinah,  al-Zalzalah,. al-‘Adiyat, al-Humazah, al-Ma’un, dan al-Lahab.
g)      Penutupan dengan anjuran ibadah dan tasbih. Anjuran bertasbih ini menjadi akhiran dari 6 surat, yaitu: al-A’raf, Hud, al-Hijr, al-Thur, al-Najm, dan al-‘Alaq.
h)      Penutupan dengan hiburan bagi Nabi Muhammad saw. Nabi dihibur Allah di akhir 4 surat, yaitu Yunus, al-Zukhruf, al-Kautsar, dan al-Kafirun.
i)        Penutupan dengan sifat-sifat al-Quran. Sifat-sifat al-quran ini dipakai sebagai penutupan 4 surat, yaitu Yusuf, Shaad, al-Qalam, dan al-Buruj.
j)        Penutupan dnegan bantahan, hanya terdapat dalam satu surat , yakni al-Ra’d.
k)      Penutupan dnegan ketauhidan, penutupan dnegan ketauhidan ini terdapat di akhiran 7 surat, yaitu al-Taubah, Ibrahim, al-Kahfi, al-Qashash, al-Lail, al-Insyirah, dan al-Ikhlash.
l)        Penutupan dengan tahmid/pujian, terdapat di akhir 10 surat al-quran, yaitu al-Isra, al-Naml, Yasin al-Shaffat, al-Zumr, al-Jaatsiyah, al-Rahman, al-Waqi’ah, al-Haaqqah, dan al-Nashr.
m)    Penutupan dengan kisah, kisah menjadi penutup 4 surat al-qur’an, yaitu Maryam, al-tahrim, ‘Abasa, dan QS. al-Fiil.
n)      Penutupan dengan anjuran jihad, hanya terdapat di akhir satu surat, yakni al-Hajj.
o)      Penutupan dengan perincian maksud. Ada 7 surat yang diberi penutupan berupa perincian terhadap maksud ayat yang sebelumnya, yaitu al-Fatihah, al-Syura, al-Takwir, al-Qadar, al-Qari’ah,  al-Quraisy, dan al-Nas.
p)       Penutupan dengan pertanyaan, ada di akhir 2 surat, yakni: al-Mulk dan al-Mursalat.
q)      Penutupan dengan keterangan hari kiamat, ini dijadikan penutup bagi 4 surat, yaitu: al-Ma’arij, al-Naba’, al-Nazi’at, dan al-Infithar.
r)        Penutupan dengan peringatan. Ada 7 surat yang ditutup dengan peringatan, yaitu Thaha, al-Syuara, al-Sajadah, Saba’, Qaaf, al-Mumtahanah, dan al-Takatsur.

3.      URGENSI STUDI FAWATIH WA KHAWATIM AL-SUWAR
Tujuan studi fawatih wa khawatim al-suwar  tidak  terlepas  dari  konteks  penafsiran al-Qur’an. Diantara urgensi mengkaji fawatih al-suwar wa khawatimuha adalah sebagai berikut:[8]
1.    Sebagai  Tanbih  (peringatan) untuk nabi dan umatnya serta dapat menjadi     pedoman  bagi   kehidapan ini.
2.    Sebagai pengetahuan bagi kita  yang   senantiasa   mengkajinya   bahwa   dalam fawatih al-suwar wa khawatimuha banyak sekali  hal-hal  yang  mengandung  rahasia-rahasia Allah  yang kita tidak dapat mengetahuinya,
3.    Sebagai motivasi untuk selalu mancari ilmu dan mendekatkan diri kepada  Allah swt. Untuk menghilangkan keraguan terhadap al-Qur’an terutama bagi kaum muslimin yang masih lemah imannya karena sangat mudah   terpengaruh  oleh  perkataan  musuh-musuh islam yang mengatakan bahwa al-qur’an itu adalah buatan Muhammad. Dengan mengkaji fawatih al-suwar wakhawatimuha kita akan merasakan keindahan bahasa al-Qur’an itu  sendiri bahwa al-Qur’an itu datang dari Allah swt.
4.      KONTROVERSI SEKITAR HURUF MUQATHA’AH
Dalam al-Qur’an terdapat 29 surat yang diawali dengan huruf-huruf muqatha’ah,yaitu huruf-huruf yang membentuk sebuah kalimat yang tidak bisa diartikan dan dipahami, namun huruf–huruf ini merupakan rahasia dari rahasia-rahasia yang terkandung dalam al-qur’an yang hanya Allah yang tahu.
Para mufassir berbeda pendapat tentang pengertian dari huruf-huruf muqatha’ah dalam al-qur’an al karim seperti dalam tafsir ibnu katsir bahwa para mufassir berbeda pendapat dalam arti huruf muqatha’ah, huruf muqatha’ah merupakan yang termasuk rahasia dari ilmu Allah dan hanyalah Allah yang tahu akan hakikat tersebut,begitu juga pendapat tersebut tertulis dalam kitab aysar tafasir.
Adapun dalam tafsir al-Mizan disebutkan 11 pendapat para mufassir tentang huruf muqatha’ah yang dinukilkan dari Thabari dalam Majma’ul Bayan, dan berikut poin-poin penting tentang pendapat para mufassir: ia merupakan mutasyabihaat (yang tidak diketahu artinya) dan tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah SWT. Merupakan nama dari surat yang jatuh padanya huruf tersebut, seperti “Alif Lam Mim”, maka ia merupakan nama lain dari surat al-Baqarah. Ia merupakan nama dari nama-nama Al-Qur’an secara keseluruhan. Ia merupakan nama dari nama-nama Allah. Ia merupakan  nama-nama Allah yang terpotong,dan akan menjadi nama Allah jika digabung,seperti Alif  Lam Ra’, Ha Mim, Nun, maka akan menjadi Ar-rahman seperti diriwayatkan dari Sa’id Ibnu Jabir.
dalam al-Amtsal diriwayatkan hadits dari imam Husain as: “para kaum kafir quraisy dan yahudi tidak mempercayai Al-qur’an dan meeka berkata ‘ini merupakan sihir’ maka Allah berfirman :”alif lam mim….dst, (dalam
surat al-baqarah)dan wahai Muhammad ini merupakan kitab yang aku turunkan padamu ialah huruf muqatha’ah yaitu alif, lam, mim.dan merupakan huruf-huruh dari bahsa kalian,maka datangkanlah yang seperti itu jika kalian benar”. Huruf muqatha’ah yang terdapat diawal surat maryam didalam al-amstal disebutkan bahwa huruf-huruf muqatha’ah tersebut mengandung arti nama dari nama Allah yaitu kaf (kafii) berarti maha mencukupi ha’ (hādi) berarti petunjuk ya’ (waliy) ‘ain (alīm) berarti maha mengetahui dan shad (shadiqul wa’di) berarti maha menepati janji.
Namun sebagian mufassir menafsirkan huruf-huruf ini pada peristiwa yang menimpa Al-husain as di karbala dengan pengertian ha’ berarti halaka itrah annabiy musibah agung yang menimpa keluarga nabi SAW, ya’ berarti yazid,pemerintah dhalim yang berkuasa di zaman al-husain,’ain berarti athasy, kehausan yang menimpa Al-husain dan keluarganya di karbala, shad berarti shabar, kesabaran yang sangat agung Al-husain, keluarganya dan sahabatnya demi menegakkan islam yang dibawa rasulullah SAW. Huruf muqatha’ah ada pada awal surat,dan setelahnya sebagian banyak menerangkan keagungan Al-qur’an, dan hal ini menunjukkan bahwa huruf tersebut sebagai bukti dari keagungan al-qur’an sebagai mukjizat sepanjang zaman,dan tak ada yang mampu menandinginya.
5.      PENDAPAT ULAMA’ TENTANG FAWATIH WA KHAWATIM AL-SUWAR
a.       Pendapat ulama’ tentang fawatih al-suwar
Dari beberapa pembahasan sebelumnya, terlihat bahwa fawatih al-suwar  ada 29 macam, yaitu terdiri dari 13 bentuk. Adapun huruf-huruf yang paling sering digunakan secara berurutan ialah : alif, lam, mim, ha (ringan), ra, sin, tha, shad, ha (berat), ya. ‘ain, qaf, nun. Huruf-huruf yang tidak disebutkan semuanya berjumlah 14.Jadi, itu berarti separuh jumlah huruf hijaiyah (alfabet).
Fawatih al-suwar ini menjadi bukti kepada bangsa Arab, bahwa Al-qur’an diturunkan dengan menggunakan huruf-huruf  yang mereka ketahui atau dalam fawatih al-suwar mereka kenal. Ini juga merupakan teguran keras sekaligus pembuktian bahwa tidak ada yang mampu membuat semisal Al-qur’an.[9]
Kajian tentang fawatih al-suwar telah dikembangkan oleh ahli tafsir terdahulu seperti Zamakhsyari.Kemudian diikuti oleh Baidhawi demikian pula Ibnu taimiyyah dan muridnya yang bernama Al-Hafidz Al-Mizi.
Apabila kita mengklasifikasikan huruf-huruf yang terdapat dalam fawatih al-suwar, maka akan kita temukan :
a.       Golongan huruf halq (yang suaranya keluar dari kerongkongan)
b.      Golongan huruf mahmusah (yang suaranya seperti bisikan)
c.       Golongan huruf mahjurah ( yang suaranya dikeraskan), ialah hamzah, miim,lam, ‘ain,thaa, qhaf, ya, nun
d.      Golongan huruf syafahi (suaranya dibibir ) yaitu mim
e.       Golongan huruf qalqalah (suaranya bergerak apabila dimatikan) yaitu qaf dan tha.

Dalam menyikapi ayat-ayat mutasyabihat yang terletak pada awal surah, para ulama’ salaf berpendapat bahwa ayat-ayat tersebut telah tersusun sejak azali sedemikian rupa, melengkapi segala yang melemahkan manusia dari mendatangkan yang seperti Al-qur’an.[10]
Karena kehati-hatian, mereka tidak berani menafsirkan maupun memberikan pendapat mengenai huruf-huruf tersebut karena  mereka percaya dan meyakini bahwa Allah sendirilah yang mengetahui tafsir dari huruf-huruf tersebut. Hal ini menjadi suatu kewajaran yang berlaku bagi ulama’ salaf karena mereka dalam hal theology pun menolak terjun dalam pembahasan tentang hal-hal yang ssuci seperti ungkapannya, ‘istiwa Allah adalah cukup diketahui, hal ini harus kita percayai, mempersoalkan hal itu adalah bid’ah. [11]
Sebagaiana yang dikatakan oleh Asy-Sya’bi yang dikutip oleh Subhi Solih menyatakan : “ huruf awalan itu adalah rahasia Al-qur’an”.[12] Hal ini diperjelas dengan perkataan Ali bin Abi Thalib :
ان لكل كتاب صفوة صفوة هذا الكتاب حروف التهجي
"Sesungguhnya bagi tiap-tiap kitab ada saripatinya. Saripati al-Qur’an ini ialah huruf-huruf hijaiyah".
Abu Bakar Ash-Shiddiq pernah berkata :
فى كل كتاب سروسرة فى القران أو ائل اسور
"Di tiap-tiap kitab  ada rahasianya. Rahasia dalam al-Qur’an ialah permulaan-permulaan surah."
Ahli-ahli hadis menukilkan dari Ibnu Mas’ud dan empat Khulafaur rasyidin mereka berpendapat : huruf-huruf awalan yang sesungguhnya adalah ilmu yang tertutup dan mengandung rahasia yang terselubung yang dikhususkan Allah.
Kajian-kajian tentang Al-qur’an telah berkembang sejalan dengan munculnya ilmu-ilmu tafsir dan ulumul qur’an, yang disponsori oleh para mufassir, sehingga corak penafsiran suatu  ayat bisa jadi berbeda satu dengan yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa apabila Al-qur’an digali lebih dalam lagi, maka Al-qur’an itu akan semakin hidup.
Untuk lebih jelasnya, kita akan melihat pendapat atau penafsiran para mufassir tentang fawatih al-suwar, diantaranya adalah:
-          Mufassir dari kalangan tasawuf
Ulama’ tasawuf berpendapat bahwa fawatih al-suwar adalah huruf-huruf yang terpotong-potong yang  masing-masing diambil dari nama Allah atau yang setiap hurufnya merupakan pengganti dari suatu kalimat yang berhubungan dengan sesudahnya, atau huruf itu menunjuk kepada maksud yang dikandung oleh surah yang diawali dengan huruf-huruf terpotong-potong itu.
 Misalnya apa yang dikemukakan oleh Ibnu abbas  (w.65 H) mengenai makna kaf , ha, ya, ‘ain, shad. Huruf kaf  (ك)berasal dari kata karim ( Maha Penyantun), huruf ha  (ه) berasal dari kata hadin (Maha Penuntun), ya (ي)berasal dari kata hakim, ’ain (ع ) berasal dari kata ‘alim (Maha Mengetahui), shad (ص)berasal dari kata shadiq (tidak berdusta). Mengenai tiga huruf awal alif lam ra, Ibnu Abbas mentakwilkannya dengan annallahu araa (Aku Allah mengetahui). Empat huruf awalan alif lam mim shad ditakwilkan  أنا اللة أفصل(Aku adalah Allah yang memutuskan). Selain itu ada juga orang mentakwilkan tiga huruf awalan tha sin mim dengan thursina wa Musa (bukit Thursina dan Musa), karena dua buah surah yang masing-masing diawali dengan tiga huruf tersebut mengetengahkan kisah nabi yang menerima Taurat (Musa) di bukit Thursina.

-          Mufassir orientalis
Pendapat yang paling jauh menyimpang dari kebenaran adalah dari seorang orientalis yang bernama Noldeke, yang kemudian dikoreksi, bahwa awalan surah itu tidak lain adalah huruf depan dan huruf belakang dari nama para sahabat nabi. Misalnya, huruf sin adalah nama sa’ad bin abi waqash, mim adalah huruf depan dari nama al-mughirah, huruf nun adalah huruf akhir dari nama usman bin affan,dan lain-lain.

-          Al-Khuwaibi
Al-Khuwaibi mengatakan bahwa kalimat-kalimat itu merupakan tanbih bagi Nabi. Mungkin ada suatu waktu Nabi berada dalam keadaan sibuk dan lain sebagainya.

-          Rasyid Ridha
Ungkapan Rasyid ridha, sedikit berbeda dengan yang dikemukakan oleh Al-Khuwaibi.Rasyid ridha berpendapat bahwa tanbih yang dimaksud diatas adalah dihadapkan kepada orang-orang musyrik di Mekah, kemudian kepada ahli kitab Madinah.

-          Mufassir dari kalangan Syi’ah
Kelompok syi’ah berpendapat jika huruf-huruf awalan itu dikumpulkan setelah dihapus ulangannya maka akan berarti صراط علي على حق “jalan Ali adalah kebenaran yang kita pegang teguh”. Pentakwilan itu kemudian dijawab oleh kelompok Ahlu Sunnah, dan jawabannya berdasarkan pengertian yang mereka peroleh dari huruf-huruf awalan itu yang juga apabila dihapus ulangannya, dengan mengatakan “ benarlah jalanmu bersama kaum Ahli Sunnah”.
Dari pendapat para ahli tentang fawatih al-suwar, dapat dilihat bahwa pentakwilan sebuah ayat sangat banyak macamnya.Hal ini bisa jadi berdasarkan pendidikan dan ilmu-ilmu yang dimilikinya serta kecenderungan mereka mengkaji Al-qur’an secara lebih luas.Pada prinsipnya, tidak menutup kemungkinan bagi mereka, mufassir, untuk melahirkan sebuah tafsir yang dilandaskan dengan ilmu yang mendukung dan memadai bagi seorang mufassir.

b.      Pendapat Ulama’ Tentang Khawatim al-Suwar
Imam al-Suyuthi dalam mmbahas khawatim al-suwar tidak begitu terprinci sebagaimana beliau menerangkan fawatih al-suwar.ia mnrangkan beberapa bentuk term sebagai penutup dari surah-surah tersebut. Di situ diterangkan bahwa penutup surah diantaranya berupa doa, wasiat, fara’idh,tahmid, tahlil, nasihat-nasihat, janji, ancaman dan lain-lain.

BAB III
PENUTUP

1.      KESIMPULAN
Fawatih dan  kahawatim al-suwar adalah  pembahasan  mengenai fawatih al-suwar yakni pembukaan surah dan khawatim al-suwar yaitu penutupan surah.
Dari segi bahasa fawatih al-suwar berarti pembukaan-pembukaan surah,dikarenakan posisinya berada diawal surah. Apabila surah diawalai dengan huruf-huruf  hijaiyah, biasanya huruf tersebut cenderung “menyendiri” yaitu tidak membentuk suatu kalimat.
Khawatim al-suwar adalah penutupan-penutupan surah. Khawatim adalah ungkapan yang menandai berakhirnya suatu pembicaraan, sehingga mendorong untuk mengetahui apa pembicaraan selanjutnya.
Dalam fawatih al-suwar  terdapat huruf muqatha’ah yang masih menjadi kontroversi hingga saat ini. Jadi pendapat ulama’ disimpulkan menjaditiga kelompok. Pertama, menyatakan bahwa huruf muqatha’ah pada permulaan surat, merupakan ayat-ayat mutasyabih yang bentuknya mujmal, karena apabila diperhatikan maka akan didapati bahwa awalan surah itu terdiri dari satu sampai lima huruf. Kedua,ada ulama’ yang berpendapat bahwa huruf yang berada diawal surah itu merupakan ayat-ayat zhanni. Ketiga, Ibnu Hazm menyatakan bahwa seluruh ayat Al-qur’an itu muhkamat kecuali ayat-ayat muqatha’ah.
Dalam konteks dialogis Allah menurunkan ayat-ayat al-qur’an dengan menggunakan bahasa yang dipahami oleh masyarakat Mekah. Di satu sisi, hal ini menjadi kebanggan ummat Islam, dan di sisi lain menjadi bukti kemahakuasaan Allah untuk melemahkan mereka yang berkeinginan menciptakan atau membuat ayat-ayat seperti Al-qur’an.
2.      SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Penulis menerima bimbingan, saran serta kritik dari semua pihak yang membaca makalah ini yang bersifat membangun dan konstruktif demi perbaikan makalah ini agar lebih sempurna di kemudian hari.















DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Abu.Ulumul Qur’an Sebuah Pengantar. Pekanbaru:Amzah.2005
Anwar, Rosihon. Ulumul Qur’an . Bandung: Pustaka Setia. 2008
Djalal, Abdul. Ulumul Qur’an. Surabaya: Dunia Ilmu. 2000
Hermawan, Acep. Ulumul Qur’an. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. 2011
Soleh, Subhi. Membahas Ilmu-Ilmu Alquran. Jakarta:Pustaka Firdaus. 1995
Ash-Shiddiqi, Hasbi. Ilmu-Ilmu Alquran. Jakarta : Bulan Bintang. 1988
Ali, Mukti. Memahami Beberapa Aspek Ajaran Islam. Yogyakarta: Mizan. 1993


[1] Rosihon Anwar, Ulumul Qur’an (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 129.
[2] Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), hlm. 169.
[3]Acep Hermawan, Ulumul Qur’an, , (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2011), hlm. 102
[4]Acep Hermawan, Ulumul Qur’an, hlm. 102-105
[5] Abu Anwar, Ulumul Qur’an,(Jakarta: Amzah, 2009), hlm. 95.
[6] Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, hlm. 192-198.
[7] Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, hlm. 209-236
[8] Rosihon Anwar, Ulumu Qur’an, hlm. 134.
[9] Subhi Soleh, Membahas Ilmu-Ilmu Alquran, (Jakarta:Pustaka Firdaus, 1995), hlm.304
[10] M.Hasbi Ash-Shiddiqi, Ilmu-Ilmu Alquran, (Jakarta : Bulan Bintang, 1988), hlm.127
[11] H.A.Mukti Ali, Memahami Beberapa Aspek Ajran Islam, (Yogyakarta: Mizan, 1993), hlm.27

5 komentar:

  1. Assalamualaikum,,izin copy yaa ustadz untuk di pelajari, jika berkenan sharing ilmunya boleh di kirim ke email ana
    huseinmatar01@gmail.com

    BalasHapus
  2. Bagus boleh di copy dan di pelajari ya PAK Ustadz

    BalasHapus
  3. Assalamu'alaikum ustadz,mohon izin linknya saya download ustadz agar bisa dipelajari dan di sharing

    BalasHapus
  4. Assallammualaikum, jazakumullah khairan. Mohon izin mengutip dan sharing untuk bisa dipelajari

    BalasHapus
  5. ASSAMUALIKUM izin mengutip dan share

    BalasHapus