Senin, 18 Mei 2015

FILSAFAT ISLAM DI DUNIA ISLAM TIMUR : al-Farabi



A.  Al-Farabi
1.    Biografi
          Nama lengkapnya adalah Abu Muhammad ibn Muhammad ibn Tarkhan ibn Auzalagh. Lahir di Wasij, farab, Turkistan tahun 257 H. Ia lebih dikenal dengan Abu Nashr di Latin, sedangkan al-Farabi diambil dari kota Farab (tempat kelahirannya). Menurut Munawir Sadjali, beliau dapat menguasai 70 bahasa, namun hanya 4 bahasa yang ia kuasai dengan aktif, yaitu Arab Persia, Turki, dan Kurdi. Beliau belajar filsafat dengan Abu Bisyr Mattitus ibn Yunus, seorang Kristen Nestorian, Yuhana ibn Hailam dan Yuhana ibn Jilad di Hirran.
Al-Farabi dikenal sebagai filsuf Islam terbesar yang zuhud, ahli dalam keilmuan, dan memandang filsafat secara utuh dan menyeluruh serta mengupasnya dengan sempurna. Beliau gemar berkhalwat atau menyendiri. Ia terpanggil untuk mengubah pemerintahan yang ideal.
2.    Karya-Karya Al-Farabi
Jumlah buku karangannya kurang lebih 30. Diantaranya adalah : Al-Jam’u baina Ra’yay al-Hakimain aflathun wa Aristhu, Tahqiq ghardh Aristhu fi Kitab ma Ba’da ath-Thabi’ah, Al-Ta’liqat, ‘Uyun al-Masa’il, dll



3.    Filsafat Al-Farabi
a.  Metafisika
Beliau berpendapat bahwa maujud al-awal adalah sebab pertama bagi segala yang ada. Dalam pembuktian adanya Tuhan, ia mengemukakan dalil wajib al-wujud dan mumkin al-wujud. Wajib al-wujud (Tuhan) adalah wujudnya tidak boleh ada, ada dengan sendirinya, esensi dan wujudnya adalah sama dan satu, wujud yang sempurna, selamanya dan tidak didahului oleh tiada, wujud lain bergantung kepada-Nya. Adapun mumkin al-wujud adalah sesuatu yang setara antara berwujud dan tidaknya, tidak akan berubah menjadi wujud actual tanpa adanya wujud yang menguatkan (wajib al-wujud).
Pandangan al-Farabi tentang sifat Tuhan yaitu tidak berbeda dengan substansi-Nya. Tuhan adalah ‘aql murni. Ia Esa adanya dan menjadi objek pemikirannya hanya substansi-Nya. Jadi Tuhan adalah ‘Aql, “Aqil, dan Ma’qul. Tuhan itu Mahatahu, jadi Tuhan adalah ‘Ilm, ‘Alim, dan Ma’lum.
b. Filsafat Kenegaraan
Menurutnya, negeri yang tidak baik adalah negeri yang membangkang, bodoh, dan sesat. Negara yang bodoh ada beberapa macam, yaitu negeri dharurat (penduduknya memperoleh minimum dari kebutuhan pokok), negeri kapitalis, (penduduknya mementingkan kekayaan dan harta benda, negeri gila hormat (penduduknya mementingkan kehormatan, negeri hawa nafsu (penduduknya mementingkan kekejian), negeri anarkis (penduduknya ingin merdeka, tapi melakukan keinginan masing-masing).
Beliau berpendapat, hal terpenting dalam negara adalah pemimpinnya. Yaitu pemimpin yang memilki kecerdasan, ingatan yang baik, pikiran yang tajam, cinta pada pengetahuan, moderat dalam hal makanan, minuman, dan seks, cinta pada kejujuran, murah hati, sederhana, cinta pada keadilan, ketegaran dan keberanian, sehat jasmani dan kefasihan berbicara.  
c.  Filsafat Praktis
Pemahaman filsafat praktis ia terlihat saat membandingkan antarkota fasik, jahat, dan sesat. Negara fasik dan kota sesat; warganya memiliki pengetahuan tentang tujuan kemanusiaan yang benar, tetapi gagal melaksanakannya. Kota jahat adalah warganya sengaja meninggalkan tujuan baik demi tujuan lain, sedangkan kota sesat; pemimpinnya punya pengetahuan yang benar tentang tujuan baik, tetapi menipu warga dengan mengemukakan citra-citra untuk menyesatkan tujuan itu.
d. Logika dan Filsafat Bahasa
Logika dan tata bahasa adalah 2 ilmu berlandaskan kaidah yang terpisah, masing-masing dengan lingkup dan pokok permasalahan sendiri. Beliau berusaha melengkapi logika dengan otonom filsafat bahasa. Beliau yakin bahwa logikawan dan filsuf bergantung pada ahli tata bahasa karena kemampuan mereka dalam mengartikulasikan doktrin-doktrin mereka dengan idiom suatu bangsa tertentu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar