A.
Al-Farabi
1.
Biografi
Nama
lengkapnya adalah Abu Muhammad ibn Muhammad ibn Tarkhan ibn Auzalagh. Lahir di
Wasij, farab, Turkistan tahun 257 H. Ia lebih dikenal dengan Abu Nashr di
Latin, sedangkan al-Farabi diambil dari kota Farab (tempat kelahirannya). Menurut
Munawir Sadjali, beliau dapat menguasai 70 bahasa, namun hanya 4 bahasa yang ia
kuasai dengan aktif, yaitu Arab Persia, Turki, dan Kurdi. Beliau belajar
filsafat dengan Abu Bisyr Mattitus ibn Yunus, seorang Kristen Nestorian, Yuhana
ibn Hailam dan Yuhana ibn Jilad di Hirran.
Al-Farabi
dikenal sebagai filsuf Islam terbesar yang zuhud, ahli dalam keilmuan, dan
memandang filsafat secara utuh dan menyeluruh serta mengupasnya dengan
sempurna. Beliau gemar berkhalwat atau menyendiri. Ia terpanggil untuk mengubah
pemerintahan yang ideal.
2.
Karya-Karya
Al-Farabi
Jumlah buku karangannya kurang lebih 30. Diantaranya adalah : Al-Jam’u
baina Ra’yay al-Hakimain aflathun wa Aristhu, Tahqiq ghardh Aristhu fi Kitab ma
Ba’da ath-Thabi’ah, Al-Ta’liqat, ‘Uyun al-Masa’il, dll
3.
Filsafat
Al-Farabi
a. Metafisika
Beliau
berpendapat bahwa maujud al-awal adalah sebab pertama bagi segala yang ada.
Dalam pembuktian adanya Tuhan, ia mengemukakan dalil wajib al-wujud dan mumkin
al-wujud. Wajib al-wujud (Tuhan) adalah wujudnya tidak boleh ada, ada dengan
sendirinya, esensi dan wujudnya adalah sama dan satu, wujud yang sempurna,
selamanya dan tidak didahului oleh tiada, wujud lain bergantung kepada-Nya.
Adapun mumkin al-wujud adalah sesuatu yang setara antara berwujud dan tidaknya,
tidak akan berubah menjadi wujud actual tanpa adanya wujud yang menguatkan
(wajib al-wujud).
Pandangan
al-Farabi tentang sifat Tuhan yaitu tidak berbeda dengan substansi-Nya. Tuhan
adalah ‘aql murni. Ia Esa adanya dan menjadi objek pemikirannya hanya
substansi-Nya. Jadi Tuhan adalah ‘Aql, “Aqil, dan Ma’qul. Tuhan itu Mahatahu,
jadi Tuhan adalah ‘Ilm, ‘Alim, dan Ma’lum.
b. Filsafat Kenegaraan
Menurutnya,
negeri yang tidak baik adalah negeri yang membangkang, bodoh, dan sesat. Negara
yang bodoh ada beberapa macam, yaitu negeri dharurat (penduduknya memperoleh minimum
dari kebutuhan pokok), negeri kapitalis, (penduduknya mementingkan kekayaan dan
harta benda, negeri gila hormat (penduduknya mementingkan kehormatan, negeri
hawa nafsu (penduduknya mementingkan kekejian), negeri anarkis (penduduknya
ingin merdeka, tapi melakukan keinginan masing-masing).
Beliau
berpendapat, hal terpenting dalam negara adalah pemimpinnya. Yaitu pemimpin
yang memilki kecerdasan, ingatan yang baik, pikiran yang tajam, cinta pada
pengetahuan, moderat dalam hal makanan, minuman, dan seks, cinta pada
kejujuran, murah hati, sederhana, cinta pada keadilan, ketegaran dan
keberanian, sehat jasmani dan kefasihan berbicara.
c. Filsafat Praktis
Pemahaman
filsafat praktis ia terlihat saat membandingkan antarkota fasik, jahat, dan
sesat. Negara fasik dan kota sesat; warganya memiliki pengetahuan tentang
tujuan kemanusiaan yang benar, tetapi gagal melaksanakannya. Kota jahat adalah
warganya sengaja meninggalkan tujuan baik demi tujuan lain, sedangkan kota
sesat; pemimpinnya punya pengetahuan yang benar tentang tujuan baik, tetapi
menipu warga dengan mengemukakan citra-citra untuk menyesatkan tujuan itu.
d. Logika dan Filsafat Bahasa
Logika dan tata
bahasa adalah 2 ilmu berlandaskan kaidah yang terpisah, masing-masing dengan
lingkup dan pokok permasalahan sendiri. Beliau berusaha melengkapi logika
dengan otonom filsafat bahasa. Beliau yakin bahwa logikawan dan filsuf
bergantung pada ahli tata bahasa karena kemampuan mereka dalam
mengartikulasikan doktrin-doktrin mereka dengan idiom suatu bangsa tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar