A.
Ibnu
Rusyd
1.
Biografi
Nama lengkapnya adalah Abu al-Walid
Muhammad bin ahmad bin Muhammad bin Rusyd. Ia lahir di Cordoba apada 520 H. ia
lebih dikenal dengan Expaliner di Eropa atau Juru Tafsir. Ia mampu meringkas
intisari pikiran filsafat Yunani dengan baik. Ia jug ahli dalam bidang
kedokteran, qadhi, astronomi, fisika, matematika, dll. Namun karena keahliannya
itu, ia mendapat tuduhan besar berupa studi-studi yang membahayakan oleh orang
yang iri dengannya, sehingga Ibn Rusyd diusir dari tanah kelahirannya dan
dibakar karya-karyanya. Namun Al-Mansur sekembalinya dari Marrasukusy
mengampuninya dan memanggilnya kembali hingga ia wafat pada tahun 595 H.
2.
Karya-Karya
Ibnu Rusyd
Karya-karya Ibn Rusyd sangat
monumental, salah satunya yaitu Bidayah al-Mujtahid wa Nihdyah al-Muqtasid,
Kulliyat fi at-Thiib, Al-Asghar, Al-Ausat, Al-Akbar, Tahafut al-Falasifah,dll
3.
Filsafat
Ibnu Rusyd
-
Agama
dan Filsafat
Ibnu Rusyd menegaskan bahwa antara
agama Islam dan filsafat tidak ada pertentangan. Al-Qur’an memerintahkan
manusia untuk mempelajari filsafat karena manusia harus spekulasi atas alam
raya ini dan merenungkan bermacam-macam kemaujudan. Ia membagi manusia dalam
tiga golongan, sebagaimana dalam al-Qur’an, yaitu para filsuf, teolog dan orang
awam. Sejauh ini, agama sejalan dengan filsafat. Tujuan dan tindakan filsafat
sama dengan tyjuan dan tindakan agama.
-
Qadim-nya
Alam
Ibnu Rusyd menegaskan bahwa paham
qadim-nya alam itu tidak bertentangan dengan ajaran al-Qur’an. Alam diciptakan
Tuhan bukanlah dari tiada, tetapi dari sesuatu yang telah ada. Alam itu
dikatakan qadim, justru karena alam itu diciptakan Tuhan, yakni diciptakan
sejak qidam/azali. Karena diciptakan-Nya sejak qidam, alam itu menjadi qidam
pula. Bagaimanapun, Tuhan dan alam tidak sama karena Tuhan adalah qadim yang
mencipta, sedangkan alam adalah qadim yang dicipta.
-
Kebangkitan
Jasmani
Menurut Ibnu Rusyd, tidak ada ijma
ulama tentang kebangkitan jasmani pada hari akhirat, dank karena itu, paham
yang menyatakan kebangkitan di akhirat hanya bersifat rohani saja, tidak dapat
dikafirkan dengan alasan adanya ijma’. Ia juga menyatakan bahwa semua agama
mengakui adanya hidup kedua di hari akhirat kendati ada perbedaan pendapat
mengenai bentuknya. Kehidupan di akhirat itu berbeda dengan kehidupannya di
dunia, sesuai dengan isyarat hadis. Kehidupan manusia di akhirat lebih tinggi
daripada di dunia. Manusia memiliki keterbatasan daya tangkap tentang hal-hal
yang abstrak. Kehidupan manusia di akhirat lebih baik digambarkan dalam bentuk
jasmani daripada digambarkan dala bentuk rohani saja. Mengenai kebangkitan pada
hari akhirat, ia sendiri berpendapat bahwa yang aka nada nanti di akhirat
adalah badan yang serupa dengan yang ada di dunia dan bukan badan yang semula
di dunia karena yang sudah hancur tidak akan datang kembali.
-
Pengetahuan
Tuhan
Pengetahuan Tuhan tentang perincian
yang terjadi di alam tidak sama dnegan pengetahuan manusia tentang perincian
itu. Pengetahuan manusia dalam hal ini mengambil bentuk efek, sedang
pengetahuan Tuhan merupakan sebab. Yaitu sebab bagi wujudnya perincian
tersebut. Selanjutnya, pengetahuan manusia bersifat baru dan pengetahuan Tuhan
bersifat qadim, yaitu semenjak azal, Tuhan mengetahui segala hal-hal yang
terjadi di alam, betapapun kecilnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar