A.
Ibnu
Sina
1.
Biografi
Ibnu Sina
(370-428H), adalah satu-satunya filsuf besar Islam yang berhasil membangun
sistem filsafat yang lengkap dan terperinci. Nama lengkapnya adalah Abu Ali
al-Husain ibn Abdullah ibn Abdullah ibn Ali ibn Sina. Juga dikenal dengan
Asy-Syaikh ar-Rais. Ia lahir d Ashfahan, Bukhara. Ia telah belajar agama, filsafat,
dan ilmiah dari beberapa guru, beberapa tempat, dan aliran yang bermacam-macam.
Namun ia memerdekakan pemikirannya dengan berpisah dengan guru-gurunya dan
tidak taqlid. Keunikan karya Ibn Sina adalah hasil pemikiran ia sendiri.
2.
Karya-Karya
Ibnu Sina
Karya beliau jumlahnya diperkirakan
mencapai 100-250. Diantaranya adalah : asy-Syifa’, an-Najah, al-Mijaz, Hayy ibn
Yaqhzan, Risalah ath-Thair, dll.
3.
Filsafat
Ibnu Sina
-
Metafisika
Menurutnya, hanya Tuhan saja yang
memilki wujud tunggal dan mutlak. Tuhan adalah satu keniscayaan, sedang adanya
sesuatu yang lain hanya mungkin dan diturunkan dari adanya Tuhan. Dunia ada
bukan karena kebetulan, tetapi diberikan oleh Tuhan, ia diperlukan, dan
keperluan ini diturunkan dari Tuhan. Tidak ada satupun dalam diri-Nya, kecuali
Esensi-Nya. Ia merupakan ketunggalan total, tetapi Dia dapat dilihat dari sudut
pandang yang berbeda. Hanya berdasarkan pemahaman semacam itulah, seseorang
dapat membicarakan sifat-sifat-Nya. Sekalipun mungkin bagi-Nya mempunyai
sifat-sifat diluar Esensi-Nya, tidak mungkin bagi-Nya mempunyai sifat semacam
itu untuk tujuan yang berkaitan dengan dunia.
-
Hubungan
Jiwa-Raga
Jiwa adalah suatu substansi yang
bebas dari tubuhnya. Kita dapat memikirkan tubuh kita dan meragukan
kemaujudannya, tetapi kita tidak dapat memikirkan jiwa kita. Hubungan antara
jiwa dan tubuh sangat erat sehingga hal ini bisa pula memengaruhi akal. Semua perbuatan
dan keadaan psikofisik lainnya memilki aspek mental dan fisik. Misalnya,
pengaruh pikiran terhadap tubuh, yaitu pengaruh emosi dan kemauan.
-
Filsafat
Tentang Kenabian
Ibnu Sina menegaskan bahwa Nabi dan
Rasul lebih tinggi daripada filsuf. Nabi identik dengan akal aktif (‘aql
mustafad) atau akal yang telah dicapai. Namun, Nabi manusia tidak identik
dengan akal aktif. Nabi sebagai manusia secara aksidental bukan secara
esensial, adalah akal aktif (untuk pengertian istilah aksidental). Nabi memilki
imajinasi yang luar biasa, pikiran Nabi mampu mendorong, mengubah kebenaran
akal murni dan konsep menjadi imaji kehidupan yang kuat, sehingga orang yang
mendengarnya percaya dan terdorong untuk berbuat sesuatu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar