Senin, 18 Mei 2015

FILSAFAT ISLAM DI DUNIA ISLAM TIMUR : Ibnu Sina



A.    Ibnu Sina
1.    Biografi
Ibnu Sina (370-428H), adalah satu-satunya filsuf besar Islam yang berhasil membangun sistem filsafat yang lengkap dan terperinci. Nama lengkapnya adalah Abu Ali al-Husain ibn Abdullah ibn Abdullah ibn Ali ibn Sina. Juga dikenal dengan Asy-Syaikh ar-Rais. Ia lahir d Ashfahan, Bukhara. Ia telah belajar agama, filsafat, dan ilmiah dari beberapa guru, beberapa tempat, dan aliran yang bermacam-macam. Namun ia memerdekakan pemikirannya dengan berpisah dengan guru-gurunya dan tidak taqlid. Keunikan karya Ibn Sina adalah hasil pemikiran ia sendiri.  
2.    Karya-Karya Ibnu Sina
Karya beliau jumlahnya diperkirakan mencapai 100-250. Diantaranya adalah : asy-Syifa’, an-Najah, al-Mijaz, Hayy ibn Yaqhzan, Risalah ath-Thair, dll.
3.    Filsafat Ibnu Sina
-       Metafisika
Menurutnya, hanya Tuhan saja yang memilki wujud tunggal dan mutlak. Tuhan adalah satu keniscayaan, sedang adanya sesuatu yang lain hanya mungkin dan diturunkan dari adanya Tuhan. Dunia ada bukan karena kebetulan, tetapi diberikan oleh Tuhan, ia diperlukan, dan keperluan ini diturunkan dari Tuhan. Tidak ada satupun dalam diri-Nya, kecuali Esensi-Nya. Ia merupakan ketunggalan total, tetapi Dia dapat dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Hanya berdasarkan pemahaman semacam itulah, seseorang dapat membicarakan sifat-sifat-Nya. Sekalipun mungkin bagi-Nya mempunyai sifat-sifat diluar Esensi-Nya, tidak mungkin bagi-Nya mempunyai sifat semacam itu untuk tujuan yang berkaitan dengan dunia. 
-       Hubungan Jiwa-Raga
Jiwa adalah suatu substansi yang bebas dari tubuhnya. Kita dapat memikirkan tubuh kita dan meragukan kemaujudannya, tetapi kita tidak dapat memikirkan jiwa kita. Hubungan antara jiwa dan tubuh sangat erat sehingga hal ini bisa pula memengaruhi akal. Semua perbuatan dan keadaan psikofisik lainnya memilki aspek mental dan fisik. Misalnya, pengaruh pikiran terhadap tubuh, yaitu pengaruh emosi dan kemauan.
-       Filsafat Tentang Kenabian
Ibnu Sina menegaskan bahwa Nabi dan Rasul lebih tinggi daripada filsuf. Nabi identik dengan akal aktif (‘aql mustafad) atau akal yang telah dicapai. Namun, Nabi manusia tidak identik dengan akal aktif. Nabi sebagai manusia secara aksidental bukan secara esensial, adalah akal aktif (untuk pengertian istilah aksidental). Nabi memilki imajinasi yang luar biasa, pikiran Nabi mampu mendorong, mengubah kebenaran akal murni dan konsep menjadi imaji kehidupan yang kuat, sehingga orang yang mendengarnya percaya dan terdorong untuk berbuat sesuatu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar