A.
Nasiruddin
Ath-Thusi
1.
Biografi
Nama lengkapnya
adalah Abu Ja’far Muhammad bin Muhammad bin al-Hasan Nasiruddin ath-Thusi. Ia
lahir tahun 1201 M di kota Thus, Iran. Tahun 1220 M, militer Mongol
menghacurkan kota Thus tempat ia belajar agama. Nasiruddin pun bergabung
menjadi pejabat di Istana Ismailiyyah dan mengisi waktunya menulis karya
tentang logika, filsafat, matematika, astronomi,dll. Ia juga membangun
observatorium di Maragha dengan beberapa penemuan teknologinya bidang astronomi
yang hebat yang ada sampai sekarang serta dilengkapi perpustakaannya. Ia
mendapat dukungan hingga ia wafat tahun 672 H di Baghdad dibawah pemerintahan
Abaqa.
2.
Karya-Karya
Nasiruddin Ath-Thusi
Karyanya dibagi dalam beberapa
bidang, yaitu logika, metafisika, etika, astronomi, teologi, matematika, dll.
Salah satu karyanya yaitu Asas al-Iqtibas, Risalahdar Ithabul I Wajib, Akhlak I
Nashiri, Tajrid l’Aqa’id, dll.
3.
Filsafat
Nasiruddin Ath-Thusi
-
Filsafat
Moral
Menurut Thusi,
penyakit moral itu biasa disebabkan oleh salah satu dari tiga sebab:
keberlebihan, keberkurangan, atau ketakwajaran akal, kemarahan hasrat. Cukup
menjelaskan, bahwa ketakutan membentuk ketakwajaran kemarahan, dan kesedihan
membentuk ketakwajaran hasrat.
Thusi
menggolongkan penyakit-penyakit akal teoritis menjadi kebingunagn, kebodohan sederhana,
dan kebodohan fatal, yang membentuk keberlebihan, keberkurangan, dan
ketakwajaran—suatu penggolongan yang bukan berasal dari Ibnu Miskawaih.
-
Filsafat
Jiwa
Jiwa merupakan
substansi sederhana dan immaterial yang dapat merasa sendiri. At-Thusi menambahkan
jiwa imajinatif yang menempati posisi tengah di antara jiwa hewani dan
manusiawi. Jiwa manusiawi ditandai dengan adanya akal yang menerima pengetahuan
dari akal pertama. Jika jiwa imajinatif disatukan dengan jiwa hewani, ia akan
bergantung kepadanya dan hancur brsamanya. Akan tetapi jika ia dihubungkan
dengan jiwa manusia ia menjadi terlepas dari anggota-anggota tubuh dan ikut
bergembira atau bersedih bersama jiwa itu dengan kekekalannya. Setelah
keterpisahan jiwa dari tubuh, suatu jejak imajinasi tetap berada dalam
bentuknya, dan hukuman atau penghargaan jiwa manusiawi menjadi bergantung pada
jejak hai’at, yang dikenal atau dilakukan oleh jiwa imajinatif di dunia ini.
-
Metafisika
Pengetahuan
tentang Tuhan, akal, dan jiwa merupakan ilmu ketuhanan, dan pengetahuan
mengenai alam semesta dan hal-hal yang berhubungan dengan alam semesta
merupakan filsafat pertama. Diantara cabang metafisika ialah pengetahuan
kenabian, kepemimpinan spiritual, dan hai kiyamat. Metafisika merupakan esensi
filsafat Islam dan lingkup sumbangan utamanya bagi sejarah gagasan-gagasan.
-
Logika
At-Thusi
menganggap logika sebagai suatu ilmu dan suatu alat ilmu. Sebagai ilm, ia
bertujuan memahami makna-makna dan sifat dari makna-makna yang dipahami itu,
adapun sebagai alat, ia menjadi kunci ntuk memahami berbagai ilmu. Kalau
pengetahuan tentang makna dan sifat dari makna-makna itu menjadi sedemikian
berurat akar di dalam pikiran sehingga tidak diperlukan lagi pemikiran dan
refleski, ilmu logika menjadi suatu seni yang bermanfaat yang membebaskan
pikiran dari kesalahpengertian di satu pihak, dan kekacauan di pihak lain.
-
Tuhan
Dalam
pendapatnya, Tuhan merupakan pencipta yang mengaitkan eksistensi penciptaan
kepada diri-Nya. Dunia ini, dengan kata lain, merupakan sesuatu yang sama
kekalnya dengan Tuhan. Dunia ini kekal karena kekuasaan Tuhan yang
menyempurnakannya, meskipun dalam hak dan kekuatannya sendiri, ia tercipta.
Dalam karya “Fushul”nya dia menerangkan bahwa Tuhan sebagai Pencipta yang bebas
dan menumbangkan teori mengenai penciptaan karena desakan. Jika Tuhan mencipta
karena Dia butuh mencipta. Tindakan-tindakan-Nya berasal dari esensi-Nya. Jika
duatu bagian dari dunia ini menjadi tak maujud, esensi Tuhan itu tentu juga
menjadi tiada, karena penyebab keberadaannya itu ditentukan oleh ketiadaan satu
bagian dari penyebabnya. Karena semua yang ada itu bergantung kepada perlunya
Tuhan, ketiadaan mereka akhirnya menjadikan ketiadaan Tuhan sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar