BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Era Modern
merupakan suatu dimensi waktu yang menunjukan segala sudut kehidupan menuju
arah yang lebih instan, cepat, mudah dan praktis. Maksudnya adalah, manusia
selalu mencoba melakukan transformasi di segala bentuk usaha kehidupannya baik
di bidang teknologi, informasi, pengetahuan, politik, sosio-ekonomi dan
lain-lain.Manusia selalu melakukan berbagai upaya untuk mendapatkan, memperoleh maupun
memenuhi kebutuhannya dengan cara yang mudah dan cepat.
Proses kemajuan di bidang kehidupan seperti ini menuntut manusia baik
masyarakat lapisan atas, menengah maupun yang paling bawah harus ikut
menyesuaikan diri dengan konstruksi sosial yang terus mengalami perubahan dari
hari ke hari.
Misalnya, penulis sendiri berasal dari kota kecil yang kemudian mencoba
menuntut ilmu di kota besar (metropolis).Secara tidak langsung harus
menyesuaikan diri dengan gaya belajar sistem perkotaan yang menggunakan
teknologi dibanding dengan sistem belajar di tempat sebelumnya yang
teknologinya masih minim.
Namun, terlepas
dari itu semua manusia era modern kerap kali melupakan esensi dari kemajuan itu
sendiri. Pada awalnya kemajuan dibuat untuk memperoleh kemudahan, cepat dan
instan. Akan tetapi semakin ke sini modernitas telah menciptakan
dinding-dinding penghalang antara manusia yang satu dengan yang lainnya.
Contoh, dahulu manusia membuat rumah makan hanya untuk memenuhi kebutuhan
perut, seandainya tidak masak di rumah maka cukup membeli di warung. Tetapi
dewasa ini, dapat dijumpai rumah makan dengan berbagai fasilitas dan
karakteristik. Apabila di depan rumah makan tersebut diparkir mobil mewah,
dapat disimpulkan bahwasannya rumah makan tersebut khusus untuk kalangan atas
(pejabat, artis, dan lain-lain). Sedangkan rumah makan kecil yang biasa
terlihat di pinggiran trotoar, itulah rumah makan untuk masyarakat kecil.
Dari kenyataan tersebut dapat dilihat, fungsi adanya rumah makan yang
awalnya hanya untuk mengatasi “tidak sempat masak di rumah” menjadi gaya hidup,
tempat hiburan, dan gaya-gayaan yang melahirkan sifat hedonis,
individualistik dan tindakan pengkastaan dalam kehidupan sosial. Inilah realitas yang tidak dapat ditolak oleh manusia modern. Berkurangnya
intensitas ruh/spirit dalam hidup menyebabkan manusia kebingungan, bimbang dan
gelisah. Tidak tahu lagi mana yang benar
dan salah, apa yang mesti diprioritaskan dan apa yang mesti dikesampingkan. Bagi
beberapa individu, agama menjadi tempat kembali yang sehat bagi ruh setelah ia
tergerus oleh kehidupan duniawi yang menyilaukan. Praktik-praktik ruhani yang
ditawarkan agama bisa direguk oleh manusia bagaimanapun kondisinya. Salah satu
praktiknya ialah kehidupan bertasawuf, yakni sebuah jalan yang membuka tabir
yang menghalangi manusia dari hakikat hidupnya.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
yang dimaksud dengan era modern ?
2.
Apa
yang dimaksud dengan tasawuf dan bagaimana landasannnya?
3.
Bagaimana
ciri masyarakat modern?
4.
Bagaimana
hubungan antara era modern dan tasawuf?
5.
Siapa
saja tokoh tasawuf era modern dan bagaimana konsep pemikiran tasawufnya?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Era Modern
Banyak tokoh
yang memberikan definisi tentang Era modern, di antaranya adalah:
1.
R. SOEKMONO[1]
Modern
merupakan zaman yang coraknya ditentukan oleh pengaruh-pengaruh Eropa Barat.
Tidak dapat disangkal bahwasannya kemajuan industrial di Eropa menjadi indikasi
kegandrungan masyarakat atau manusia secara global terhadap hal-hal bersifat
materi yang apabila kemajuan dimunculkan ke permukaan menjadi budaya yang
disebut modernitas.
2.
DIDEROT
Modern
adalah kehadiran manusia yang menaruh kepentingan atas adanya makhluk lain.
Menurut tokoh ini, kehadiran modern memunculkan ambisi manusia untuk menguasai
manusia lainnya. Tentu hal ini merupakan perwujudan dari nafsu.
3.
ALVIN HADIWONO
Modern
merupakan era puncak kebudayaan inderawi. Di era ini manusia benar-benar sibuk
memenuhi kebutuhan material sehingga menjadi budaya dan semua harus mengikuti
dinamisasi era tersebut.
4.
GATOT P.
SOEMARTONO
Modern
akan selalu berkaitan dengan revolusi industri.
5.
AHMAD BASO
Modern
adalah suatu fenomena sementara yang akhirnya akan membawa pada musnahnya
perbedaan dasar antara ruang privat dan ruang publik, yaitu tenggelamnya
keduanya.
Dari
berbagai pernyataan para tokoh di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa era
modern ialah era perkembangan industri di dunia Barat yang menenggelamkan ruang
privat dan ruang publik.
B.
Pengertian Tasawuf dan Landasannya
Sementara
itu, berikut adalah definisi Tasawuf menurut para tokoh.
1.
Tasawuf berasal dari kata safa atau safwun
yang bermakna bening atau suci. Orang sufi ialah orang yang senantiasa
menyucikan dirinya melalui latihan kerohanian yang berat dan lama.
(Nasution,1985:57)[2]
2.
Tasawuf berasal dari kata saf yang
berarti barisan karena orang sufi dipandang sebagai barisan pertama di hadapan
Allah. (at-Taftazani,1985:21)[3]
3.
Tasawuf ialah membersihkan hati daripada apa
yang mengganggu perasaan kebanyakan makhluk, berjuang
menanggalkan pengaruh budi yang asal (instinct) kita, memadamkan sifat-sifat
kelemahan kita sebagai manusia, mendekati sifat-sifat suci kerohanian dan
bergantung pada ilmu-ilmu hakikat, memakai barang yang penting dan terlebih
kekal, menaburkan nasihat kepada sesama ummat manusia, memegang teguh janji
dengan Allah dalam hal hakikat dan mengikut contoh Rasulullah saw dalam hal
syari’at. (al-Junaid).[4]
Jadi, tasawuf adalah jalan untuk mengenal Tuhan
melalui ritual kerohanian baik mengerjakan amalan hati maupun
menjauhi amalan nafsu yang dijalani dengan perasaan istiqomah.
·
Landasan Tasawuf dan Era Modern
1.
Al-Qur’an
Surah Ar-Rum
ayat 41
tygsßß$|¡xÿø9$#ÎûÎhy9ø9$#Ìóst7ø9$#ur$yJÎ/ôMt6|¡x.Ï÷r&Ĩ$¨Z9$#Nßgs)ÉãÏ9uÙ÷èt/Ï%©!$#(#qè=ÏHxå
öNßg¯=yès9tbqãèÅ_ötÇÍÊÈ
41. telah nampak kerusakan di darat dan di laut
disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka
sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang
benar).
Surah Al-Baqarah ayat 186
#sÎ)ury7s9r'yÏ$t6ÏãÓÍh_tãÎoTÎ*sùë=Ìs%(Ü=Å_é&nouqôãyÆí#¤$!$##sÎ)Èb$tãy(
(#qç6ÉftGó¡uù=sùÍ<(#qãZÏB÷sãø9urÎ1öNßg¯=yès9crßä©ötÇÊÑÏÈ
186. dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu
tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan
permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah
mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman
kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
Surah
Al-Baqarah ayat 115
¬!urä-Ìô±pRùQ$#Ü>ÌøópRùQ$#ur4$yJuZ÷r'sù(#q9uqè?§NsVsùçmô_ur«!$#4cÎ)©!$#ììźurÒOÎ=tæÇÊÊÎÈ
115. dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, Maka
kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah[83]. Sesungguhnya Allah Maha
Luas (rahmat-Nya) lagi Maha mengetahui.
[83] Disitulah wajah Allah
maksudnya; kekuasaan Allah meliputi seluruh alam; sebab itu di mana saja
manusia berada, Allah mengetahui perbuatannya, karena ia selalu berhadapan
dengan Allah.[5]
2. Hadits
من عرف نفسه فقد عرف ربه
Artinya: “Barang
siapa yang memahami dirinya, ia dapat memahami Tuhannya.”
Hadis ini berulang-ulang dikutip di dalam kitab Ihya’ Ulumuddin karya Al-Ghazali
dan kitab-kitab karya Ibnu Arabi.[6]
C. Ciri-Ciri Masyarakat
Modern[7]
1. Saling mempengaruhi antara
manusia dengan lingkungan dengan tujuan menciptakan perubahan secara timbal
balik.
2. Usaha untuk mengeksplorasi
lingkungan dalam rangka untuk mengatasi tantangan-tantangan yang ditimbulkan
dari lingkungan itu sendiri.
3. Dorongan rasa ingin tahu
dan ingin mengatasi tantangan-tantangan yang menyebabkan manusia ingin
menguasai lingkungan.
4. Berpikir lebih objektif
dan rasional.
5. Selalu berusaha untuk
memahami semua gejala yang dihadapi dan bagaimana mengorganisasikannya sehingga
kehidupannya lebih baik.
Ciri-ciri tersebut hanyalah sebagian yang coba dipaparkan melalui fenomena
yang terjadi. Dari ciri-ciri tersebut dapat ditarik pernyataan bagaimana sikap
masyarakat modern yang selalu berusaha keras dalam melakukan perubahan.
Terkadang muncul pertanyaan dalam diri manusia, kemajuan yang diperoleh
tersebut kegunaannya apa. Akibatnya mereka[8]:
1. Terlalu percaya dengan
peralatan dan teknik yang berjalan secara mekanis sebagai satu hasil pemikiran
manusia (ilmu pengetahuan). Dalam hal ini masyarakat tergolong dalam paham
positifisme.
2. Berbuat dan bertindak
sesuai dengan rencana yang terperinci shingga tidak jarang manusia dikendalikan
oleh rencana yang disusunnya.
3. Timbul rasa kehilangan
orientasi dan jati diri yang dapat melemahkan kehidupan bathin dan keagamaan
Tanpa
disadari masyarakat modern semakin tergantung pada alat dan teknologi yang
diciptakan untuk menguasai dunia sekitarnya. Tidak jarang mereka kehilangan
identitas karena sudah dikuasai oleh mekanisme yang mereka ciptakan sendiri sehingga
mereka hidup tanpa jiwa dan tanpa kekuasaan.
D.
Hubungan Tasawuf dan Era Modern
Masyarakat modern sangat menghargai dan
mengedepankan wawasan pemikiran
ilmiah yang rasional. Yakni pola budaya yang progresif dan dinamis, yang selalu
berkembang dan berubah, tidak terikat pada tradisi masa lampau.
Profil masyarakat modern adalah masyarakat
dengan budaya industri. Yaitu
masyarakat yang mengembangkan cara berpikir ilmiah karena masyarakat modern
menurut S. Takdir Alisyahbana yang dikutip dari tulisan Prof. Dr. Simuh dalam
buku “Tasawuf dan Krisis” dikatakan lahir dari revolusi ilmu.
Revolusi ilmu melahirkan revolusi teknologi.
Revolusi teknologi
melahirkan revolusi industri. Revolusi
industri melahirkan
revolusi perdagangan dan komunikasi. Maka profil masyarakat modern akan
didominasi kebudayaan modern atau yang sering pula disebut
kebudayaan industri. Inilah
sunatullah yang mesti direnungkan dan dipertimbangkan matang-matang oleh
generasi muda muslim[9].
Mengapa? Karena revolusi-revolusi tersebut di atas dapat mengancam eksistensi
manusia itu sendiri.
Dalam realitas kehidupan dapat dilihat
bagaimana kerusakan yang ditimbulkan oleh era modern. Moral manusia semakin
tidak karuan, dekadensi moral tidak saja dilakukan orang awam, tetapi juga oleh
seorang intelektual yang di masyarakat kita berkembang secara struktural. Hal ini
menimbulkan pesimisme di kalangan umat karena fenomena ini nyaris tidak bisa
diperbaiki[10].
Korupsi, kolusi,
manipulasi, pergaulan seks bebas, perselingkuhan, peredaran narkoba,
pornografi, pelacuran akademik, mafia agama dan rentetan perilaku amoral
lainnya menjadi hal yang lumrah, karena secara universal semua orang
melakukannya. Manusia
seolah lupa atau sengaja lupa dan
berpura-pura bahwa hal itu tidak dipertanggungjawabkan. Kehidupan materialistik yang mengarah
pada pola hidup hedonistik seolah telah
menenggelamkan sebagian orang. Era modern terus berjalan seiring perkembangan
pengetahuan manusia. Tanpa disadari manusia telah tergelincir jauh dari
fitrahnya sebagai khalifah.[11]
Manusia modern memperlakukan lingkungan sama dengan pelacur, mereka
menikmati dan mengeksploitasi kepuasan darinya tanpa rasa kewajiban dan
tanggung jawab apapun.[12]
Manusia menghamba pada egonya yang hanya memberinya kehampaan.
Disini tasawuf mengambil perannya sebagai
pengontrol ego manusia. Tasawuf
merupakan salah satu ajaran Islam yang menuntun,
mengarahkan dan membimbing umat manusia dalam semesta kehidupan yang
mengutamakan kedekatan dan kemesraan makhluk kepada al-Khaliq.[13] Krisis moral,
spiritualitas, ketauladanan, hati dan masalah psikologis lainnya hanya bisa
diatasi dengan tasawuf. Tidak sedikit orang-orang yang tergelincir
menemukan kembali jalannya semula sebagai makhluk Tuhan lewat tasawuf.
Manusia tidak dapat menafikan
bahwa esensi dari Islam adalah moral, yakni moral manusia kepada Tuhannya,
manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan.
Seorang yang tidak bermoral pada Tuhan akan
menjadi manusia yang rakus, tamak, gemar menindas, bertuhan pada nafsu dan
membiarkan orang yang lemah dan berkhianat. Sebaliknya, seorang yang bermoral
akan menjadi individu yang segala tindakannya positif, ia akan menjaga
hubungannya dengan Tuhan, manusia dan alam. Moral merupakan bagian yang sangat
terikat dengan tasawuf. Ibaratnya Tasawuf adalah induk dan moral adalah
anaknya.
Tasawuf sangat berfungsi ketika krisis
bathiniyah menjangkiti manusia. Tasawuf secara psikologis merupakan hasil dari
berbagai pengalaman spiritual dan merupakan bentuk pengetahuan langsung
mengenai realitas-realitas ketuhanan. Pengalaman agama menimbulkan sugesti
positif dalam diri manusia, tidak dapat kita pungkiri bukan? Setiap selesai
shalat atau berdoa kita merasakan ketenangan dan
kedamaian.
Selain itu, kehadiran Tuhan dalam bentuk
pengalaman mistis dapat menimbulkan keyakinan yang sangat kuat.
Perasaan-perasaan mistik itu ialah ma’rifat, ittihat, hulul,
mahabbah dan lain-lain. Dalam dunia sufi juga dijelaskan bagaimana
menjalin hubungan dengan Tuhan. Tuhan itu Maha Indah, Maha Penyayang, Dia
adalah Dzat Yang Maha Sempurna dan Kekal. Jadi tidak ada rasa takut bagi para
hamba untuk mendekat kepada-Nya, justru itu
memotivasi seorang hamba untuk mempersembahkan ibadah yang terbaik. [14]
E. Tokoh-Tokoh
Tasawuf Era Modern
1. Buya
Hamka[15]
Haji Abdul Malik Karim Abdullah, yang kemudian lebih dikenal sebagaiBuya
Hamka, lahir pada 14 Muharram 1326 H atau 17 Februari 1908 M di NagariSungai
Batang, Kampung Molek ditepi Danau Maninjau (Tim Redaksi PSH,1984: 51).
Ayahnya, Haji Rasul yang dikenal sebagai Doktor Syaikh Haji AbdulKarim
Amrullah, adalah orang yang berkecukupan, cerdas dan terpandang sebagaiulama
besar sekaligus tokoh pembaharu di Minangkabau. Doktor
Haji AbdulKarim adalah pemimpin pesantren”Sumatra Thawalib” di Padang Panjang.
Dalam usia 7 tahun (1915 M) dimasukkan di sekolah desa dan malamnya
belajar mengaji al-Qur'an dengan ayahnya sendiri hingga khatam al-Qur'an. Pada
tahun 1916-1923 M, ia telah belajar agama di sekolah “Diniyah School” dan
Pesantren yang dipimpin ayahnya. Adapun guru-gurunya waktu itu adalah Syaikh
Ibrahim Musa Parabek, Engku Muda Abdul Hamid dan Zainuddin Labbay. Wilayah
Padang Panjang masa itu ramai dengan para penuntut ilmu agama Islam di bawah
pimpinan ayahnya sendiri.
Sejak usia muda ia senang berkelana. Pada usia 16 tahun ia merantau
ke Jawa untuk belajar pada HOS Cokroaminoto, RM. Suryo Pranoto, Ki Bagus
Hadikusumo dan H. Fakhrudin di Yogyakarta sekitar tahun 1924 M, Ia juga banyak
belajar pada Abang iparnya, yaitu Buya AR. Sutan Mansur, yang waktu itu menjabat
sebagai voorzitter (ketua) Muhammadiyah CabangPekalongan.
Pada usia 19 tahun, untuk pertama kalinya ia menunaikan ibadah
haji. Selama hayatnya, tercatat tujuh kali ia menuju Baitullah. Di usianya yang
ke 17 ia tampil memberikan fatwa dan
mengikuti kongres Muhammadiyah di Solo. Ia menikah dengan St. Rahmah dan
dikaruniai 10 orang anak. Pada tahun 1972 sang istri wafat, ia pun menikah lagi
dengan seorang wanita yang berasal dari Kota Cirebon yang bernama St. Hadijah.
Siti Hadijahlah yang menemaninya sampai ia wafat.
Hamka adalah seorang ulama, sastrawan dan cendekiawan yang sangat
terkenal di Indonesia maupun di negara-negara lain. Ia menelurkan 133 karya
tulis di antaranya yang paling monumental adalah Tafsir Al Azhar yaitu Tafsir
al Quran 30 juz. Ia juga dikenal sebagai novelis dan tokoh tasawuf.
Kebiasaannya sehari-hari adalah mengkhatamkan bacaan Al-Qur’an dalam 5-7 hari
dan setiap hari di bulan Ramdhan. Ia menghembuskan nafas terakhirnya ketika
usai membaca al Quran pada Jumat Sore, 24 Juli 1981.
Kiprah politik Hamka secara nyata dimulai tatkala Hamka berada
diMedan, tepatnya setelah Jepang masuk ke daerah Sumatera Timur, serta
ketikaJepang mengangkatnya menjadi penasehat. Kemudian Jepang
mengangkatnyamenjadi Syuo Sangikai dan Tjuo Sangiin untuk kawasan Sumatera
Timur danSumatera, yaitu menjadi penasehat dari Tyokan (Gubernur) Sumatera
Timur,Letnan Jendral T. Nakashima (Damami, 2000: 720).
Kiprah politik inilah yang menyebabkan Hamka mendapat tragedi
politikyang sangat menyakitkan hatinya. Dia dituduh sebagai anggota
pergerakan“kolaborator” Jepang, yaitu seseorang yang mau bekerja sama atau
membantumusuh. Ketika dia mundur dari kiprah politik zaman pendudukan Jepang
diSumatera Timur tersebut, alangkah besar warna tragedi itu dengan dicap
sebagai“penjilat” dan “lari malam” (pulang ke kampung halaman di Maninjau).
Cap-capinilah yang menyebabkan hatinya terluka dalam (Damami, 2000: 73).
Sebagai fase akhir dari hidupnya, maka ia berkhidmat dalam dunia
keulamaan, di samping secara terus menerus melakukan kegiatannya
dalammengarang. Pada tanggal 27 Juli 1975, Hamka diangkat menjadi ketua MajelisUlama
Indonesia (MUI) dan terpilih kembali dalam periode ke-2 pada akhir mei1980.
Namun setahun kemudian, tepatnya 18 Mei 1981, Hamka mengundurkandiri berkaitan
dengan masalah perbedaan pendapat dengan pihak DepartemenAgama Republik
Indonesia dalam hal fatwa mengenai kehadiran umat Islamdalam perayaan natal
(Damami, 2000: 78).
Konsp
Tasawuf Buya Hamka
Membicarakan tasawuf, pada dasarnya tidak terlepas dari pembicaraanmengapa
tasawuf itu muncul. Dalam hal ini, Hamka merumuskan bahwa hakikattasawuf adalah
“tasawuf yang diartikan dengan kehendak memperbaiki budi danmen-shifa’-kan
(membersihkan) bathin”. Dengan kata lain, dia mencoba meminjam kata al-Junaid,
seorang sufi besar abad ke-3 H, bahwa “tasawuf adalahkeluar dari budi perangai
yang tercela dan masuk kepada budi perangai yangterpuji” (Damami, 2000: 169).
Hakikat tasawuf yang didefinisikan Hamka tersebut memberikan
responilmiah dalam dirinya untuk mengkaji ulang realitas kesufian dilihat dari
kontekske-Indonesiaan. Pengalaman tasawuf Hamka mengantarkannya untuk
mengkajikembali mengenai kejumudan (stagnan) yang signifikan dalam
fungsi tasawufditinjau dari konteks “nasib umat Islam Indonesia” yang serba
“miskin”; miskinekonomi, miskin ilmu pengetahuan, miskin kebudayaan, miskin
politik dan yanglebih tragis lagi yaitu miskin mentalitas. Perspektif inilah
nampaknya yangsenantiasa menjadi semacam cerminan bagi Hamka untuk menilai
ulang tentang“fungsi tasawuf”.
Menurut pengamatan Hamka, umat Islam Indonesia juga umat
Islamdunia, sudah cukup lama tidak pernah mendapat cahaya falsafat. Akibatnya,
cara berfikir umat Islam menjadi gelap, dan tentu saja mundur, bahkan falsafat
itu sendiri dibenci oleh umat Islam (Hamka, 1986: 15). Pada masyarakat bawah masih
berkubang dalam kubangan praktek-praktek ketarekatan yang memabukkan dan
melenakan. Apabila orang Indonesia menyebut istilah “tasawuf”, maka mereka lalu
teringat kepada apa yang disebut “tarekat”. “Tarekat” merupakan kegiatan ketasawufan
yang memiliki peraturan-peraturan khusus sendiri-sendiri yang sudah baku dan
tidak dapat diubah-ubah. Sementara itu, apa yang disebut “tasawuf” sendiri pada
bentuk aslinya tidak mempunyai aturan-aturan tertentu sebagaimana tarekat.
Buya
Hamka berusahamenghadirkan tasawuf dalam konteks zaman modern dengan tetap mempertahankan
hasil positif dari tasawuf klasik untuk mengisi kekosongan yang terdapat di
dalamya. Dengan berpegang pada pepatah “Khudz mâ shafâ da’ mâ kadara” (ambil
yang baik dan buang yang buruk) atau dalam istilah Ushul Fiqh dirumuskan dengan
“al-Muhâfadzah ‘alal qadîmish shâlih wal akhdzu bil jadîdil ushlah”
(mengadaptasikan hasil capaian generasi lama yang baik dan membangun capaian
baru yang lebih baik) (Burhani, 2001: 172).
Dalam
pemikiran tasawuf Hamka ada beberapa hal yang ditawarkan: pertama, kebahagiaan;
kedua, kesehatan jiwa dan badan; ketiga, qana’ah; keempat,
tawakkal.
a. Kebahagiaan
Dalam
konsep kebahagiaan Hamka membaginya ke dalam tiga bagian:
ü Kebahagiaan Agama
Agama memberi jalan pada akal dan
membimbingnya. Agama membantu akal untuk melakukan pertimbangan dan pembanding
ketika manusia hendak melakukan atau memutuskan sesuatu.
ü Kebahagiaan Budi Pekerti
Menyelaraskan otak yang cerdas dan sehat
dengan perangai yang baik akan menampakkan apa yang mesti dibuang dan apa yang
mesti dipakai oleh manusia.
ü Kebahagiaan Harta Benda
Menurut Hamka orang yang kaya adalah
orang yang sedikit keperluannya. Seseorang yang memiliki kekayaan tidak lain
hanya untuk mengabdikan diri sepenuhnya dijalan yang diridhai Allah swt.
b. Kesehatan Jiwa dan Badan
Hamka berpendapat
bahwa kesehatan jiwa dan badan harus seimbang. Kondisi jiwa yang sehat akan
terpancar dari mata dan badan yang sehat membukakan pikiran dan mencerdaskan
akal. Cara memelihara jiwa dan badan adalah dengan, (i) bergaul dengan
orang-orang yang budiman. (ii) membiasakan pekerjaan berfikir. (iii) menahan
amarah dan syahwat. (iv) bekerja dengan teratur dan menimbang sebelum
mengerjakan. (v) mengoreksi aib diri sendiri.
c. Qana’ah
Qana’ah
ialah
menerima sesuatu dengan perasaan cukup. Menurut Hamka Qana’ah mengandung
5 perkara:
*menerima dengan rela
apa yang ada.
*memohonkan kepada Tuhan tambahan yang
pantas dan berusaha.
*menerima dengan sabar akan ketentuan
Tuhan
*bertawakal kepada Tuhan.
*Tidak
teretarik oleh tipu daya dunia.
Hamka
menuturkan bahwa orang yang mempunyai sifat qana’ah telahmemagar
hartanya sekadar apa yang dalam tangannya dan tidak menjalankan
pikirannya kepada yang lain (Hamka,
1990: 232).
d. Tawakal
Tawakal yaitu menyerahkan keputusan
segala perkara, ikhtiar dan usahakepada Tuhan semesta alam. Hamka menyebutkab
bahwa tidaklah keluar darigaris tawakal, jika seseorang berusaha menghindarkan
diri dari kemelaratan, baikyang menimpa diri, harta benda, anak turunan (Hamka,
1990: 245).
Itulah beberapa pokok pikiran penting
dari konsep Tasawuf Modern yangditawarkan Hamka.
2.
Badiuzzaman Said Nursi
Said Nursi
lahir pada tahun 1293 H./ 1876 M. di sebuah desa bernama Nursi, di wilayah
Bitlis yang terletak di sebelah timur Anatolia. Ayahnya bernama Mirza, seorang
sufi yang sangat wara’. Ibunya bernama Nuriah, ia tidak menyusui anaknya
kecuali dalam keadaan suci dan berwudhu.
Ia dari tujuh bersaudara ia dikenal sangat jenius dan rajin menghadiri
pendidikan yang diselenggarakan orang-orang dewasa.Ketika berusia 16 tahun, iadiundang untuk menghadiri suatu majelis yang
rutin diadakan oleh ulama kala itu. Ia mengalahkan beberapa ulama dengan
fatwanya. Selepas peristiwa ini, ia pun digelariBadiuzzaman (Kekaguman
Zaman).[16]
Pengalaman pendidikan yang telah beliau lalui telah
membukakan fikirannya untuk memikirkan cara untuk menghasilkan sistem
pendidikan yang berpadu. Ketika itu, Turki sedang memasuki satu zaman baru yang
membawa angin perubahan. Satu zaman di mana sains dan logika memainkan peranan
penting. Beliau berpendapat ilmu agama perlu diajarkan di sekolah-sekolah modern
dan sekular, sebaliknya ilmu sains modern pula perlu diajarkan di
sekolah-sekolah agama. Katanya, “Dengan cara ini, para pelajar di sekolah moden
dilindungi dari kekufuran dan para pelajar di sekolah agama akan dilindungi
dari sikap skeptis”.[17]
Dalam usaha merealisasikan cita-citanya tersebut, ia
mendatangi Sultan Abdul Hamid sebanyak dua kali (yaitu pada 1896 dan 1907) di
Istanbul untuk membahas idenya. Namun ia menyampaikan maksudnya tersebut dengan
nada kasar sehingga dijebloskan ke Rumah Sakit Jiwa di daerah setempat. Akan
tetapi dokter yang menanganinya menyatakan, “Jika Badiuzzaman gila, maka tidak
akan ada seorang manusia siuman pun di dalam dunia ini”. Dengan ini, beliau pun
dibebaskan.Sering kali Badiuzzaman (sapaan beliau) menjadi sasaran tuduhan
(fitnah) yang bertentangan dengan niat dan cita-citanya.[18]
Pada Perang Dunia Pertama, Badiuzzaman menjadi
pemimpin pasukan sukarelawan di medan perang Kaukasia dan Anatolia Timur.
Keperwiraan yang telah ditunjukannya di medan pertempuran mendapat pujian dari
para panglima Tentera Turki Utsmaniah, termasuklah Anwar Pansya, Menteri Perang
dan Ketua Turus Tentera ketika itu. Pasukannya diberi gelar “Pasukan Topi Bulu”.
Pasukan ini telah memukul mundur tentara Russia dan pengganas Armenia. Di medan
perang inilah beliau telah menulis tafsirnya yang bertajuk “Isyaaratul I'jaz” dalam
bahasa Arab. Karyanya ini ditulis ketika beliau menunggang kuda di garda depandan
di dalam kubu-kubu pertahanan. Tafsir ini kemudian mendapat penghargaan dari para ulama
terkenal.[19]
Pada masa itu, kezaliman menyelubungi Turki. Azan
diharamkan, beratus-ratus masjid telah digunakan untuk tujuan bukan keagamaan.
perubahan telah dijalankan untuk memutuskan Turki dari masa lalunya yang
terkenal dengan nilai-nilai akhlaknya yang mulia. Siapa yang berbicara tentang
agama memerlukan keberanian untuk melakukannya. Tulisan-tulisan mengenai agama
dihilangkan.[20]
Dalam suasana beginilah Badiuzzaman Said Nursi
memasuki lembaran kedua hidupnya. Ia diberi gelar "Said Jadid” (Said
Baru). Ia mencurahkan hidupnya untuk menulis dan mensyiarkan iman dan Islam.
Kebenaran iman ialah kebenaran dunia yang terpenting. Membangkitkan semula iman
dan Islam menjadi tugas utamanya. Ia berkata, “Saya akan buktikan kepada dunia
bahawa Al-Quran ialah matahari rohani yang tidak akan luntur dan tidak akan
padam”. Gelar Said Jadid diberkan kepadanya karena ia seumpama matahari,
menyinari dunia sains dan budaya. Semenjak itulah, beliau telah menyinari
berjuta-juta manusia dengan cahaya iman.[21]
Karya tulisnya sebanyak 600.000 naskah yang ditulis tangan.Said Nursi telah melahirkan sejumlah karya penting, salah satunya
adalah “Risale-i Nur” atau Risalah Nur, sebuah tafsir Alquran setebal lebih
dari enam ribu halaman.[22]
Konsep Tasawuf Badiuzzaman Said Nursi
Pemikiran Said Nursi tentang tasawuf berdasar pada pemahamannya
terhadap Alquran dan pengalaman, baik berupa pengamatan terhadap suatu
realitas, maupun berupa perjalanan spritualnya sendiri. Sufisme Said Nursi
menempatkan iman sebagai landasan utama dan pertama yang harus diperbaiki dalam
menjalani kehidupan di dunia ini, apalagi dalam mengadapi tantangan atheisme
dan sekulerisme tersebut. Said Nursi juga banyak melakukan perenungan dan
berkhalwat dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Swt. Sebagian besar waktunya dihabiskan untuk
itu, ia memohon petunjuk dan hidayah dari Allah Swt, melakukan pencarian iman
yang haqiqi,yang menurutnya sangat penting dan
menjadi faktor penentu keselamatan umat manusia.Bahkan menurutnya, tujuan pokok
dari tasawuf dan tarekat itu adalah mengetahui hakekat keimanan.[23]
Iman inilah yang menjadi titik sentral dalam pandangan tasawuf Said
Nursi. Berangkat dari iman, maka orang bisa mengenal Allah Swt, yang kemudian
menuju kepada mencintai Allah dan pada akhirnya akan merasakan sebuah kelesatan
dan kenikmatan yang tidak ada taranya ketika manusia sampai kepada cinta kepada
Allah “mahabbatullah”. Inilah yang dijelaskan dalam bukunya yang
berjudul “Anwar al- hakikat: Mabahis fi Tasawuf wa al-Suluk.
Inilah konsep tasawuf dari Said Nursi yang terdiri dari empat
fase. Faseini berangkat dari iman, kemudian dengan iman, manusia
dapat mengenal Allah Swt/makrifatullah, dan dari makrifatullah, manusia
mendapatkan mahabatullah dan dari mahabbatullah manusia akan
mencapai sebuah kelesatan dan kenikmatan spritual yang tidak ada bandingnya,
yaitu allazzat al-ruhiyah.[24]
a.
Hakekat Iman
Menurut Nursi, persoalan iman merupakan hal yang sangat penting
dalam kehidupan dunia ini. Bahkan lebih penting dari tasawuf itu
sendiri.
Manusia tidak akan pernah masuk surga tanpa iman, sementara banyak
orang
yang masuk surga bukan karena tasawuf.
Konsep keimanan bagi Said Nursi berangkat dan sejalan dengan
konsepyang dipahami oleh Imam al-Rabbaniy, pemimpin dan tokoh tarekat Naqsyabandiyah.
Menurut al-Rabbaniy dalam karangannya: “Saya lebihmengutamakan untuk
menjelaskan hakekat keimanan dibandingkan denganmasalah lainnya. Dengan ribuan
masalah rasa, dan kemuliaan. Ia juga berkata:
Sesungguhnya
batas akhir dari jalan/tarekat tasawuf secara menyeluruhadalah menjelaskan
hakekat keimanan. “
b.
Makrifatullah(Mengenal
Allah)
Dari pengkajian tentang isi Al-Qur’an, maka Said Nursi
mendapatkansebuah kata kunci untuk mendekati dan mengenal Allah Swt, yaitu
denganjalan kerendahan”. Untuk menjadikan manusia bisa merendahkan diri
dihadapan Allah Swt, maka ditempuhlah beberapa cara/metode untuk sampai kepada-Nya
dan menuju tingkat Kesucian. Metode ini, menurutnya sangatlah simpel dan
ringkas, tetapi lebih umum dan lebih mendalam. Metode tersebut dinamakan dengan
al-khututwat al- Arba’ah (empat langkah), yaitu dengan al-a’jz (menampakkan
kelemahan), al- faqr (ketiadaan/kemiskinan), alsyaqafah(rasa
kasih sayang), dan al-Tafakkur (bertafakkur).
c. Mahabbatullah (Cinta Allah)
Konsep tasawuf Said Nursi adalah Mahabbatullah yang muncul
dari makrifatullah. Menurutnya, orang-orang yang mengenal Allah dengan yang
nantinya akan mendapatkan Mahabbatullah, maka mereka tidak menghiraukan
lagi apapun yang terjadi. Mereka telah membentengi dirinya dari berbagai macam
godaan dan gangguan, termasuk tipu daya syaitan. Perasaan cintanya kepada Allah
tidak goyah lagi. Akan tetapi, tanpa mahabbatullah, maka manusia akan
selalu berada dalam tipu daya syaithan.
Menurut Said Nursi, untuk mendapatkan cinta Allah, maka seorang
pencinta (baca :manusia) harus mencintai dengan rendah diri tanpa mengharapkan
apa-apa. Dalam hal ini, Said Nursi menggambarkan perasaan cinta yang tulus
kepada Allah, sebagaimana perasaan cinta seorang ayah atau ibu kepada
anak-anaknya. Untuk mendapatkan kedua sifat Allah ini, al-Rahman dan al-Rahim,
maka sarana yang paling penting yang harus dilakukan adalah jalan kefakiran/kemiskinan
yang dibarengi dengan rasa syukur, kelemahanyang dibarengi dengan kasih
sayang. Atau dengan kata lain melaksanakan kepatuhan dan memiliki
rasa tidak memiliki di hadapanNya.[25]
d.
Al-Ladzdzah
al-Ruhiyah (Kenikmatan Rohani)
Fase keempat dalam konsep tasawuf Said Nursi adalah al-lassat
alruuhiyah.Yaitu fase terakhir dari ketiga fase sebelumnya, yaitu fase yang
akan diperoleh oleh seorang hamba setelah ia mempunyai hakekat iman,
yang menghasilkan makrifatullah dan menghasilkan mahabbatullah.
Dengan demikian, jika setiap orang yang mengenal Allah
denganpengenalan yang benar, dan hatinya telah dipenuhi dengan cahaya cintanya,
maka ia akan menjadi pemilik kebahagiaan yang tidak ada batasnya, dan nikmat
yang tidak ada habisnya, kesenangan yang tidak ada hentinya, dan iaakan
mendapatkannya, baik sekarang maupun akan datang. Sementara itu, orang yang
tidak mengenal Allah dengan baik, maka ia tidak akan mendapatkan cinta Allah.
Ia akan mengalami kesulitan fisik dan psikis selamanya. Ia mengalami berbagai
penderitaan dan rasa putus asa yang tak terbatas.Ia akan memperoleh kasih sayangNya
yang luas, dan bersandar kepada kemahakuasaan-Nya yang mutlak. Ia akan
mendapatkan kehidupan dunia yang menyenangkan dan usaha yang menguntungkan.[26]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Krisis spiritual, kebimbangan, cemas, tindakan syirik
sosial, kedzaliman terstruktural dan berbagai tindakan
amoral lainnya merupakan dampak dari lahirnya era modern yang ditandai oleh
revolusi industri di Barat yang
berpengaruh langsung bagi seluruh manusia di dunia. Munculnya era ini, menimbulkan
kesenjangan di masyarakat yang nyaris tidak
dapat diperbaiki. Tokoh-tokoh seperti Buya Hamka dan Said Nursi adalah
segelintir dari perintis revolusi mental bagi umat. Mereka adalah para pelopor
yang memurnikan ajaran tasawuf untuk menjadi jalan pulang bagi manusia dalam
mengobati virus yang menjangkiti mereka. Sampai kapanpun, tasawuf (baca:akhlak
dan agama) menjadi pengontrol perbuatan manusia.
B.
Saran dan Kritik
Telah banyak literature yang mambahas tentang
Tasawuf di berbagai era. Salah satunya adalah era modern. Secara teoritis sudah
ada di genggaman kita ummat manusia, tinggal mau atau tidak kita
mengaplikasikan teori-teori tersebut. Allah Ta’ala telah menyatakan bahwa dunia
ini adalah permainan. Marilah kita tidak main-main dalam menjalani hidup ini,
tapi kita harus jadi pemenang di kehidupan nanti dari panggung permainan ini.
Penulis menyadari, penulis hanyalah hamba-Nya yang
dha’if. Dari tulisan ini tentu di temui banyak kekurangan. Oleh karena itu,
mohon kritik dan saran dari para pembaca sekalian.Jazakumullahu Khairan
Katsiran. Wallahu Musta’an.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Al-Qur’anul
Karim.
Hamka. Tasauf:
Perkembangan dan Pemurniannya.Jakarta: Yayasan Nurul Islam, 1981.
Kamaruddin
Mustamin.Dimensi Tasawuf Said Nursi. Jurnal Al-Fikr, vol.15 no.3, 2011.
(online)
Muhayya, Abdul,
Simuh, dkk.Tasawuf dan Krisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001.
Mustaqim,
Abdul. Akhlak Tasawuf : Lelaku Suci
Menuju Revolusi Hati.Yogyakarta: Kaukaba, 2013.
Toriquddin,
Moh. Sekularitas Tasawuf:Membumikan Tasawuf dalam Dunia Modern. Malang:UIN-Malang
Press.2008.
Website:
http://carapedia.com/pengertian_definisi_modern_info2170.html,diakses Ahad, 23 November 2014 pukul 06.22 WIB
http://www.ejournal-unisma.net/ojs/index.php/region/article/view/463,diakses Ahad, 23 November 2014 pukul 16.01 WIB
http://journal.ugm.ac.id/jurnal-humaniora/article/view/631/417,diakses Sabtu,
22 November 2014 pukul 02.00 WIB
Jtptiain-gdl-s1-2006-dinanim110-1475-bab3-110-1.pdf,
http://www.google.com/digilib.uin-suka.ac.id/PUSTAKA.pdf, diakses 20 Desember 2014
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/tasawuf/12/05/24/m4io4b-bagaimana-berguru-kepada-penghuni-alam-lain-4habis,diakses Ahad, 23 November 2014 pukul 13.12 WIB
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/11/08/md5rzf-said-nursi-ulama-dan-pemikir-agung-dari-turki-1, diakses pada 21-12-2014.
http://www.saidnur.com/foreign/malay/risaleler/nursitarihce.htm, diakses 20 Desember 2014.
[1]http://carapedia.com/pengertian_definisi_modern_info2170.html,diakses
Ahad, 23 November 2014 pukul 06.22 WIB
[2]http://journal.ugm.ac.id/jurnal-humaniora/article/view/631/417,diakses Sabtu, 22 November 2014
pukul 02.00 WIB
[3]Ibid.
[4]
Hamka, Tasauf perkembangan dan pemurniannya, hal.83
[5]Al-Qur’an
Digital
[6]http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/tasawuf/12/05/24/m4io4b-bagaimana-berguru-kepada-penghuni-alam-lain-4habis diakses , Ahad, 23 November
2014. Perkataan Ali kw.
[7]http://www.ejournal-unisma.net/ojs/index.php/region/article/view/463,diakses Ahad, 23
November 2014 pukul 16.01 WIB
[8]Ibid.
[10]
Dr. H. Abd. Mustaqim, M.A. Akhlak Tasawuf Lelaku Suci Menuju Revolusi Hati. Hal.
vi
[11]Ibid.
[12]
H. Moh. Toriquddin, Lc.MHI. Sekularitas Tasawuf: Membumikan Tasawud dalam
Dunia Moder.hal 64.
[15]
Jtptiain-gdl-s1-2006-dinanim110-1475-bab3-110-1.pdf, http://www.google.com/digilib.uin-suka.ac.id/PUSTAKA.pdf,
diakses 20 Desember 2014
[17]Ibid.
[18]
Ibid.
[19]
Ibid.
[20]
Ibid.
[21]
Ibid.
[23]
Kamaruddin Mustamin.Dimensi Tasawuf Said Nursi. Jurnal Al-Fikr, vol.15
no.3 2011, hal. 515
[24]Ibid.
[25]Ibid.
hal. 518
[26]
Ibid. hal. 519
Tidak ada komentar:
Posting Komentar