BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menjadi pembahasan yang sangat menarik dimana hal itu
dikaitkan dengan al-Qur’an. Lain halnya
dengan kitab-kitab terdahulu yang berfungsi sebagai pegangan bagi umat
tertentu, lingkup fungsi al-Quran tidak hanya umat Islam, akan tetapi meluas ke
seluruh umat manusia.[1]
Setelah pesan Allah disampaikan kepada Nabi Muhammad saw.
Maka dalam posisinya (Muhammad) sebagai pengemban amanat dan berkewajiban
menyampikan kepada seluruh manusia.[2]
Pada dasarnya Nabi Muhammad saw. Sebagai makhluk yang sama dengan manusia
lainnya, yang membedakan hanyalah dia seorang Nabi sekaligus rasul. Sebagai
makhluk pilihan Allah swt. sudah sepantasnya mendapat fasilitas yang
lebih dari-Nya.[3]
Disamping makhluk pilihan Allah swt. kedudukanpun beliau berada diatas semua Nabi,
sebagaimana dalam hadistnya beliau mejadi imam para Nabi pada waktu shalat.[4]Fakta-fakta
tersebut, cukup dijadikan bukti bahwa beliau memang orang yang sangat mulia.
Dari sekian mu’jizat pada nabi Muhammad saw. Al-Qur’an
lah satu-satunya mukjizat yang sangat fenomenal, dan pastinya dibalik
ke-fenomalan al-Qur’an pastinya di tuturkan oleh subjek yang jauh dari
sangat menakjubkan, yaitu Allah swt. 1400 tahun lebih Allah turun, akan tetapi
keberadaannya masih dan selalu sesuai dan sangat untuk dinikmati, bukan seperti
koran yang kenikmatan hanya bertahan pada waktu-waktu tertentu. Subhanallah
Berbicara
tentang al-Qur’an, buah karya dari yang maha cerdas, maha indah, maha
berkehendak, yang tercermin dalam setiap pahatan-Nya (ciptaan-Nya), menjadikan
motivasi tersendiri bagi kita untuk mendalaminya. Menjadikan al-Qur’an dekat
dengan kita, bisa dibuktikan saat ini banyak anak kecil yang sudah mulai
menghafal al-Quran. Nabi Muahmmad saw. juga sangat menganjurkan untuk
mempelajari al-Qur’an[5],
akan tetapi dilain waktu, Nabi juga bersabda bahwwasannya ada hukuman
tersendiri bagi orang yang mempelajari al-Qur’an tapi tidak diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.[6]
Oleh karena itu, ketika kita sudah mendapatkan ilmu, tularkanlah pada orang
lain. Agar mereka bisa merasakan nikmatnya ilmu dan memotivasi mereka untuk
mempelajari ilmu apapun, terlebih al-Qur’an.
Pastinya banyak faktor yang menjadikan al-Qur’an
itu didevinisikan sebagai mukjizat yang agung. Wujuh wa Nadzair misalnya.
Tulisan di dalam ini, sedikit menguraikan tentang kata-kata yang masuk dalam
kategori wujuh wa Nadzair dengan merujuk beberapa leteratur yang juga membahas tentang
hal tersebut.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa
Pengertian Wujuh dan Nazha’ir ?
2.
Bagaimana
jika Wujuh dan Nazha’ir sebagai fenomena kebahasaan dan kewahyuan ?
3.
Bagaimana
Wujuh dan Nazha’ir di dalam al-Qur’an dan apa saja contoh-contohnya ?
C. Tujuan
1.
Agar
memahami pengertian dari Wujuh dan Nazha’ir
2.
Agar
mengetahui Wujuh dan Nazha’ir sebagai fenomena kebahasaan dan kewahyuan
3.
Agar
mengetahui Wujuh dan Nazha’ir beserta contoh-contohnya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Wujuh wa Nadzair
Menurut arti bahasa wujuh merupakan lafal jama’ dari
bentuk mufrod wajhun yang mempunyai arti bermacam-macam/beragam, sedangkan
lafal nazha’ir juga merupakan bentuk jam’ dari lafal nadzrun yang mempunyai
arti kesamaan atau sepadan.[7] Bermula dari arti bahasa tersbut maka muncul
pengertian bahwa wujuh adalah lafal yang mempunyai arti/makna banyak yang
digunakan dalam pelbagai bentuk jumlah kalimat yang berbeda-beda. Dan madzha’ir adalah lafal yang mempunyai arti sama walaupun dalam
bentuk jumah kalimat (ayat-ayat al-Qur’an) yang berbeda-beda.
Kata
wujuh telah dipakai dalam hadis marfu’ dan kata ini juga pernah dicetuskan oleh
ungkapan yang disampakan Ali bin Abi Thalib ra. Ini merupakan ungkapan pertam
yang menggunakan wujuh terkait dengan nash al-Qur’an. Karagan mengenai wujuh
dan nazha’ir telah ada semenjak abad kedua hijriah, yaitu karang Muqatil bil
Sulaiman (w.150 H).[8]
B. Wujuh dan Nazha’ir Sebagai Fenomena
Kebahasaan dan Kewahyuan
1. Wujuh dan Nazha’ir Sebagai Fenomena Kebahasaan
Wujuh pada dasarnya memiliki sebuah makana yang melekat
padanya, namun ketika kata tersebut memasuki sebuah kalimat kalimat untuk
menunjukkan konteks tertentu dari suatu teks, kata tersebut mengalami
perkembangan makna bedasarkan konteksnya.[9] Contohnya kata Kitab yang
terpisah dari sistem hubungan memiliki makna dasar “Kitab”. Namun, saat ia
diletakkan pada sistem khusus dalam hubungan erat dengan kata-kata penting
seperti Allah, Wahyu, Tanzil, Nabi,dll ia dipahami secara
komprehensif sebagai kata yang memiliki signifikansi dalam kehidupan
muslim. Kitab, kemudian bukan hanya sebagai sebuah kitab dalam
makna dasarnya, malainkan kitab yang merupakan wahyu yang diturunkan oleh Allah
SWT kepada Nabi. Kata Kitab jadi memiliki makna baru yang
tidak dipahami sebelumnya oleh masyarakat pra-Islam.
seseorang yang membaca
maksud Allah melelui teks Al-Qur’an. Walaupun ia dapat membaca kehendak Allah
lewat teks tersebut, namun pembacaannya tentu berbeda dengan pembacaan orang
dari perspektif yang berbeda. Sehingga dari sinilah Al-Qur’an dapat dipahami
bahwasanya Al-Qur’an memiliki kebenaran yang bersifat Multidimensi.
Kata-kata dalam
Al-Qur’an yang memiliki interrelasi inilah yang dipahami sebagai Wujuh.
Sedangkan Nazha’ir adalah kata-kata yang bukan merupakan istilah-istilah kunci
sebagai konsep religius, sehingga ia dipahami dengan makna dasarnya yang
berpijak pada tradisi bahasa Arab saat Al-Qur’an diturunkan.
2. Wujuh dan Nazha’ir Sebagai Fenomena Kewahyuan
Al-Qur’an sebagai jalan
hidup mengandung kalam Allah sebagai gagasan-gagasan Islam yang bersifat
transendental dan universal, shalih kulli zaman wa makan. Untuk dapat berfungsi
sebagai petunjuk Al-Qur’an harus dapat dipahami oleh pembacanya.
Untuk memahami makna
yang ada di balik kalam Allah didalam Al-Qur’an, dapat dilakukan dengan
berbagai macam upaya. Meski pada dasarnya tidak ada seorang pun yang berhak
mengatakan bahwa apa yang dapat dipahami dari ayat-ayat Al-Qur’an tersebut
adalah merupakan apa yang sebenarnya dimaksud oleh Allah. Namun,terdapat
standaruntuk memperoleh kesepakatan makna dari bahasa Kitab suci tersebut,
yakni kondisi objektif teks atau firman tertulis dalam bahasanya itu
sendiri.
Fenomena Wujuh dan
Nazha’ir dalam pembahasan ilmu-ilmu Al-Qur’an juga merupakan hasil usaha yang
dilakukan untuk manafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an. Fenomena Wujuh menunjukkan
bahwa sistem hubungan istilah-istilah kunci dalam Al-Qur’an telah membentuk
pandangan dunianya sebagai cakrawala pemahaman bagi pembacanya dalam usaha
memahami kandungannya. Sedangkan fenomena Nazha’ir mengindikasikan Al-Quran
sebagai peristiwa kesejarahan yang juga menggunakan kata-kata dengan makna
dasar yang diwarisi oleh tradisi saat dan dimana ia diturunkan.
Maka Wujuh merupakan
fenomena kewahyuan, dimana seorang pembaca AL-Qur’an akan mendapatkan bahwa
ayat-ayatnya menampakkan wajahnya dari perspektif dan latar belakang ia
membacanya.
C. Al-Wujuh Dalam Al-Qu’an
Al-wujuh di dalam alQur’an mempunyai arti ; al-huda; suu’; shalat;
rahmah; fitnah; ruh; dzikr; din; du’a.[10]
contoh : ma’na du’a
dalam al-Qur’an. Kata ad-Diin disebutkan dalam al-Qur’an
kurang lebih 92 kali, dengan beberapa arti,[11]diantaranya
:
1.
Agama,
bacalah Q.S. al-Baqarah 2: 132
وَوَصَّى
بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللّهَ اصْطَفَى لَكُمُ
الدِّينَ فَلاَ تَمُوتُنَّ إَلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
“Dan Ibrahim mewasiatkan (ucapan) itu kepada anak-anaknya, demikian
pula Ya‘qub. “Wahai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah Memilih agama ini untukmu,
maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.”
Selain ayat diatas, bisa juga di lihat
pada surah:
إِنَّ
الدِّينَ عِندَ اللّهِ الإِسْلاَمُ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوْتُواْ
الْكِتَابَ إِلاَّ مِن بَعْدِ مَا جَاءهُمُ الْعِلْمُ بَغْياً بَيْنَهُمْ وَمَن
يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللّهِ فَإِنَّ اللّهِ سَرِيعُ الْحِسَابِ
“Sesungguhnya
agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang
yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka,
karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap
ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.” Q.S. Ali Imran 3:19
أَفَغَيْرَ دِينِ اللّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَن فِي
السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ طَوْعاً وَكَرْهاً وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ
“Maka
apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah
menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun
terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.” Q.S. Ali Imran 3: 83
وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الإِسْلاَمِ دِيناً فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ
وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Barangsiapa
mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima
(agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” Q.S. Ali Imran 3: 85
حُرِّمَتْ
عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالْدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ
اللّهِ بِهِ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ
وَالنَّطِيحَةُ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ إِلاَّ مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى
النُّصُبِ وَأَن تَسْتَقْسِمُواْ بِالأَزْلاَمِ ذَلِكُمْ فِسْقٌ الْيَوْمَ يَئِسَ
الَّذِينَ كَفَرُواْ مِن دِينِكُمْ فَلاَ تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ الْيَوْمَ
أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ
الإِسْلاَمَ دِيناً فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِّإِثْمٍ
فَإِنَّ اللّهَ غَفُورٌ رَّحِيم
“Diharamkan
bagimu (memakan) bangkai, darah , daging babi, (daging hewan) yang disembelih
atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang
ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya ,
dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga)
mengundi nasib dengan anak panah , (mengundi nasib dengan anak panah itu)
adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk
(mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan
takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan
telah Ku-cukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama
bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa,
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Q.S. Al-Maidah 5: 3
2.
Hari
pembalasan, perhitungan, dan kiamat. Seperti QS. Al-Fatihah 1: 4.
مَالِكِ
يَوْمِ الدِّينِ
“yang menguasai hari
pembalasan”.
Selain ayat diatas, bisa juga di lihat
pada surah:
وَإِنَّ
عَلَيْكَ اللَّعْنَةَ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ
“dan
sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat".QS. Al-Hijr 15: 35
يَوْمَ
تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ أَلْسِنَتُهُمْ وَأَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُم بِمَا كَانُوا
يَعْمَلُونَ
“pada
hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap
apa yang dahulu mereka kerjakan.” Q.S. An-Nur 24:24
وَالَّذِي
أَطْمَعُ أَن يَغْفِرَ لِي خَطِيئَتِي يَوْمَ الدِّينِ
“dan
Yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat".Q.S. As-Syu’ara’ 26:82.
3. Ibadah, patuh, dan ketaatan. Bacalah QS. Al-Mu’min 23: 14.
ثُمَّ خَلَقْنَا
النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ
عِظَاماً فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْماً ثُمَّ أَنشَأْنَاهُ خَلْقاً آخَرَ فَتَبَارَكَ
اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ
“maka, sembahlah Allah dengan memurnikan ibadah kepada-Nya,
meskipun orang-orang kafir tidak menyukainya”.
4.
Undang-undang
dan peraturan yang wajib dilaksanakan.
Seperti pada QS. Ar-Rum 30: 30
فَأَقِمْ
وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفاً فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا
لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ
النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam);
(sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah Menciptakan manusia menurut (fitrah)
itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui”.
Selain ayat diatas, bisa juga di lihat
pada surah:
فَفَرَرْتُ
مِنكُمْ لَمَّا خِفْتُكُمْ فَوَهَبَ لِي رَبِّي حُكْماً وَجَعَلَنِي مِنَ
الْمُرْسَلِينَ
“Lalu
aku lari meninggalkan kamu ketika aku takut kepadamu, kemudian Tuhanku
memberikan kepadaku ilmu serta Dia menjadikanku salah seorang di antara
rasul-rasul.” Q.S. Asy-Syu’ara 26: 21
الزَّانِيَةُ
وَالزَّانِي فَاجْلِدُوا كُلَّ وَاحِدٍ مِّنْهُمَا مِئَةَ جَلْدَةٍ وَلَا
تَأْخُذْكُم بِهِمَا رَأْفَةٌ فِي دِينِ اللَّهِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ
بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَلْيَشْهَدْ عَذَابَهُمَا طَائِفَةٌ مِّنَ
الْمُؤْمِنِينَ
“Perempuan
yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari
keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya
mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah,
dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh
sekumpulan orang-orang yang beriman.” Q.S. An-Nur 24: 2
Contoh lain
kata sulthon memiliki dua ma’na. Ad-du’a mempunyai6 ma’na. Untuk
lebih detailnya silahkan baca “Kamus Kecil al-Quran – Homogim Kata secara
Alfabetis” karya Abu al-Fadl al-Hubaisy yang sudah diterjemahkan oleh wujuh
e quran.
D. An-Nadzair di Dalam Al-Qur’an
Analisis pertama merujuk buku kaidah tafsir karya Prof. Quraisy
Syihab.[12]
1.
فعل&كسب
Fa’ala : berbagai bentuk dari kata fa’ala menunjukkan perbuatan yang buruk.
Ini, kecuali bentuk mudhori yaf’alu, bila pelakunya Allah menunjukkan
sesuatu yang dalam kuasa-Nya yang diluar kemampuan manusia.
Contoh : QS. Yusuf: 32
قَالَتْ فَذَلِكُنَّ الَّذِي لُمْتُنَّنِي فِيهِ
وَلَقَدْ رَاوَدتُّهُ عَن نَّفْسِهِ فَاسَتَعْصَمَ وَلَئِن لَّمْ يَفْعَلْ مَا
آمُرُهُ لَيُسْجَنَنَّ وَلَيَكُوناً مِّنَ الصَّاغِرِينَ
“Dia (istri al-‘Aziz) berkata, “Itulah
orangnya yang menyebabkan kamu mencela aku karena (aku tertarik) kepadanya, dan
sungguh, aku telah menggoda untuk menundukkan dirinya tetapi dia menolak. Jika
dia tidak melakukan apa yang aku perintahkan kepadanya, niscaya dia akan
dipenjarakan, dan dia akan menjadi orang yang hina.”
Sedangkan, untuk contoh kata yaf’alu
yaf’alu yang pelakunya Allah bisa anda baca pada QS. Ali Imran 3: 40. Ayat tersebut
menjelaskan kekuasaan Allah untuk memberi anak kepada Zakaria, yang tua bangka
dan istrinya dirasa mandul.
Kasaba : sesuatu yang dilakukan berpotensi untuk
dituntut oleh Allah, baik tuntutan baik maupun buruk.[13]
Contoh : QS. Al-Ghafir : 17
الْيَوْمَ تُجْزَى كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ لَا ظُلْمَ الْيَوْمَ
إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ -١٧-
“Pada hari ini setiap jiwa diberi balasan sesuai dengan apa yang
telah dikerjakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sungguh, Allah
sangat cepat perhitungan-Nya.”
2.
قلب&فؤاد
Qalb : wadah,
alat / pelaku, ada kalanya si pelaku tidak dituntut untuk mempertanggung
jawabkan namun sebaliknya, juga ada potensi untuk dituntut.
Contoh :
Fuad : hati yang harus mempertanggung jawabkan
sikapnya
Contoh : QS.
3.
عباد&عبيد
‘ibaad : hamba yang taat
Contoh
:
وَالَّذِي
أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ هُوَ الْحَقُّ مُصَدِّقاً لِّمَا بَيْنَ
يَدَيْهِ إِنَّ اللَّهَ بِعِبَادِهِ لَخَبِيرٌ بَصِيرٌ
“Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu yaitu Al Kitab (Al
Qur'an) itulah yang benar, dengan membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya.
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Mengetahui lagi Maha Melihat (keadaan)
hamba-hamba-Nya.” Q.S. Fathir 35: 31
‘abiid : hamba Allah yang berdosa dan tidak mau
bertobat
Contoh
:
مَا
يُبَدَّلُ الْقَوْلُ لَدَيَّ وَمَا أَنَا بِظَلَّامٍ لِّلْعَبِيدِ
“Keputusan di sisi-Ku tidak dapat diubah dan Aku sekali-kali tidak
menganiaya hamba-hamba-Ku”. Q.S.
Qaf 50: 29
4.
ضياء&نور
Dhiya’ : cahaya yang bersumber dari diri sendiri
Contoh :
ألا إِنَّهُمْ هُمُ
الْمُفْسِدُونَ وَلَـكِن لاَّ يَشْعُرُونَ
“Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat
kerusakan, tetapi mereka tidak sadar”.Q.S.
Al-Baqarah 2: 12
Nuur : pantulan
Contoh :
هُوَ
الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاء وَالْقَمَرَ نُوراً وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ
لِتَعْلَمُواْ عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ مَا خَلَقَ اللّهُ ذَلِكَ إِلاَّ
بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan
ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu,
supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak
menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak . Dia menjelaskan
tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.” Q.S. Yunus 10: 5
5.
خلق & جعل
Khalaqa : menciptakan sesuatu tanpa ada bahannya. Oleh
karena itu, lafadz ini menunjukkan pada satu objek saja.
Contoh
: ghafir : 67
هُوَ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن تُرَابٍ ثُمَّ مِن
نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ
Ja’ala : menciptakan sesuatu dengan bahan yang sudah
ada. Sehingga variable lafadz ini menunjukkan dua objek sekaligus dalam satu
ciptaan.
Contoh
:
وَجَعَلْنَا السَّمَاء سَقْفاً مَّحْفُوظاً
وَهُمْ عَنْ آيَاتِهَا مُعْرِضُونَ
“Dan Kami Menjadikan langit sebagai atap yang
terpelihara, namun mereka tetap berpaling dari tanda- tanda (kebesaran Allah)
itu (matahari, bulan, angin, awan, dan lain-lain).” Q.S. al-anbiya’ 21:32
6.
محيط & عدل[14]
Muhith : sifat adil yang
‘adil:
ن تَمۡسَسۡكُمۡ
حَسَنَةٞ تَسُؤۡهُمۡ وَإِن تُصِبۡكُمۡ سَيِّئَةٞ يَفۡرَحُواْ بِهَاۖ وَإِن
تَصۡبِرُواْ وَتَتَّقُواْ لَا يَضُرُّكُمۡ كَيۡدُهُمۡ شَيًۡٔاۗ إِنَّ ٱللَّهَ
بِمَا يَعۡمَلُونَ مُحِيطٞ
“Jika kamu memperoleh
kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana,
mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya
mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudaratan kepadamu. Sesungguhnya Allah
mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.” Q.S. Ali ‘Imran 3: 120)
7.
الدين & ملّة[15]
Ad-din : perarturan teori (teori agama), peraturan
agama
Contoh
:
لاَ إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَد تَّبَيَّنَ الرُّشْدمِنَ الْغَيِّ
فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِن بِاللّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ
الْوُثْقَىَ لاَ انفِصَامَ لَهَا وَاللّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya
telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa
yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah
berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.Q.S. Al-Baqarah 2: 256
Millah : teori dan praktek, seperti tradisi (upacara)
agama.
Contoh
:
مَا سَمِعْنَا بِهَذَا فِي الْمِلَّةِ
الْآخِرَةِ إِنْ هَذَا إِلَّا اخْتِلَاقٌ
“Kami tidak pernah mendengar tentang hal ini
pada agama yang terakhir. Ini tidak lain hanyalah rekaan semata.”
QS.
Shaad [38]: 7[16]
Perkataan tersebut dilontarkan oleh kaum
quraisy[17]
yang tidak menerima agam yang dibawa oleh Nabi saw. karna tidak sesuai dengan agama
yang terakhir (Yahudi dan Nasrani).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Abul Fadhl Hubaisy. Kamus Kecil al-Qur’an, terj.
Musa Muzauwir. Citra jakarta. 2012.
Kaidah tafsir. Quraisy Syihab.
Muhammad
Chirzin. “Al-Quran dan Ulumul Qura”. Yogyakarta: PT. Bhakti Prima Yasa, 1998.
Muhammad Chirzin.“Kamus Pintar al-Qur’an”. Gramedia. Jakarta. 2011.
Munawir
Syadzali MA, dkk, Ensiklopedi Al-Quran Dunia Islam Modern, Yogyakarta:
PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 2002, hlm.
426.
M. Quraisy Syihab, Kaidah Tafsir, Tangerang,
Lentera Hati, 2013, hlm. 119-138.
.
Quraisy
Syihab, Perempuan, Bandung: Lentera Hati,
[1]Al-baqarah [2]:182
[2] Al-maidah [5]:67
[3] Diibaratkan ada seseorang yang spesial di hati anda, pasti anda lebih
mengutamakan dirinya dari pada orang lain. Bukan berarti ada penyamaan dalam
sifat-Nya, yang sangat berlawanan dengan sifat mukhalaftu li al-hawaditsi.
perumpamaan ini untuk memudahkan pembaca dalam memahami teks tersebut. pada
dasarnya, sifat tersebut beda cara ataupun yang lainnya.
[4] HR. Muslim no. 251
[5] HR. Muslim no. 1336, dan masih banyak hadis lain menjelaskan tentang
anjuran mempelajari al-quran.
[6] HR. Bukhari no. 6525
[7]A.W. Munawwir
“kamus al-Munawwir Arab-Indonesia” Krapyak Yogyakarta
[8]Salwa Muhammad
al-‘Awwa, al-Wujuh wa al-Nazhar fi al-Qur’an al-Krim (Kairo: Dar el Syuruq,
1998), hlm 19.
[9]Drs.Muhammad Chirzin, .
Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Dana Bakti Prima Yasa, 2003), hlm.
207.
[10] Prof. Drs. Muhammad Chirzin M. Ag.,
Al-Quran dan Ulumul Quran, Yogyakarta: PT. Bhakti Prima Yasa, 1998, hlm
.di dalam buku tersebut, sudah dijabarkan oleh penulis tentang ma’na lain dari
kata al-huda yang diambil dari kitab tafsir karya as-Suyuti.
[11] Prof. Dr. H. Munawir Syadzali MA,
dkk, Ensiklopedi Al-Quran Dunia Islam Modern, Yogyakarta: PT. Dana
Bhakti Prima Yasa, 2002, hlm. 426.
[12]M. Quraisy Syihab, Kaidah Tafsir, Tangerang,
Lentera Hati, 2013, hlm. 119-138.
[13]penelitian dari kami belum menemukan ayat
yang menggunakan lafadz kasaba dan menunjuk perbuatan baik, akan tetapi lebih
ke perbuatan buruk atau baik buruk.
[14]
Quraisy Syihab, Perempuan, Bandung: Lentera Hati,
[15]
Prof. Dr. H. Munawir Syadzali MA, dkk, Ensiklopedi Al-Quran Dunia Islam
Modern, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 2002, hlm. 426.
[17]Dalam tafsirnya Ibnu ‘abbas menyebutkan
orang-orang yang kafir (pada ayat sebelum ini), diantaranya ‘Utbah bin Rabi’ah,
Syaibah bin Rabi’ah, Ubay bin Khalaf al-jumahi, Abu Jahl bin Hisyam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar