BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ahmad Musthafa al-Maraghi memiliki nama lengkap
Ibnu Mustofa Ibnu Muhammad Ibnu Abdul Mun’im al-Maraghi. Beliau ialah seorang ahli
tafsir terkemuka dari kebangsaan Mesir, murid dari syekh Muhammad Abduh.Al-Maraghi dilahirkan pada
tahun 1881 M (1298 H) di sebuah kampung di negara Mesir yang disebut dengan
nama Maragah.[1]
Setelah beranjak dewasa, Ahmad Musthafa
al-Maraghi pindah ke Kairo untuk mendalami berbagai cabang ilmu keislaman, seperti bahasa Arab, Balaghah, tafsir, ilmu Qur’an dan hadis
ushul fiqh, dll. Setelah menguasai dan mendalami cabang-cabang
ilmu keislaman, dia mulai dipercaya oleh pemerintahnya untuk memegang jabatan
yang penting dalam pemerintahan.[2]
Semasa hidupnya
al-Maraghi banyak menulis karya, salah satunya yang paling terkenal adalah
kitab tafsir yang berjudul tafsir al-Qur’an al-Karim yang dikenal dengan
nama Tafsir al-Maraghi yang dinisbahkan
pada nama tempat kelahirannya al-Maraghah.Penafsiran al-Qur’an Al-Maraghi
bercorak Adabi Ijtima’i, yaitu corak penafsiran yang menekankanpenjelasan tentang
aspek-aspek yang terkait dengan ketinggian gaya bahasa al-Qur’an. Sehingga
kitab Tafsir
al-Maraghi dikenal sebagai sebuah kitab tafsir yang mudah dipahami dan mudah
dibacaoleh masyarakat secara umum. Hal ini sesuai dengan tujuan pengarangnya,
seperti yang diceritakan dalam muqadimahnya yaitu untuk menyajikan sebuah buku
tafsir yang mudah dipahami oleh masyarakat secara umum. Mustofa al-Maraghi
meninggal dunia pada tahun 1317 H.[3]
Pada pembahasan tafsirnya, beliau juga memperbincangankan integrasi al-Qur’an dengan sains untuk membuktikan kemu’jizatan al-Qur’an dari aspek ilmiah agar dapat memberikan
alasan yang logis guna mempertegas kebenaran al-Qur’an.
Makalah ini
akan lebih memperdalam bahasan tentang penafsiran al-Maraghi yang bercorak Adabi Ijtima’idengan rumusan masalah yang telah kami temukan yaitu:
B. Rumusan Masalah
1. Mengapa tafsir al-Maraghi disebutsebagai kitab
tafsir yang bercorak Adabi Ijtima’i?
2. Bagaiamana contoh penafsiran al-Maraghi untuk
membuktikan corak Adabi Ijtima’i?
C.
Tujuan Penulisan
1. Mampu memahami
penafsiran al- Maraghi yang bercorak Adabi Ijtima’i.
2. Mengetahui
contoh penafsiran bercorak Adabi Ijtima’i dalam kitab tafsir karya
al-Maraghi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Tafsir al-Qur’an Al-Maraghi yang Bercorak Adabi Ijtima’i
Tafsir al-Maraghi merupakan salah
satu kitab tafsir terbaik di abad modern. al-Maraghi merasa
berkewajibanmemikirkan lahirnya sebuah kitab tafsir yang mempunyai warna
tersendiri dengangaya bahasa yang mudah dicerna oleh alam pikiran saat ini. Al-Maraghi
mencoba menunjukkan kaitan ayat-ayat al-Qur’an dengan pemikiran ilmu pengetahuan
lain.[4]
1. Pengertian Tafsir Corak Adabi Ijtima’i
Tafsir corak Adabi Ijtima’i adalah corak penafsiran yang menekankan pada penjelasan tentang aspek-aspek yang terkait
dengan ketinggian gaya bahasa al-Qur’an atau uraian dalam
kitab tafsirnya menggunakan bahasa yang indah dan menarik dengan beroreintasi
pada sastra, kehidupan budaya dan kemasyarakatan, sehingga mudah dipahami
dan mudah dibacaoleh masyarakat secara umum.Mufassirmengaitkan sekaligus menerangkan
makna ayat-ayat Al-Qur’an dengan keadaan sosial kemasyarakatan, sehingga beliau
dapat memberikanjalan keluar bagi persoalan kaum muslimin secara khusus, dan
persoalan umat manusia secara universal sesuai dengan petunjuk yang diberikan
oleh Al-Qur’an.[5]
2. Ciri-ciri Penafsiran Adabi Ijtima’i
a. Meninggalkan istilah- istilah yang berhubungan
dengan ilmu pengetahuan
Al-Maraghi sengaja meninggalkan
istilah-istilah yang berhubungandengan ilmu-ilmu yang lain yang diperkirakan
bisa menghambat parapembaca dalam memahami isi al-Qur’an. Misal ilmu nahwu,
saraf, ilmubalaghah dan sebagainya.[6]
b. Gaya bahasa yang mudah dicerna oleh alam
pikiran saat ini
Setiap orangharus diajak bicara sesuai dengan
kemampuan akal mereka.[7]
c. Seleksi terhadap kisah-kisah yang terdapat
di dalam kitab Israilliyat
Merupakan salah satu usaha yang dilakukan
al-Maraghi terhadap cerita-ceritaIsrailiyat, karena melihat salah satu
kelemahan kitab-kitab tafsir terdahulu adalahdimuatkan cerita-cerita yang
berasal dari ahli kitab (Israilliyat), padahal ceritatersebut belum tentu benar.[8]
d. Memperbincangankan
integrasi al-Qur’an dan sains
Untuk membuktikan kemu’jizatan al-Qur’an dari aspek ilmiah agar dapat
memberikan alasan yang logis guna mempertegas kebenaran al-Qur’an.
3. Latar Belakang Penulisan Tafsir Corak Adabi
Ijtima’i
Dari masa ke
masa metode penafsiran terus berkembang. Banyak yang beranggapan bahwa Islam
sebagai agama yang tidak memerlukan sains dan teknologi, bahkan tidak mau
mengakui kemajuan sains yang pernah disumbangkan oleh Islam pada abad kejayaan
Islam. Al-Qur’an dianggap dinyatakan sebagai kitab
yang tidak relevan dengan perkembangan zaman atau tidak sejalan dengan dunia
intelektual, sehingga tidak dapat member solusi dalam berbagai permasalahan
manusia. Untuk menghadapi anggapan-anggapan yang selalau berpegang pada logika
tersebut. Dengan corak tersebut, al-Maraghi mencoba mengintegrasi ayat-ayat
al-Qur’an dengan sains guna membuktikan kemu’jizatan al-Qur’an dari aspek
ilmiah, karena pada saat itu, sains sebagai suatu ilmu yang bisadijadikan untuk
mempertegas kebenaran al-Qur’an.[9]
Tafsir
al-Maraghi merupakan salah satu kitab tafsir terbaik di abad modernini. Latar
Belakang penulisan kitab tersebut secara implisitnya dapat dilihat di dalam
muqaddimahtafsirnya itu bahwa penulisan kitab tafsir ini karena dipengaruhi
oleh dua faktor:
a. Faktor
eksternal
Beliau banyak menerima
pertanyaan-pertanyaan dari masyarakatyang berkisar pada masalah tafsir apakah
yang paling mudah difahami danpaling bermanfaat bagi para pembacanya serta
dapat dipelajari dalam masayang singkat. Mendengar pertanyaan-pertanyaan
tersebut, beliau merasaagak kesulitan dalam memberikan jawaban dari
pertanyaan-pertanyaantersebut. Masalahnya, sekalipun kitab-kitab tafsir itu
bermanfaat, karenatelah mengungkapkan persoalan-persoalan agama dan macam-macamkesulitan
yang tidak mudah untuk difahami, namun kebanyakkan kitabtafsir itu telah banyak
dibumbui dengan menggunakan istilah-istilah ilmulain, seperti ilmu balaghah,
nahwu, sorof fiqh, tauhid dan ilmu-ilmulainnya, yang semuanya itu merupakan hambatan
bagi pemahaman al-Qur’an secara benar bagi pembacanya.
Di samping itu ada pula kitab tafsir pada
saat itu sudah dilengkapipula dengan penafsiran-penafsiran atau sudah
menggunakan analisa-analisa ilmiah tersebut belum dibutuhkan pada saat itu dan
jugamenurutnya al-Qur’an tidak perlu ditafsirkan dengan
menggunakananalisa-analisa ilmiah yang mana ilmu ini, (analisa ilmiah) hanya
berlakuuntuk seketika (reatif), karena dengan berlalunya atau waktu, sudah
tentusituasi tersebut akan berubah pula, sedangkan al-Qur’an tidak berlakuhanya
untuk zaman-zaman tertentu, tetapi Al-Qur’an berlaku untuksepanjang zaman.[10]
b. Faktor
Internal
Faktor ini berasal dari diri al-Maraghi
sendiri yaitubahwa beliau telah mempunyai cita-cita untuk menjadi obor
pengetahuanIslam terutama di bidang ilmu tafsir, untuk itu beliau merasa
berkewajibanuntuk mengembangkan ilmu yang sudah dimilikinya.Barangkat dari
kenyataan tersebut, maka al-Maraghi yang sudahberkecimpung dalam bidang bahasa
arab selama setegah abad lebih, baikbelajar, maupun mengajar, merasa terpanggil
untuk menyusun suatu kitabtafsir dengan metode penulisan yang sistematis,
bahasa yang simple danelektif, serta mudah untuk difahami.[11]
4. Sistematika dan langkah-langkah penulisan yang digunakan di dalam
tafsir Al-Maragi adalah sebagai berikut :
a.
Menghadirkan
satu, dua atau sekelompok ayat yang akan ditafsirkan.
Pengelompokan
ini dilakukan dengan melihat kesatuan inti atau pokok bahasan, ayat ayat ini
diurut sesuai tertib ayat mulai dari surat al-fatihah hingga an-nas (metode
tahlili).
b.
Penjelasan kosa
kata (Syarah al-mufradat)
Setelah
menyebutkan satu, dua atau kelompok ayat, Al-Maragi melanjutkannya dengan
menjelaskan beberapa kosa kata yang sukar menurut ukurannya, dengan demikian,
tidak semua kosa kata dalam sebuah ayat dijelaskan melainkan dipilih beberapa
kata yang bersifat konotatif atau sulit bagi pembaca.
c. Makna ayat secara umum (Ma’na Ijmali)
Dalam hal ini Al-Maragi berusaha menggambarkan
maksud ayat secara global, yang dimaksudkan agar pembaca sebelum melangkah
kepada penafsiran yang lebih rinci dan luas ia sudah memiliki pandangan umum
yang dapat digunakan sebagai asumsi dasar dalam memahami maksud ayat tersebut
lebih lanjut, kelihatannya pengertian secara ringkas yang diberikan oleh
Al-Maragi ini merupakan keistimewaan dan sesuatu yang baru, dimana sebelumnya
tidak ada mufasir yang melakukan hal serupa.
d. Menjelaskan sebab-sebab turun ayat
Jika ayat-ayat tersebut mempunyai asbab
al-Nuzul berdasarkanriwayat shahih yang menjadi pegangan para mufassir, maka
al-Maraghi
menjelaskan terlebih dahulu.
e. Menjelaskan
hubungan dan munasabat antara ayat
Menjelaskan
hubungan antara ayat yang akan dibahas dengan ayat-ayat yang sudah dibahas di
dalam tafsirnya, sehingga pembaca bisa mengetahui segi kesatuan tema (al-wihadat
al-muadlu ‘iyyah) di dalam ayat-ayat dan surat-surat al-Qur’an.[12]
B.
Contoh Penafsiran Bercorak Adabi Ijtima’i Dalam Kitab Tafsir
Karya Al-Maraghi
Salah
satu ciri dari penafsiran al-Maraghi adalah dengan mengambil penjelasan dari
sumber yang ahli dalam bidang tertentu yang hanya bisa dijelaskan dengan
ahlinya. Berikut
adalah contohnya:
مَّثَلُ الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللّهِ
كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنبُلَةٍ مِّئَةُ حَبَّةٍ
وَاللّهُ يُضَاعِفُ لِمَن يَشَاءُ
Artinya : Perumpamaan
(nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan
Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada
tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang
Dia kehendaki.
a. Penafsiran
kata-kata sulit
سَبِيلِ اللّهِ : adalah sesuatu yang bisa menyampaikan
seseorang kepada keridhoan Allah.
حَبَّةٍ : adalah kata tunggal
dari al-Hab artinya bebijian yang di tanam dari pohon dan menjadi makanan pokok
(padi, gandum, dll).
b.
Pengertian secara ijmal (umum)
Allah swt menjelaskan di sini mengenai keutamaan menginfakkan harta
di jalan-Nya, Allah menegaskan bahwa amal kebaikan itu pahalanya akan di lipat
gandakan oleh Allah menjadi 700 kali lipat. Dalam hal ini Allah mencotohkannya
dengan padi (gandum/bulir) sebagai ibaratnya.
Selanjutnya Allah menjelaskan bahwa membangkit-bangkitkan (kebaikan
yang dilakukan) yang menyakiti adalah menghilangkan pahalanya). Dan ini sama
saja dengan riya. Dalam hal ini, Allah menggambarkan sebagai batu licin yang
sebagai ibaratnya.
c.
Penjelasan
Perumpamaan orang-orang yang meginfakkan harta karena dorangan
mendapatkan ridha Allah balasan yang baik darinya seperti orang yang menanam
satu biji di tanah yang sangat subur. Lalu, benih tersebut akan membuahkan
tujuh bilir (tangkai), yang setiap bulir akan menumbuhkan 100 bebijian. Hal ini
seperti dapat kita saksikan dalam tetumbuhan yang berbiji, seperti jagung,
gandum, padi, dll.
Beliau mengambil penjelasan dari hasil
penelitian uji coba koperasi
pertanian di Mesir. Sebagai anggota
pertanian koperasi pertanian Mesir telah menerapkan
dan menyelidiki ayat tersebut secara ilmiah
di ladang-ladang gandum yang telah di khususkan untuk percobaan
ini. Akhirnya, percobaan ini membawa hasil yang membuktikan bahwa satu bibit
biji tidak hanya menumbuhkan satu bulir, tetapi lebih banyak dariitu. Satu
bulirnya, terkadang mengandung 40 biji, 50 atau 60 biji bahkan lebih banyak
lagi.
Pada tahun 1942 salah seorang peneliti koprasi telah menemukan satu
bibit
yang bisa menumbuhkan 700 buah biji. Kemudian hasil penyelidikannya ini
diperlihatkan kepada seluruh anggota khusus koprasi dalam suatu perkumpulan
mereka. Mereka semua melihat bulir-bulir tersebut dan menghitungnya satu
persatu. Setelah itu mereka baru percaya apa yang dikatakan oleh teman mereka.
Semuanya berterimakasih kepada rekannya yang telah melakukan percobaan
tersebut.
Pada perkembangannya, zamanlah yang akan menceritakan kepada kita
tentang hal-hal yang disebutkan di dalam al-Qur’an, meski membutuhkan waktu
yang cukup lama. Setiap ada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka makin
nyatalah kebenaran yang diceritakan al-Qur’an.
Kesimpulannya bahwa orang yang berinfak kedalam rangka mengharap
ridho Allah dan meninggikan kalimahnya sama dengan halnya seseorang yang
menumbuhkan benih di dalam tanah yang paling subur sehingga hasilnya sangat
baik. Dan ketika panen akan memetik hasilnya 700 kali lebih banyak dari
aslinya.
وَاللّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Artinya : Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
Allah
memberikan tambahan padanya dengan tambahan yang tak terhitung lagi.
2. QS. Ali-Imran 27[14]
تُولِجُ اللَّيْلَ فِي الْنَّهَارِ وَتُولِجُ النَّهَارَ فِي
اللَّيْلِ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الَمَيَّتَ مِنَ
الْحَيِّ وَتَرْزُقُ مَن تَشَاء بِغَيْرِ حِسَابٍ
Artinya: Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan
siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau
keluarkan yang mati dari yang hidup . Dan Engkau beri rezki siapa yang Engkau
kehendaki tanpa hisab (batas)".
a.
Penafsiran kata-kata sulit
وَتُولِجُ:
memasukkan, yang dimaksutkan bertambahnya waktu siang di bangding malam hari,
berdasarkan tempat-tempat terbit dan tenggelamnya matahari dan sebagian besar
negara-negara (di dunia ini).
b.
Pengertian Secara Ijmal
Ayat ini turun sebagai hiburan untuk Nabi saw dalam menghadapi
keingkaran orang-ornag yang ingakar dan takaburnya orang-ornga yang tidak
percaya. Sekaligus peringatan bagi beliau akan kekuasaan Allah yang mampu
menolong agama-Nya dan meluhurkan kalimah-Nya. Allah berfirman kepada Nabi saw:
“andaikata orang-orang yang ingkar tersebut berpaling darimu, dan mereka tidak
bisa disadakan melalui bukti, sehingga orang-orang musyrik tetap dalam
kebodohannya, dan kaum ahlu ‘i-kitabtetap pada pendiriaanya maka kamu
harus kembali kepada Allah swt. Dan berlindung kepada-Nya, dengan berdoa dan
memuji-Nya. Engkau harus ingat bahwa segala sesuatu itu berada dalam
kekuasan-Nya, Allah berbuat sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya.
Al-Wahidiy meriwayatkan sebuah hadis dari Ibn Abbas dan Anas bin
Malik, bahwa ketika Rasulullah menaklukkan kota Makkah, beliau menjajikan
kepada umatnya akan kerajaan Persia dan Romawi. Kemudian orang-orang Yahudi dan
munafik berkata
“alangkah jauhnya, dari
manakah kamu Muhammad akan mendapatkan kerajaan Persia dan Romawi, sedang
mereka jauh lebih kuat dan mulia dibandingkan kemenanganmu ini. Tidak cukupkah
bagi Muhammad Makkah dan Madinah, sampai ia hemdak menaklukkan Persia dan Romawi?”
Kemudian Allah swt menurunkan ayat di atas.
c.
Penjelasan
تُولِجُ اللَّيْلَ فِي الْنَّهَارِ
وَتُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ
Sesungguhnya, Engkaulah yang memasukkan sebagian dari waktu malam
kedalam siang, sehingga siang menjadi bertambah panjang. Engkaulah yang
memasukkan waktu siang kedalam malam seingga menjadi panjanglah waktu malam
lanaran siang di perpendek waktunya.
Kesimpulan: sesungguhnya hikmah-Mulah yang mengatur penciptaan bumi
dalam bentuk bulat ini, dan yang menjadikan matahari dalam tatanan yang khusus.
Salah satu di antara malam dan malam diperpanjang waktunya, yang menyebabkan
meyusutnya waktu lainnya.
Semua itu bukanlah sesuatu yang sulit setelah engkau memberikan
kenabian dan kerajaan pada ornag yag engkau kehendaki. Seperti terhadap Muhammad
dan umatnya, yang tatkala itu adalah orang-rang Arab. Tidak sulit pula bagi-Mu
mencabut kenabian dan kerajaan dari orang-ornag yang Engkau kehendaki, seperti
yang engkau tunjukkan kepada kaum Bni Israil.
Perumpamaan Tasharruf-Mu dalam
mengatur urusan-urusan umat manusia tidak lain bagai Tasharruf-Mudalam
mengatur malam dan siang.
وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ
Seperti menjadikan orang pandai yang semula bodaoh, dan menjadikan
seorang kafir mnejadi beriman (hidup dan mati pengertiannya abstrak atau
maknawi). Dan pohon kurma yang berasal dari biji, manusia yang berasal dari air
mani, brung berasal dari telur (hidup dan mati di sini adalah konkret).
وَتُخْرِجُ الَمَيَّتَ مِنَ الْحَيِّ
Seperti menjadikan orang bodoh, padahal semula pandai. orang mukmin
di jadikan kafir, biji dari pohon kurma, dan telur dari burung.
Penelitian medis: dalam air mani, telur dan biji-bijian terkandung
kehidupan
Para ahli kedokteran telah membuktikan bahwa dalam air mani, telur
bintang dan bebijian terkandung ehidupan. Tetapi kehidupan dalam arti kejuruan,
bukan pengertian kehidupan yang umum, seperti yang biasa dikatakan oleh wahyu.
Dokter Abdul Aziz Basho Ismail mengatakan dalam bukunya al-Islamu
wath-thibbul-hadis (Islam dan ilmu kedokteran modern) dikatakan dalam
penafsiran ayat ini contohnya adalah seperti penciptaan hewan dari air mani,
dan air mani dai hewan. Tetapi air mani itu ssendiri adalah makhluk hidup.
Karena itu penafsiran seperti di atas tidaklah tepat untuk mengulas ayat ini.
Dan apabila dikatakan sesungguhnya makna ayat ini adalah penciptaan adam dari
tanah, yang maksutnya adalah penciptaan makhluk hidup dari barang mati, maka
inilah makna yang benar. Tetapi pada hakikatnya bukanlah itu yang dimaksut oleh
ayat ini. Hanya Allahlah Yang Maha Mengetahui. Sebab ayat ini menunjukkan akan
peciptaan sesuatu yang bersifat biasa terjadi setiap harinya. Sebagai bukti
adalah datangnya ayat tersebut setelah ayat:
تُولِجُ
اللَّيْلَ فِي الْنَّهَارِ وَتُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ
Dengan pengertian silih berganti, dimanahal ini menunjukkan sesuta
yang ladzim. Maksutnya, Allah memberikan perumpamaan kepada kita kepada
contoh-contoh yang bisa kita saksikan sehari-hari.
3.
An-Nahl: 68-69[15]
وَأَوْحَى رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ
بُيُوتاً وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ
ثُمَّ كُلِي مِن كُلِّ الثَّمَرَاتِ فَاسْلُكِي سُبُلَ رَبِّكِ
ذُلُلاً يَخْرُجُ مِن بُطُونِهَا شَرَابٌ مُّخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ فِيهِ شِفَاء
لِلنَّاسِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Dan
Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di
pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia",. kemudian
makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang
telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang
bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi
manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda
(kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan
a.
Penfasiran kata sulit
أوْحَى :Mengilhamkan dan mengarkan
بُيُوتاً : Saran
يَعْرِشُونَ : mereka mgangkat pelepah kurma dan atap
سُبُلَ : bentuk jamak dari sabil yang berati
jalal
ذلُلاً : bentuk jamak dari dalul yang berarti
patuh dan taat
شَرَابٌ :
madu
مُّخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ: beraneka warna, dari putih, kuning, dan
hitam sesuai dengan perbedaan tempat tumbuh.
b.
Pengertian secara ijmal
Dalam
ayat ini Allah kembali menjajikan beberapa dalil tauhid yang merupakan pors
segala permasalahan di dalam agama Islam dan seluruh agama samawi. Dia telah
mengeluarkan madu dari lebah yang di dalamnya terdapat obat yang menyembyhkan
manusia. Seiring dengan penjelasan itu Allah menjelaskan bahwa, Dia
mengilhamkan kepada lebah agar membuat sarang dan mencari rizkinya dari segala
pejuru bumi.
c.
Penjelasn
وَأَوْحَى رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ
Tuhanmu
mengilhamkan dan membisikkan kepada lebah, serta mengajarinya berbagai
pekerjaan yang embuatnya diduga sebagai mahkluk berakal.
Penghidupan
lebah di dalam rumahya
Para
ahli kebidanan telah mempelajari tentang lebah. Dalam hal ini mereka telah
mencapai beberap perkara: pertama, lebah hidup dalam kelompok-kelompok besar
yang jumlah sebagiannya mencapai kurang lebih 50.000 lebah. Kedua, dalam setiap
rumah lebah terdapat satu betina besar disebut ratu yang paling besar tubuhnya
di antara mereka. Ketiga lapisan lebah (patuh, lebah jantan, pekerja) hidup di
dalam rumahnya seara bergotong royong dan sangat teratur.
Pada
sebagian rumah lebah terdapat penyimpanan madu dan pada sebagian lain mereka
memelihara lebah-lebah kecil. Tidak mungkin seorang arsitek yang pandai
sekalipun akan dapat membangun rumah-rumah seperti itu meskipun dengan
menggunakan alat seperti jangka dan penggaris. Al-Jahari mengatakan Allah
mengilhamkan kepadanya agar membangun rumahny dalam bentuk persegi enam supaya
tidak rusak dan tidak berlubang.
أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتاً وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا
يَعْرِشُونَ
Buatlah
rumah-rumahmu di bukit-bukit sebagai tempatmu berlindung atau dipepohonan, dan
atau dirumah-rumah, atap, pelepah kurma, dsb.
ثُمَّ كُلِي مِن كُلِّ الثَّمَرَاتِ
Kemudian
makanlah hai lebah dari setiap buah-buahan yang kamu ingini baik rasanya manis,
pahit, ataupun antara keduanya.
فِيهِ
شِفَاء لِلنَّاسِ
Karena ia
berguna bagi pengobatan banyak penyakit dan sering dimasukkan dalam komposisi
ramuan dan obat-obatan ilmu kedokteran modern telah menetpkan bahwa madu
mempunyai beberapa faedah. Menurut Abdul Aziz Pasha di dalam buku al-Islam
al-Tibbul-hadis: komposisi kimiawi madu ialah 40% glukosa, 45% lifiluza, 25%
air.
Kandungan dari
madu dapat digunakan sebagai penguat, menolak racun, ganguan pada perut, usus,
radang paru-paru, radang otak, tipus, demam, campak, lemah jantung, dll. Dan di
al-Qur’an tidak djelaskan bahwa madu didapatkan secara kebetulan tetapi
merupakan wahyu dari Allah yang menciptakan manusia dan lebah serta mengetahui
hubungan masing-masing di antara keduanya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penafsiran al-Qur’an Al-Maraghi bercorak Adabi Ijtima’i, yaitu corak penafsiran yang menekankanpenjelasan tentang
aspek-aspek yang terkait dengan ketinggian gaya bahasa al-Qur’an.Ciri-ciri
Penafsiran Adabi Ijtima’i;Meninggalkan istilah- istilah yang berhubungan
dengan ilmu pengetahuan, Gaya bahasa yang mudah dicerna oleh alam pikiran saat
ini, Seleksi terhadap kisah-kisah yang terdapat di dalam kitab Israilliyat,
Memperbincangankan integrasi al-Qur’an dan sains.
Sistematika dan langkah-langkah penulisan kitab
tafsir ini Menghadirkan satu, dua atau sekelompok ayat yang akan ditafsirkan,
Penjelasan kosa kata (Syarah al-mufradat), Menjelaskan sebab-sebab turun ayat, Menjelaskan hubungan dan munasabat
antara ayat.
[1]Hasan Zaini, Tafsir temati ayat-ayat kalam
tafsir al-araghi, (Jakarta: pedoman ilmu jaya, 1997), hlm 15.
[2]Adib Shohibul,
dkk, Ulumul Qur’an: Profil Para Mufassir Al-Qur’an Dan Para Pengkajinya, (Banten : Pustaka Dunia, 2011), hal 177.
[3]Dewan redaksi ensiklopedi Islam, ensiklopedi
islam di Jakarta: ikhtiar baru van hoev, 1993), cet 1, hlm 165.
[4]Ahmad mustofa al-Maraghi, tafsir al-maraghi,
terj: bahrun abu bakar, (semarang: toha putra, 1992), juz 1, hlm 18.
[5]M syarifuddin, anwar, corak penafsiran (http:
metode tafsir blok mengajar, 2009)
[6]Ahmad mustofa al-Maraghi, tafsir al-maraghi,
terj: bahrun abu bakar, (semarang: toha putra, 1992), juz 1, hlm 18.
[7]Ahmad mustofa al-Maraghi, tafsir al-maraghi,
terj: bahrun abu bakar, (semarang: toha putra, 1992), juz 1, hlm 19.
[8]Ahmad mustofa al-Maraghi, tafsir al-maraghi,
terj: bahrun abu bakar, (semarang: toha putra, 1992), juz 1, hlm 22.
[9][9] J. J. G. Jansen, the interpretation of the Qur’an in the modern Egypt
(laiden: E. J Berll, 1974), hlm 35.
[10]Ahmad mustofa al-Maraghi, tafsir al-maraghi,
terj: bahrun abu bakar, (semarang: toha putra, 1992), juz 1, hlm 1.
[11]Ahmad mustofa al-Maraghi, tafsir al-maraghi,
terj: bahrun abu bakar, (semarang: toha putra, 1992), juz 1, hlm 2.
[12] Adib Shohibul,
dkk, Ulumul Qur’an: Profil Para Mufassir Al-Qur’an Dan Para Pengkajinya(Banten
: Pustaka Dunia, 2011), hal 180-181.
[13] Ahmad mustofa al-Maraghi, tafsir al-maraghi,
terj: bahrun abu bakar, (semarang: toha putra, 1992), juz 4, hlm 52
[14] Ahmad mustofa al-Maraghi, tafsir al-maraghi,
terj: bahrun abu bakar, (semarang: toha putra, 1992), juz 4, hlm 239
[15] Ahmad mustofa al-Maraghi, tafsir al-maraghi,
terj: bahrun abu bakar, (semarang: toha putra, 1992), juz 14, hlm 193
insyaAllah mas iqbal..syukron :)
BalasHapusApakah kamu sudah tau prediksi mbah jambrong yang jitu? bila belum baca Prediksi jitu mbah jambrong
BalasHapusTerima kasih ilmunya, tafsir2 yg berjilid memang pd akhirnya sulit untuk membuat kesimpulannya, gen. Milenial mencari yg mudah dipahami, simpel, 'user friendly', itu tantangan penafsir ke depan...
BalasHapusMy blog:
https://oakunambahilmu.wordpress.com/