Judul Buku : PelajaranTajwid (Kaidah
Bagaimana Mestinya Membaca Al Qur’an
Untuk Pelajaran Permulaan Karya KH. Imam Zarkasyi)
Pengarang : KH. Imam Zarkasyi
Editor : Tim editor TRIMURTI PRESS
Penerbit : TRIMURTI PRESS
Tahun Terbit : 1995
Urutan Cetakan : XXVI
Ukuran Dimensi Buku : 20,5 X 13,8 cm
Jumlah halaman : 32 lembar
A.
Biografi KH. Imam Zarkasyi
K.H. Imam Zarkasyi Lahir di desa Gontor
pada tanggal 21 Maret 1910. Putera ketujuh Kyai Santoso Anom Besari.Beliau
menempuh pendidikan di Sekolah Dasar Ongko Loro di Jetis Ponorogo, sementara
itu mondok di pondok pesantren Josari Ponorogo, pernah pula belajar di
pondok Joresan Ponorogo. Selesai dari Sekolah Ongko loro beliau
melanjutkan ke pondok pesantren Jamsaren Solo. Pada waktu yang sama
beliau belajar pula di Sekolah Mamba'ul 'Ulum dan kemudian masih di kota yang
sama pula meneruskan ke sekolah Arabiyah Adabiyah pimpinan
Ustadz M.O. Al-Hasyimy sampai tahun 1930. Selama belajar di sekolah-sekolah
tersebut ( khususnya Sekolah Arabiyah Adabiyah)beliau mendalami bahasa Arab.
Diantara guru beliau yang banyak mendidik, membibing dan mendorong beliau
selama belajar di Solo adalah Ustadz Hasyimy, bekas pejuang Tunisia itu. Tidak
lama setelah menyelesaikan pendidikannya di Solo beliau meneruskan ke
Kweekschool di Padang Panjang sampai tahun 1935.
Pada tahun 1936 setelah
menyelesaikan jenjang pendidikan di kweekschool Islam Padang Panjang
beliau dipercaya menjadi guru dan direktur di perguruan tersebut. Setahun
kemudian kembali ke Gontor dan bersama kakaknya mendirikan KMI di Pondok
Modern Darussalam Gontor dan beliau menjadi Direkturnya. Selain sebagai Direktur
, pada tahun 1943 diminta untuk menjadi Kepala Kantor Agama Karesidenan Madiun.
Sesudah Indonesia merdeka, pada tahun 1946 diangkat menjadi Seksi Pendidikan
pada Kementrian Agama. Sejak tahun 1948-1955 menjadi ketua PB Persatuan Guru
Islam Indonesia (PGII), selanjutnya tetap menjadi penasehatnya hinga
akhir. Di Kementrian Agama, KH Imam Zarkasyi menjadi Kepala Bagian Perencanaan
Pendidikan Agama pada sekolah dasar mulai tahun 1951-1953 dan Kepala
Dewan Pengawas Pendidikan Agama pada tahun 1953. Pada Kementrian Pendidikan
menjadi anggota Badan Perencanaan Peraturan Pokok Pendidikan Swasta tahun
1957. Pada tahun 1959 diangkat oleh Presiden Soekarno menjadi anggota Dewan
Perancang Nasional (Deppernas). Pernah pula menjadi anggota Komite Penelitian
Pendidikan. Meskipun telah keluar dari Departemen Agama, namun beliau masih
dipercaya untuk menjadi ketua Majelis Pertimbangan Pendidikan dan Pengajaran
Agama (MP3A) hingga wafatnya. Di Pondok Modern Darussalam Gontor sebagai
Direktur KMI dan Pj. Rektor IPD hingga berpulang ke rahmatullah pada tahun
1985. Dalam kancah Internasional pernah menjadi Anggota Delegasi Indonesia
dalam peninjauan ke negara-negara Uni Sovyet tahun 1962 dan menjadi wakil
Indonesia dalam Mu'tamar Majma' al-Buhuts al-Islamiyah (Muktamar
Akademi Islam se Dunia) ke VII di Kairo Mesir tahun 1972. Disamping itu juga
menjadi Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat.
K.H. Imam Zarkasyi meninggal dunia di
Rumah Sakit Umum Madiun pada tanggal 30 April 1985. Adapun buku-buku yang
beliau tulis sendiri adalah Ushuluddin (Pelajaran 'Aqaid/Keimanan), Pelajaran
Ilmu Fiqh I dan II, Pelajaran Ilmu Tajwid, Bimbingan Keimanan, Qowa'idul Imla', Pelajaran Huruf Al
Qur'an I dan II. Selain itu beliau juga menulis beberapa buku petunjuk bagi
santri dan guru di Pondok Modern, termasuk metode mengajar beberapa mata
pelajaran. Buku-buku karangan beliau hingga kini dipakai di KMI Pondok Modern
Darussalam Gontor dan Pondok-pondok Pesantren Alumni dan beberapa sekolah agama.
B.
Review Buku Pelajaran Tajwid Karya KH. Imam Zarkasyi
Membaca Al-Qur’an dengan baik
dan fasih adalah impian seluruh muslim di seluruh dunia. Terlebih lagi, membaca
Al-Quran dengan baik hukumnya wajib bagi seorang muslim. Namun, pada zaman ini
banyak pemuda muslim yang tidak membaca Al-Quran sesuai dengan tajwidnya (ilmu
yang mempelajari cara membaca alquran). Akibatnya, arti dari bacaan itu akan
berubah sehingga akan dampak yang ditimbulkan akan sangat fatal. Maka, agar dapat
memperbaiki kesalahan-kesalahan
yang sering terjadi, buku yang satu ini hadir dengana penjelasan secara lengkap
dan lebih mendalam tentang bagaimana cara membaca al quran sesuai dengan dengan
ilmu tajwid. (Pengantar Buku Pelajaran Tajwid).
Buku ini berisi tentang penjelasan mengenai hukum-hukum
dan tata cara membaca Al-Qur’an. Dalam buku ini, terdapat 12 bab utama, di
antaranya yakni hukum tentang ikhfa’, idgham, gunnah, qalqalah, waqaf, mad, mim
sukun, dan pengembangan bab utama tadi.
Dalam setiap bab nya, terdapat beberapa sub-bab yang akan menambah
penjelasan lebih lanjut mengenai bab yang sedang dibahas. Selain itu,
terdapat berbagai macam soal-soal dan latihan pada setiap babnya, sehingga kita
dapat mengukur seberapa jauh kita telah memahami bab yang sedang kita pelajari
saat itu. Selain itu juga menggunakan bahasa yang baku dan kalimat yang
sederhana, buku ini ditujukan kepada mereka yang sedang belajar membaca Al-Qur’an.
Sehingga, mereka dapat mengerti materi yang diberikan dengan mudah. Selain itu,
kecermatan ejaan dalam buku ini cukup baik dan nyaman untuk dibaca.
Latar belakang penulisan kitab ini adalah KH. Imam Zarkasi mencoba
untuk mencari jalan yang paling mudah dalam memberi pengertian dan mengajarkan
ilmu tajwid khususnya kepada anak-anak yang baru mulai dalam belajar ilmu
tajwid. Hal ini beliau sampaikan di dalam muqaddimahnya di dalam buku ini.
Cetakan pertama buku ini diterbitkan pada tanggal 7 mei 1995 di Ponorogo, Jawa
timur. Namun buku ini banyak digunakan di berbagai tempat seperti di Lombok,
Jawa, dan
lain-lain.
Sebelum memulai pelajaran
tajwidnya dalam bab satu, terlebih dahulu pengarang menjelaskan hal-hal
yang penting dan pelajaran pendahuluan, seperti
pengertian ilmutajwid, tujuan ilmu tajwid, apa yang dibahas dalam ilmu tajwid,
huruf hijaiyah, dan hukum bejar ilmutajwid serta hukum membaca Al-Quran
dengan baik
dan benar.
Buku ini disusun dengan sangat
sistamtis. Bab pertama beliau menjelaskan tentang hukum nun sukun dan tanwin,
bab dua berisi hukum mim sukun, bab tiga gunnah, bab ke empat laam ta’rief, bab
lima laam tebal dan tipis, bab lima enam tujuh mengenai idgham mutamasilain,
mutaqaribain, mutajanisain. Bab 9 membahas tentang mad dan ini adalah bab yang paling panjang pembahasannya. Bab 10
hukum membaca raa’, bab 11 mengenai qalqalah dan bab yang ter akhir membahas
hukum waqaf.
Buku ini selain memiliki susunan yang sistematis juga memiliki
banyak kelebihan seperti memperlihatkan hal yan dibahas dengan jelas seperti
nun sukun dan lain-lain, kemudian beliau menjelaskan terlebih dahulu dengan
aspek bahasa atau, dilanjutkan dengan pengartian secara
istilah atau epistimologiterminologi , alasan bagaiman dan mengapa hukum bacaan
tersebut itu terjadi. Selain itu juga menggunakan paling tidak 3 atau 4 contoh
yang jelas. Apa bila hanya terdapat pada bagian tertentu huku bacaan itu maka
ia menjelaskan dimana letaknya. Beliau juga menjelaskan bagai mana cara membaca
menurut kaidah yang benar dengan tulisannya. Selian itu juga dalam setiap bab
pada akhir bab beliau menyelipkan sedikit pertanyan latiha n untuk pembaca
seakan hal ini ingin meneguhkan bahwa ilmu tajwid tidak hanya ilmu te ntang
teori tapi ilmu tentang penerapan dan harus sesering mungkin untuk latihan.
Buku tipis yang terdiri dari 33 halaman ini sangat di minati karena
rigkas tapi jelas dan mudah dipahami.
Pada halaman terakhir bagian penutup beliau menyaran kan untuk lebih lanjut
dalam mempelajari ilmu tajwid dengan cara membaca atau mempelajari kitab-kitab
yang telah dikarang dalam bahasa arab yaitu bahasa Al Quran itu sendiri. Beliau juga menyaran kan untuk mempelajari
bahasa arab dan berharap semoga buku ini bermanfaat dan cukup menjadi dasar
pengetahuan tentang ilmu tajwid.
Banyak hal menarik yang dapat kita temukan pada buku ini,
seperti adanya latihan dan soal pada setiap bab-nya yang masih jarang di temui
pada buku tajwid lainnya. Selain itu, bahasa yang digunakan dikemas dalam
bahasa yang baku dan sederhana sehingga mudah dipahami untuk mereka yang ingin
belajar tentang tajwid. Lalu, kecermatan ejaan dalam buku ini sangat cermat
sehingga pembaca dapat menimati bahasa yang di suguhkan. Dan yang terakhir,
materi yang disajikan dalm buku ini cukup lengkap baik untuk pemula maupun bagi
yang sudah cukup mahir dalam membaca Al-qur’an. Kelebihan inilah yang menjadi
“senjata utama” buku ini untuk menarik pembacanya.
Manfaat yang kita dapat apabila kita membaca buku ini
sangatlah baik, seperti menambah wawasan tentang hukum-hukum tajwid yang ada,
ataupun sebagai panduan untuk pemula yang ingin belajar tata cara membaca Al-Qur’an
dengan baik dan benar. Sehingga, kita dapat menghidari kesalahan-kesalahan
fatal yang sering terjadi saat membaca Al-qur’an.
Namun, dibalik kelebihan tadi, sebagaimana mestinya
karangan yang merupakan hasil ijtihad seseorang, sebuah karya pasti memiliki
beberapa kekurangan. Seperti desain sampul yang digunakan masih dirasa kurang
bagus. Desain dasar dan pewarnaan sampul buku ini masih terlalu sederhana dan
kaku, sehingga bila dilihat dari luar, buku ini tidak terlihat begitu menarik.
Lalu, penggunaan bahan kertas yang kurang bagus. Kualitas kertas
seperti ini akan menurunkan kenyamanan pada saat sedang membaca bagi sebagian
orang. Selain itu, buku ini
menurut peneliti adalah belum menjelaskan
tentang keistimewaan rasm ustmani seperti imalah,
tashil, ismam dan lain lain. Juga tidak
memaparkan pada setiap contoh bahwa lafaz ini terletak dalam Al-Quran
pada surat dan ayat yang jelas.
Jadi, secara keseluruhan buku ini cukup layak untuk
dibaca dan dimiliki bagi mereka yang ingin belajar ataupun hanya
ingin menambah ilmu tentang membaca Al-Quran. Karena
kekurangan-kekurangan yang dimiliki buku ini tidak terlalu berpengaruh terhadap
kualitas dan manfaat dari buku itu sendiri.
Assalamu'alaikum...
BalasHapusbu maaf, saya copas pembahasannya. terima kasih
Assalamu'alaikum..
BalasHapusbu ma'af, saya copas materinya. terima kasih