Disusun : Ulfah Kholiliana N
Tasawuf adalah upaya melatih jiwa dalam melakukan
hubungan dengan Tuhan agar dapat membebaskan diri dari pengaruh kehidupan
dunia, sehingga tercermin akhlak yang mulia dan lebih dekat dengan Sang
Pencipta.
Tujuan dari tasawuf adalah untuk memperoleh suatu
hubungan khusus langsung dari Allah SWT dengan penuh kesadaran bahwa manusia
sedang berada di hadirat Allah SWT. Kesadaran tersebut akan menuju konteks
komunikasi dan dialog antara ruh manusia dengan Allah SWT melalui cara
mengasingkan diri.
Kehidupan Nabi Muhammad SAW dalam kesehariannya,
menurut Yunasril Ali adalah kehidupan sufi yang murni dan menjadi inti dari
kehidupan Islam yang sebenarnya. Beliau SAW dapat menjadi tauladan bagi siapa saja
yang menginginkan kehidupan sejahtera lahir dan batin serta selamat didunia dan
diakhirat.
Secara umum, kehidupan tasawuf
Nabi Muhammad SAW terbagi menjadi dua fase. Pertama, kehidupan tasawuf Nabi Muhammad sebelum
diangkat sebagai Rasul. Pada fase ini terdapat dua pendapat, yaitu menurut Abu
al-Wafa’ pertumbuhan tasawuf pada mulanya dapat dipandang ketika Nabi Muhammad
SAW suka menyendiri, berkhalwat atau bertahanuts di Gua Hira’. Di Gua Hira’
beliau melatih diri untuk menjauhi keramaian hidup, menghindari kelezatan dan
kemewahan dunia, bertekun, berjihad, tafakkur, berfikir, menghindari makan dan
minum yang berlebihan, dan memperhatikan keadaan alam dan susunannya,
memperhatikan segala-galanya dengan mata hatinya.
Kehidupan tasawuf pada diri Nabi Muhammad SAW
tersebut membuat kalbu beliau menjadi jernih dan menjadi pengantar terhadap
kenabian beliau, sehingga cahaya kenabian dalam diri beliau menjadi kuat.
Keadaan ini berlangsung hingga Malaikat Jibril menyampaikan wahyu pertama
kepada Nabi SAW sekaligus diangkat oleh Allah SWT sebagai Rasul.
Sedangkan menurut Yunasril Ali, tahannuts Nabi Muhammad SAW tidak dapat dijadikan awal munculnya tasawuf,
karena terjadi sebelum Al-Qur’an diturunkan. Hanya perikehidupan Rasul setelah
turun Al-Qur’anlah yang dapat dipandang sebagai awal tasawuf Islam. Tahannuts
Rasulullah di Gua Hira’ memang untuk memusatkan rohani, tetapi karena hal itu
bukan dari ajaran Allah yang diturunkan setelah datangnya syari’at Islam, maka
tahannuts Rasul tersebut tidak dapat dijadikan sumber tasawuf dalam Islam.
Manfaat dari jalan yang ditempuh para sufi dengan mengikuti
tahannuts Nabi Muhammad SAW di dalam gua
Hira’ menurut Imam Ghazali ada tiga, yaitu pemusatan diri dalam beribadah dan
berfikir, mengakrabkan diri di dalam munajat dengan Allah dengan menghindari
perhubungan diantara para makhluk, dan menyibukkan diri dengan menyingkapkan
rahasia-rahasia Allah tentang persoalan dunia dan akhirat maupun kerajaan
langit dan bumi.
Kedua, setelah Nabi Muhammad menjadi Rasul Allah,
mulailah beliau mengajak manusia membersihkan rohaninya dari kotoran-kotoran
syirik dan nafsu amarah yang tidak sesuai dengan fitrah aslinya. Beliau
berdakwah menyeru manusia memperteguh tauhid dan mempertinggi akhlaknya untuk
mencapai keridhaan Allah. Pada fase ini ditandai dengan askestisme serta
pembatasan diri dalam makan maupun minum, dan penuh makna-makna rohaniah yang
merupakan sumber kekayaan bagi para sufi.


Artinya : “Thaha! Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu agar kamu
menjadi susah” (Qs. Thaha: 1-2).
Perikehidupan tasawuf Nabi SAW yang dapat menunjukkan
keimanan dan ketabahan yang kuat Nabi SAW dapat tercermin dalam beberapa contoh
kisah. Ketika perjuangan baru dimulai paman dan isteri Nabi (Abu thalib dan
Khadijah), yaitu tulang punggung perjuangan dakwahnya wafat. Beliau terima
segalanya dengan tabah dan tenang. Kemudian pergi ke Thaif, sesampai disana
dakwahnya ditolak dan pulang membawa luka dan derita. Beliau meneruskan
perjalanan di tengah-tengah kepungan umat yang jahil itu. Maka beliau terima
segalanya dengan tabah.
Pada suatu waktu beliau datang ke rumah Aisyah, ketika
beliau sedang mencari sedikit makanan, ternyata di rumah Aisyah tidak ada
apa-apa. Beliau terima dengan sabar, ia kerjakan puasa sunat. Beliau kemudian
pergi ke masjid bertemu dengan Abu Bakar dan Umar, beliau bertanya:”apakah
gerangan dengan anda berdua datang ke masjid?”. Kedua sahabat tadi menjawab :
“menghibur lapar, beliaupun mengatakan :”aku pun keluar untuk menghibur lapar”.
Selain itu, Nabi Muhammad SAW juga mengajarkan
kepada ummatnya untuk tidak berlebihan dalam beribadah kepada Allah dan sesuai
dengan kadar kemampuannya. Dalam sebuah kisah, diceritakan bahwa Sahabat Ali
bin Abi Thalib, Abu Bakar, Abdullah bin Mas’ud, Abu Zar, dll pernah berhimpun
di rumah Usman bin Mazh’un Al-Jumahy. Mereka bermusyawarah untuk berpuasa siang
hari, tidak tidur di kasur, tidak memakan daging dan lemak, tidak mendekati
isteri, tidak memakai minyak wangi, akan memakai wool kasar, akan meninggalkan
dunia, akan mengembara di muka bumi dan ada diantara mereka yang bercita-cita
akan memotong kemaluannya. Musyawarah itu terdengar kepada Nabi Muhammad SAW.
Nabi Muhammad SAW berkata: “Sesungguhnya aku tidak menyuruh yang demikian.
Sesungguhnya ada hak kewajibanmu terhadap dirimu, maka puasalah kamu dan
berbuka, bangunlah beribadat pada malam hari dan tidur, karena aku bangun
beribadat pada malam hari dan tidur, aku berpuasa dan berbuka, aku makan daging
dan lemak, aku datangi perempuan-perempuan. Barangsiapa tidak suka kepada
sunnahku itu maka tidaklah dia termasuk sebagian dari umatku”.
Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa
terdapat beberapa pokok kehidupan kerohanian Nabi SAW yang patut untuk ditiru
dalam segenap aspek kehidupan. Pokok kehidupan tasawuf Nabi tersebut yaitu
dengan tidak tertarik terhadap urusan-urusan yang bersifat duniawi dan
memandang nilai rohani lebih tinggi kedudukannya daripada duniawi atau yang
disebut dengan Zuhud. Beliau menerapkan hidup sederhana dari segala segi
kehidupan, baik dari segi pakaian, makanan, dll.
Dengan tidak meninggalkan aspek duniawi, Nabi
Muhammad SAW tetap bekerja keras untuk memenuhi hajat hidupnya di dunia dan
jika ada kelebihan rezeki maka digunakan untuk kepentingan sedekah dijalan
Allah. Sementara itu, dalam kehidupan sosialpun beliau SAW terkenal dengan
sifat pemurahnya, yaitu dengan berkeinginan keras melayani kepentingan ummat
dan menolong mereka dari segala kesulitan. Kehidupan beliau dapat mempengaruhi
kehidupan sehari-hari para sahabat dan pengikutnya hingga saat ini. Rasulullah
telah memberikan contoh sekaligus meletakkan dasar-dasar hidup kerohanian dan
tarekatnya bagi para pengikutnya sepanjang zaman.
Wallahu’alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar