Jumat, 20 Februari 2015

Literatur Tasawuf



BAB I
PENDAHULUAN
A.   LATAR BELAKANG

Islam merupakan agama yang dibawakan oleh Nabi Muhammad SAW.  yang dimulai dengan dakwah sembunyi-sembunyi sampai akhirnya terang-terangan. Perkembangan Islam yang semakin maju dan meluas juga dipengaruhi oleh tokoh-tokoh Islam pada zaman itu. Agama Islam merupakan agama yang mengajarkan akhlak, sehingga banyak orang yang masuk Islam karena melihat kepribadian Nabi Muhammad SAW. dan sahabat.
Perkembangan Islam yang semakin menyebar diberbagai plosok daerah, dari berbagai ilmu yang  telah diajarkan Nabi Muhammad SAW. kepada para sahabat kemudian tabi’in dan seterusnya hingga pada umat Islam pada zaman sekarang, menimbulkan banyaknya tokoh-tokoh agama khususnya dalam bidang Tasawuf. Al Ghozali, merupakan salah satu tokoh tasawuf yang mempunyai banyak karya yang sampai saat ini masih dijadikan sebagai pedoman pembelajaran tasawuf diberbagai sekolah, khususnya pesantren.
Tasawuf merupakan pusat studi Islm yang memusatkan pada kerohaniaan. Melalui studi tasawuf, kita dapat mengetahui cara-cara mendekatkan diri kepada Alloh SWT. dan semua itu tidak lepas dari pengarahan dari guru yang bersumber pada karya tokoh tasawuf .





B.     RUMUSAN  MASALAH


1.      Apa pengertian literatur Tasawuf  ?
2.      Apa saja literatur/ karya dalam bidang Tasawuf ?
3.      Bagaimana pengaruh literatur/ karya dalam bidang Tasawuf terhadap masyarakat ?



C.   TUJUAN PENULISAN

1.      Untuk mengetahui lebih jelasnya tentang tasawuf
2.      Untuk mengetahui literatur/ karya dalam bidang Tasawuf beserta pengarangnya
3.      Untuk mengetahu pengaruh literatur/ karya dalam bidang Tasawuf terhadap masyarakat







D.   MANFAAT PENULISAN

Tasawuf merupakan suatu ilmu yang mengajarkan tentang tata cara supaya lebih dekat dengan Alloh SWT. Sebagian sufi telah menjadikan ajarannya dalam sebuah kajian yang berupa karya ilmiah yang berisi tulisan yang bisa dipelajari bagi pengikutnya.
Makalah ini bisa dijadikan sebagai salah satu sumber dalam mengetahui tokoh-tokoh Tasawuf yang mempunyai karya-karya ilmiah dan bentuk karyanya, sehingga tidak adanya perdebatan antar sesama dalam memahami suatu ajaran.












BAB II

PEMBAHASAN


A.   PENGERTIAN  LITERATUR TASAWUF

Literatur merupakan bahan yang bisa dijadikan sebagai sumber referensi atau bisa disebut daftar pustaka. Literatur ada dua softcopy dan hardcopy.
Softcopy adalah bentuk materi data dari komputer. Hardcopy adalah bentuk materi atau data.
Tasawuf merupakan ilmu yang mempelajari tata cara mendekatkan diri kepada Alloh. Menurut Al-junaidi Tasawuf adalah suatu ilmu yang mempelajari usaha-usaha membersihkan diri, berjuang memerangi hawa nafsu, mencari jalan kesucian dengan ma’rifat menuju keabadian, saling mengingatkan antar manusia, serta berpegang teguh pada janji Allah SWT. dan mengikuti syariat Rasulullah SAW. dalam mendekatkan diri dan mencapai keridaan-Nya.[1]
Jadi literatur dalam bidang Tasawuf adalah karya-karya para tokoh Tasawuf yang berupa tulisan atau kitab yang berisi tentang tata cara mendekatkan diri kepada Allah SWT. sehingga tercapainya sebuah kema’rifatan.



B.   LITERATUR ATAU KARYA-KARYA TOKOH  TASAWUF

Beberapa literatur yang menyebar di seluruh dunia, khususnya dalam bidang Tasawuf. Dalam berbagai buku menyebutkan tokoh-tokoh yang mempunyai karya dalam bidang tasawuf beserta nama karya-karyanya, diantaranya : 

1.     Al-Ghazali

Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ta’us Asy-Syafi’i Al- Ghazali. Secara singkat dan umumnya dikenal dengan nama Imam Ghazali. Imam Ghazali dilahirkan di kota Thus yang merupakan kota kedua di Khurasan setelah Nasyabur pada tahun 450 Hijriyah.
Pada masa mudanya Al-Ghazali mempelajari berbagai ilmu pada beberapa tempat, antara lain Nisabur, Alaskar dan pada tahun 484 H. dilantik sebagai guru besar pada Perguruan Tinggi Nizamiyah di kota Baghdad oleh Menteri Nizamul Mulk. Pada tahun 488 H. Al-Ghazali pergi ke Makkah untuk menunaikan rukun Islam yang ke lima. Setelah selesai mengerjakan haji beliau pergi ke Syam, mengunjungi Baitul Maqdis, kemudian ke Damaskus dan kemudian menetap dan beribadat di Masjid Al- Umawi.
Diantara karya-karya Imam Al-Ghazali adalah ;
a.       Ihya Ulumuddin
Kitab Ihya Ulumuddin  mendapatkan perhatian besar di Eropa dan telah diterjemahkan dalam bahasa modern.[2] Pada hakekatnya kitab Ihya Ulumuddin adalah hasil pengalaman, pengembaraan, penjelajahan, dan pendalaman oleh Imam Al-Ghazali dalam berbagai ilmu. Kitab ini adalah hasil karya positif sesudah beliau ragu ( syak ) terhadap segala persoalan dalam bidang kepercayaan dan akhirnya kepercayaan keraguan itu sedikit demi sedikit mulai hilang, kemudian berganti dengan keyakinan. Kitab ini dibagi bgian besar ( empat rubu’ ), yaitu :
1        Peribadatan  ( rubu’ ‘ibadah )
2        Pekerjaan sehari-hari ( rubu’ adat )
3        Perbuatan yang membinasakan ( rubu’ al- muhlikat )
4        Perbuatan yang menyelamatkan ( rubu’ al- munjiyat )

b.      Minhajul Abidin ( Petunjuk Ahli Ibadah )
Kitab ini membahas tentang tentang jalan ibadah, yang jumlahnya ada tujuh tahapan, yaitu ;
1        Tahapan Ilmu dan Ma’riafat
2        Tahapan Taubat
3        Tahapan Godaan
4        Tahapan Rintangan
5        Tahapan Pendorong
6        Tahapan Cacat-Cacat
7        Tahapan Puji dan Syukur[3]


c.       Al- Munqizd Minadl Dholali ( penyelamatan dari kesesatan )
Kitab ini berisi tentang penyerangan al- Ghazali pada filsafat dan failosof-failosof.[4]


d.      Maqasidul Falasifah ( tujuan para ahli falsafah )
Kitab ini al-Ghazali membawakan persoalan mantiq ( logika ), theologi, thabi’ah, pisika. Dalam kitab ini al-Ghazali bertindak sebagai seorang filosof yang benar-benar mendalami soal-soal filsafat. Setelah lama mengkaji kitab ini dan akhirnya mengetahui filsafat yang sesungguhnya, al-Ghazali menyerang dengan tajam sampai hancur di kitabnya Tahafutul Falasifah.


e.       Tahafutul Falasifah ( kesalahan para ahli falsafah )
Kitab ini membahas 20 masalah, yang isinya tidak menyetujui pendapat ahli filsarat termasuk Ibnu Sina, Farabi, Kindi, dan lain-lain termasuk filosof Greik, yaitu :
1.      Sanggahan atas pandangan para filosof tentang keazalian ( eternitas ) alam.
2.      Penolakan atas keyakinan filosof atas keabadian alam, ruang, dan waktu.
3.      Ketidak jujuran para filosof dalam menyatakan bahwa Tuhan adalah pencipta alam dan penjelasan bahwa ungkapan tersebut hanya bersifat metaforis, tidak dalam makna hakikatnya.
4.       Ketidakmampuan para filosof membuktikan Eksistensi pencipta alam.
5.      Ketidakmampuan para filosof Tuhan itu satu, dan tidak bisa diasumsikan dua wajib al-wujud yang masing-masing tanpa sebab.
6.      Sanggahan atas pandangan para filosof tentang negasi sifat-sifat tuhan.
7.      Sanggahan atas pandangan bahwa Mustahil tuhan bersama yang lain dalam genus ( jins ) dan dipisahkan dengan diferensial ( fashl ), dan akal tidak bisa membaginya ke dalam genus dan diferensial.
8.      Sanggahan terhadap teori bahwa eksistensi tuhan adalah eksistensi sederhana, eksistensi murni.
9.      Ketidakmampuan para filosof untuk membuktikan melalui argumen rasional bahwa untuk membuktikan melalui argumen rasional bahwa tuhan bukan tubuh ( jism ).
10.  Ketidakmampuan para filosofis untuk membuktikan melalui argumen rasional bahwa alam memiliki pencipta dan sebab.
11.  Sanggahan terhadap sebagian filosof yang mengatakan bahwa tuhan dan mengetahui yang lain dan mengetahui berbagai spesies dan genus secara universal.
12.  Ketidakmampuan para filosof membuktikan bahwa tuhan mengetahui esensi-Nya.
13.  Sanggahan terhadap pendapat para filosof bahwa tuhan tidak mengetahui hal-hal juz’iyah yang dapat dikelompokkan sesuai pembagian waktu ke dalam kategori “ telah “, “ sedang “, dan “ akan “.
14.  Ketidakmampuan para filosofis untuk membuktikan bahwa langit adalah makhluk hidup dan mematuhi tuhan melalui gerak putarnaya.
15.  Sanggahan atas perkataan yang mereka sebut tujuan menggerakkan langit.
16.  Sanggahan terhadap tesis para filosof bahwa jiwa-jiwa langit mengetahui semua partikular baru ( al- juz’iyyat al- haditsah ) di alam.
17.  Sangggahan atas keyakian para filososf terhadap kemustahilan independensi sebab dan akibat.
18.  Ketidakmampuan para filosofis untuk membuktikan bukti rasional bahwa jiwa manusia adalah substansi ruhaniah yang berdiri sendiri, tak menempati ruang, tidak tercetak paa tubuh, serta tidak menyatu dan tidak terpisah dari badan. Menurut mereka Allah bukan di luar dan bukan di dalam alam, dan demikian pula malaikat.
19.  Sanggahan terhadap tesis para filosof bahwa jiwa manusia mustahil tiada setelah ada dan bahwa ia abadi tanpa terbayangkan kehancuran.
20.  Sanggahan terhadap penolakan para filosof atas kebangkitan jasad, kembalinya jiwa ke dalam raga, keberadaan neraka jasmaniah, keberadaan surga dan bidadari, dan segala yang dijanjikan Allah kepada manusia, serta ucapan mereka bahwa semua itu merupakan perumpamaan bagi kalangan awam agar mereka memahami surga dan neraka ruhaniah, dan keduanya merupakan tingkatan jasmaniah tertinggi.[5]


f.       Al maznun Bihi Ala Ghairi Ahlihi
Kitab ini dicetak di Mesir tahun 309 H. kitab ini menggambarkan keraguan Ghazali terhadap seluruh pendapatnya tentang segala hal yang dibantahnya tentang segala hal yang dibantahnya.


g.      Qawaid al Aqa’id
Kitab ini menyerang sarjana Islam yang disebut Mu’tazilah.


h.      Al Mustasfa
Kitab ini merupakan kitab yang terbaik di dalam ilmu Ushul Fiqih dismping kitab al- Burhan- karangan Imam Haramain dan kitab al-Hud- karangan al- Qadhi Abu Husain Abdul Jabar.


i.        Mizan al Amal
Dalam kitab ini Ghazali sewaktu-waktu mengemukakan pendapat yang sama dengan aliaran Asy’ariyah mengenai tasawuf dan ilmu kalam.


j.        Al Iqtisad Fi Ilmu I’ tiqad
Kitab ini Ghazali menyerang aliran Mu’tazilah dan Ilmu Kalam.
Dan kitab-kitab lain yang dikarang oleh Imam Ghazali.





2.      Imam An- Nawawi

Nama lengkapnya adalah Imam al-Hafizh Syaikhul Islam Muhyiddin Abu Zakariya Yahya Syaraf  bin Muri bin Hasan bin Husain bin Muhammad bin Jum’ah bin Hizam an- Nawawi.[6] Lahir pada tahun 631 H.di desa Nawa dari kedua orang tua yang shalih.
Pada tahun 665 H. dan berusia 34 tahun  mendapat tugas menjadi guru di Darul Hadis dan mengelola bidang pendidikan.
Pada tahun 660 H.  dan berusia 30 tahun, beliau mulai aktif dalam penulisan. Beliau mulai menguraikan pemikirannya dalam bentuk buku dan karya ilmiah lainnya yang sangat mengagumkam. Karya-karya beliau banyak yang berisi tentang Hadis.
Diantara karya-karya beliau adalah :
a.       Syarh Shahih Muslim
kitab shahih muslim ini terdiri dari empat jilid yang kemudian disyarah oleh Imam Nawawi menjadi 12 jilid

b.      Al- Majmu’ Syarah Muhadzab

c.        Sharah RiyaadhusShalihin
Kitab ini berisi 62 pembahasan, diantaranya:
1.      Ikhlas dan Menghadirkan Niat dalam Segala Perbuatan, Ucapan, dan Kondisi
2.      Taubat
3.      Sabar
4.      Kebenaran dan kejujuran
5.      Muraqabah ( merasa diawasi Allah )
6.      Taqwa
7.      Yakin dan Tawakal
8.      Istiqomah
9.      Menafakuri Keagungan Ciptaan allah, Kebinasaan Dunia, dan Hal Ihwal Akhirat
10.  Bersegera Kepaa Kebaikan, Menganjurkan Orang yang Menuju Kebaikan, serta Bersungguh-sungguh Tanpa Ragu- ragu
11.  Dll.

d.      Al- Adzkar

e.       Tahdziibul Asma’ Wal Lughat

f.       Al-Arba’in an-Nawawi

g.      Minhaj fil Fi’li

3.     Al- Hallaj

Nama lengkapnya Abdul Mughist al- Husain bin Mansur al- Hallaj. Lahir di Baidha Persia pada tahun 224 H/ 858 M.[7]
Pada  umur 16 tahun beliau belajar kepada sufi besar Sahal bin Abdullah al- Tustar di Ahwaz. Setelah belajar kepada sufi tersebut beliau pergi ke Basrah dan belajar kepada Amir ibnu Ustman al-Makki, seorang sufi terkemuka di zamanya, tetapai tidak lama kemudian beliau pindah. Pada tahun 264 H/ 878 M beliau pergi ke Baghdad dan belajar kepada Junaid al- Baghdadi, pemuka semua sufi, namun tidak diterima hingga meninngalnya tanpa izin.
Dalam menanggapi ajaran tasawufnya masyarakat terpecah belah dan stabilitasnya terganggu. Kalangan ahli Tasawuf senderi terpecah belah, ada yang mendukung ada yang menolak al- Hallaj. Berdasarkan laporan masyarakat, pemerintah segera menahan dan menyeretnya ke pengadilan. Kepetusan pengadilan adalah dihukum mati dan dilaksanakan pada tanggal 29 Zulka’dah 309 H atau 28 Maret 913 M.
Selama di penjara, al- Hallaj banyak menulis hingga mencapai 48 buah buku. Judul-judul kitabnya tampak asing dan isinya juga banyak yang aneh dan sulit dipahai. Kitab-kitabnya antara lain:
a.       Al- Shaihur Fi Naqshid Duhur
b.      Al- Abad Wa al- Mabud
c.       Kaifa Kana Wa Kaifa Yakun
d.      Huwa Huwa
e.       Sirru al- Alam Wa al- Tauhid
f.       Al- Thawasin al- Azal
g.      Dan lain-lain
Kitab-kitab ini hanya tinggal catatan, karena ketika hukuman dilaksanakan, kitab-kitab itu juga ikut dimusnahkan, kecuali sebuah yang disimpan pendukungnya ysitu ‘Atha  dengan judul al- Thawasi al- Azal. Dari kitab ini bisa diketahui ajaran dan murid-muridnya.


4.     Ibnu Taimiyah

Nama lengkapnya adalah Taqiyuddin Ahmad bin Abi al- Halim bin Taimiyah[8]. Lahir di Harran pada hari Senin tanggal 10 Rabiul Awwal tahun 661 H. dan meninggal pada malam Senin tanggal 20 Dhulqa’dah tahun 729 H.
Ibnu Taimiyah terkenal dengan kecerdasan sehingga pada umur 17 telah dipercaya masyarakat untuk memberikan pandangan- pandangan mengenai masalah hukum secara resmi.
Salah satu karya penting dari Ibnu Taimiyah adalah:
a.       Majmu’al- Fatawa al- Kubra
b.      Minhaj as-Sunnah an- Nabawiyyah
c.       Al- ‘Aqidah al- Wasitiyah
Kitab ini berisi khusus tentang teologi.[9]

5.     Ibnu ‘Arabi ( 560- 638 H )

Nama lengkapnya adalah Muhammad bin ‘Ali bin Ahmad bin ‘Abdullah ath- Tha’i al- Haitami. Lahir di Murcia Andalusia Tenggara, Spanyol, tahun 560 H. dari keluarga berpangkat, hartawan, dan ilmuan.[10]
Karya beliau yang monementalnya adalah ;
a.       Ruh al Qudsi Fi Munashahat an- Nafs ( ruh suci dalam menasehati jiwa )
Kitab ini ditulis pada tahun 600 H/ 1203- 1204 M di Makkah. Kitab ini membahas 3 pokok pembahasan, yaitu:
1.      Keluhan sang pengarang ihwal karena banyaknya penyalahgunaan dan berbagai kekurangan yang dipandangnya dala praktik Tasawuf di zamannya.
2.      Membicarakan kehidupan dan ajaran-ajaran dari sekitar 55 sufi yang telah mengajarnya atau telah dijumpainya
3.      Mendiskusikan beberapa kesulitan dan rintangan yang dijumpai di jalan spiritual, yang dilukiskam melalui deskripsi ihwal sebagian pengalaman pengarang sendiri.[11]

b.      Al-Durrat al- Fakhirah Fi Dzikir Man Intafa’ tu Bihi Fi Thariq al- Akhirah
Kitab ini merupakan ikhtisar dari kitab yang besar yang ditinggalkan Ibn ‘Arabi di Spanyol.
Kitab ini memuat materi yang memiliki kesamaan dengan kitab Ruh Qudus. Selain itu kitab Durrah ini juga menyuguhkan riwayat hidup 16  syaikh lainnya. Sehinnga menjadikan kitab Durrah berisi 42 orang syaikh.


c.       Tarjuman al- Asywaq
Kitab ini ditulis untuk mengenang kecantikan, ketakwaan, dan kepintaran seorang gadis cantik dari keluarga seorang sufi dari Persia.

d.      Masyahid al-Asrar
e.       Mathali’ al-Anwar al- Illahiyyat
f.       Hilyat al- Abdal
g.      Kamiya’ as- Sa’adat
h.      Muhadharat al- Abrar
i.        Kitab al- Akhlak
j.        Majmu’ ar-Rasa’il al- Illahiyat
k.      Mawaqi’ an-Nujum
l.        Al-Jam’ Wa at- Tafshil Fi Haqa’iq at- Tanzil
m.    Al- Ma’rifah al- Illahiyyah
n.      Al- Isra’ Maqam al- Atsna

6.     Buya Hamka
Haji Abdul Karim Amarullah ( HAMKA ), lahir di Sungai Batang, Mininjau ( Sumatra Barat ), pada hari Ahad, tanggal 16 Februari 1908 M/ 13 Muharram 1326 H dari kalangan keluarga yang taat beragama.[12]
Karya- karya tulis Buya Hamka yang menjadi objek penelitian, yaitu:
a.       Tasawuf Modern
Pada awalnya buku ini merupakan kumpulan artikel yang dimuat dalam pedoman masyarakat antara tahun 1937- 1938. Karena tuntutan masyarakat, kumpulan artikel ini dibukukan. Buku ini pertama kali diterbitkan di Medan pada tahun 1938 dan sampai tahun 1987, telah mengaami 16 kali cetak ulang.
Buku ini merupakan langkah yang sangat strategis, dan upaya meletakkan dasar- dasar sufisme baru ( neo- sufisme ) di tanah air. Dalam buku ini beliau mencoba membahasakan Tasawuf melalui  “bahasa bumi “ yang mudah dipahami oleh masyarakat umum. Melali karya tersebut, beliau memberikan apresiasi yang wajar terhadap penghayatan esoteris Islam, sekaligus peringatan bahwa esioterisme itu hendaknya tetap dikendalikan oleh ajaran standar syari’ah. Dalam buku ini, beliau menghendaki suatu penghayatan keagamaan esoteris yang mendalam, tetapi tidak perlu melakukan pengasiamgan diri  (‘uzlah) , melainkan tetap aktif melibatkan diri dalam masyarakat.
b.      Tasawuf Perkembangan dan pemurniannya
Buku ini merupakan gabungan dari dua karyanya yang pernah ditulisnya pada tahun 1950-an sampai pada tahun 1986, karya ini telah mengalami 12 kali cetak ulang. Buku ini terdiri atas XII bab.
 Pada bagian pertama membahas tentang sejarah awal tumbuhnya kehidupan kerohanian. Kemudian secara berturut beliau memaparkan tentang hal ihwal kehidupan kerohanian nabi dan sahabat, kupasan tentang pendapat ahli- ahli pengetahuan tentang Tasawuf Islam, penyelidikan tentang kemungkinan adanya Tasawuf Islam, sejarah perkembangan kerohanian, sejarah singkat ajaran para sufi, al- Ghazali dan perkembangan Tasawuf pada abad V H, perkembangan Tasawuf dan Filsafat Ketuhanan pada abad VI dan VII H, perkembangan Tasawuf di Persia, masa- masa kemunduran Tasawuf, pandangan sarjana (kaum intelektual )tentang Tasawuf, perkembangan Tasawuf di Indonesia, dan upaya mengembalikan Tasawuf ke pangkalnya.
c.       Lembaga Budi
Buku ini ditulis pada tahun 1938 yang terdiri dari XI bab. Buku ini membahas, budi yang mulia, sebab budi menjadi rusak, penyakit budi, budi orang yang memegang pemerintahan, budi mulia yang seyogyanya dimiliki oleh seorang raja ( penguasa ),  budi pengusaha, budi saudagar, budi pekerja, budi ilmuwan, dan percikan pengalaman.
d.      Falsafah Hidup
Buku ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1940 di Medan dan telah mengalami cetak ulang sebanyak XII kali. Buku ini terdiri atas IX  bab.
 Buku ini membahas hidup dan makna kehidupan, ilmu dan akal dalam dari berbagai aspek dan dimensinya, undang- undang alam (sunatuAllah ), adab kesopanan, makna kesederhanaan dan bagaimana mencari dan membina persahabatan, dan diakhiri dengan pembahasan Islam sebagai pembentuk hidup.
e.       Lembaga Hidup
Buku ini pertama kali terbit di Medan pada tahun 1941. Dalam karyanya ini beliau mengembangkan pemikirannya dalam XII bab.
Buku ini membahas tentang kewajiban diri manusia, asal usul munculnya kewajiban, kewajiban manusia kepada Allah, kewajiban manusia secara sosial, hak atas harta benda, kewajiban dalam pandangan seorang muslim, kewajiban dalam berkeluarga, kewajiban menuntu ilmu, kewajiban bertanah air, Islam dan politik, al- Qur’an untuk zaman modern, dan tulisan ini ditutup dengan memamparkan sosok Nabi Muhammad.
f.       Pelajaran Agma Islam
Buku ini terbit pertama kali pada tahun 1956 dan telah mengalami cetak ulang sebanyak 12 kali. Bubu ini berisi IX bab. Pembahasannya meliputi; manusia dan agama, dari sudut mana mencari Tuhan, rukun iman ( percaya kepada Allah, hal- hal yang ghaib, kitab-kitab, para rasul, hari akhir, serta takdir qadha’ dan qadar ), serta iman dan amal saleh.
g.      Tafsir al- Azhar Juz I- XXX
Buku ini ditulis pada tahun 1962 dan pertama kli dicetak pada tahun 1979. Karyanya ini telah mengalami beberapa cetak ulang dan diterbitkan bukan hanya di Indonesia, akan tetapi juga di Singapura.
Buku ini membahas tentang pengertian dan esensi al- Qur’an, i’jaz al- Qur’an, isi mukjizat al- Qur’an, al- quran lafad dan makna, langkah- langkah dalam menafsirkan al- Qur’an, haluan tafsir, alasan dinamika Tafsir al- Azhar, dan hikmat Ilahi. Setelah memperkenalkan dasar- dasar untuk memahami tafsir, setelah itu beliau baru mengupas tafsirnya secara panjang lebar.
7.     Syeh Yusuf Makasar
Syeh Yusuf lahir di Goa, Sulawesi Selatan, pada tanggal 8 Syawal 1036 H/ 3 Juli 1626.[13] Ayahnya Abdullah bukan dari bangsawan dan ibunya Aminah dari keluarga Sultan Ala al- Din.
Karya- karyanya yaitu:
a.       Al- Barakat al- Sailaniyya
Buku ini berisi tentang cara- cara mengikuti jalan sufisme, seperti berdzikir, syahadat, dan cara mendekatkan diri kepada Allah (muraqabah ). Dalam buku ini, ada tiga cara dalam mengingat Allah yakni melalui dzikir al- nafi wa al- ithbat dengan mengucapkan “La Ilaaha Illa Allah”; dzikir al- mudjarrad wa al- djalala dengan mengucap “Allah”; dan dzikir al- isharah wa al- anfas dengan mengucap” hu”.
b.      Al- Fawa’ih al- Yusufiyya fi Bayan Tahqiq al- Sufiyya
Buku ini ditulis untuk menjawab pertanyaan orang mengenai agama.



C.   PENGARUH  LITERATUR  TASAWUF  TERHADAP  MASYARAKAT

Tasawuf merupakan belahan dalam dari ajaran agama Islam, belahan luarnya adalah Fiqih. Di dalam sholat ada belahan luar dan dalam. Belahan luar berupa ucapan, gerakan, sedangkan belahan dalamnya menghadap kepada Allah, merasakan kehadiran Allah, khusuk, ikhlas. Jadi tasawuf dan fiqih tidak bisa dipisahkan, karena agama berisi aspek dalam dan luar. Tidak banyak literatur tasawuf yang ada,  sehinngga menjadikan sangat penting literatur taswuf  bagi kalangan masyarakat, terutama zama yang globalisasi ini. Diantara peran literatur tasawuf bagi masyarakat yaitu:
1.      Sebagai media pembelajaran
2.      Sebagai salah satu pedoman dalam kehidupan sehari-hari
3.      Menjadi salah satu dasar dalam beribadah kepada Allah
4.      Sebagai sumber pengetahuan dalam memahami Tasawuf








BAB III
PENUTUP
A.   KESIMPULAN

Tasawuf merupaka ilmu yang membahas cara- cara mendekatkan diri kepada Allah, sehingga tasawuf tidak bisa dipisahkan dengan ajaran agama yang ada. Literatur/ karya-karya tasawuf yang ada dan telah disimpan dan menjadi pedoman bagi umat Islam memang tidak terlalu banyak. Diantara karya- karya itu adalah:
a.       Kitab Ihya’ ‘Ulumuddin karya Imam al- Ghazali
b.      Kitab Sharah Riyaadhus  Shalihin karya Imam Nawawi
c.       Kitab Al- Shaihur Fi Naqshid Duhur karya al- Hallaj
d.      Kitab Al- ‘Aqidah al- Wasitiyah karya Ibnu Taimiyah
e.       Kitab Ruh al Qudsi Fi Munashahat an- Nafs karya Ibnu ‘Arabi
f.       Buku Tasawuf Modern karya Buya Hamka
Karya-karya ini berperan bagi kehidupan masyarakat dalam memahami tasawuf termasuk tatacara mendekatkan diri kepada Allah, sehingga dalam pengamalannya dalam beibadah dan kehidupan sehari-hari terasa ikhlas dan yaman.


B.   SARAN

Demikian makalah yang dapat saya buat mengenai materi pembahasan ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena kurangnya rujukan atau refernsi yang ada mengenai masalah ini.
Penulis berharap kepada pembaca agar memberikan kritik dan saran yang dapat membangun bagi penulis, agar tercapainya sebuah kesempurnaan dalam penulisan makalah.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis secara khusus dan bagi pembaca secara umumnya.


DATAR PUSTAKA

‘ Arabi, Ibnu.  Sufi- Sufi Andalusia. Bandung: Mizan. 1994.
Al- Ghazali, Imam.  Mukhtashor Ihya’ ‘Ulumuddin.  Yogyakarta: UP. Indonesia.  1982.
Al- Ghazali, Imam.  Mutiara Ihya’ ‘Ulumuddin.  Bandung: Mizan.  1996.
Al- Ghazali, Imam.  Tahafut al- falasifah Membongkar Tabir Keracuan Para Filosof.   Bandung:  Marja.  2012.
An- Nawawi, Imam.  Sharah Riyadhush Shalihin 1.   Jakarta: Gema Insani.  2012.
Mansur, Laily.  Ajaran  dan Teladan Para Sufi.  Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.   1996.
Nisar, Samsul.  Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran Hamka tentang Pendidikan Islam.  Jakarta:  Kencana Preanada Media Group.  2007.
Rozak,  Abdul dan Rosihon Anwar. Ilmu Kalam Edisi Revisi.  Bandung : Pustaka Setia. 2014.
Solihin, M dan Rosihon Anwar. Ilmu Tasawuf. Bandung: CV. Pustaka Setia. 2011.
Tudjimah.  Syeh Yusuf Makasar Riwayat dan Ajarannya.  Jakarta:  Universitas Indonesia ( UI- PRESS ). 2005.
Zuhri. Pengantar Studi Tauhid.  Yogyakarta: Suka Press.  2013.







[1] M. Sholihin dan Rosihi Anwar. Ilmu Tasawuf  (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011 ), hlm. 16.
[2] Imam al-Ghazali. Mukhtashor Ihya’, terj. Mokhtar Rosyid ( Yogyakarta: UP Indonesia, 1982 ).
[3] Imam al-Ghazali. Mutiara Ihya’ ulumuddin, terj. Irwan Kurniawan ( Bandung: Mizan, 1996 ).
[4]Nasruddin Thahta. Tokoh-Tokoh Pendidikan Islam di Zaman Jaya Imam Ghazali dan Ibnu Chaldun. (Jakarta: Mutiara, 1978 ), hlm. 22-23.
[5] Imam al- Ghazali. Tahafut al- falasifah Membongkar Tabir Keracuan Para Filosof, terj. Ahmad Maimun (Bandung: Marja, 2012),  hlm. 57-59.
[6] Imam an-Nawawi, Sharah Riyadhush Shalihin 1, terj, Mushtofa Dib al- Bugh ( Jakarta: Gema Insani, 2012 ).
[7] Laily Mansur, Ajaran dan Teladan Para Sufi (  Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996 ), hlm. 110.
[8] Abdul rozak dan Rosihon Anwar. Ilmu Kalam Edisi Revisi ( Bandung: Pustaka Setia, 2014) , hlm. 138.
[9] Zuhri. Pengantar Studi Tauhid ( Yogyakarta: Suka Press, 2013 ), hlm. 71
[10] M. Solihin dan Rosihon Anwar. Ilmu Tasawuf ( Bandung: Pustaka Setia, 2011 ), hlm. 174.
[11] Ibnu ‘arabi. Sufi – sufi Andalusia, terj. M. S. Narulloh ( Bandung: Mizan, 1994 ), hlm. 13.
[12] Samsul Nizar. Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran Hamka dengan Pendidikan Islam ( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), hlm. 15.
[13]Soegiarto Sriwibawa ( ed.), Syeh Yusuf Makasar Riwayat dan Ajarannya ( Jakarta: Universitas Indonesia UI- Press, 2005 ), hlm. 12.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar