Judul
Buku
: Metodologi Ilmu Rijalil Hadis
Pengarang
: Prof. Dr. Suryadi, M.Ag.
Editor : Dr. Nurun Najwah,
M.Ag.
Penerbit
: TH-Press, Yogyakarta
Tahun
Terbit
: 2012 ( Cetakan kedua)
Tebal : 122 hlm.
ISBN : 977-9555-86-8
Buku Metodologi Ilmu Rijalil Hadis
ini berisi tentang kajian ilmu yang berkaitan dengan sanad dalam hadis yang secara khusus mengupas segala
sesuatu yang berhubungan dengan rijal hadis atau para rawi hadis. Berikut ini merupakan isi pokok dari buku Metodologi Ilmu Rijalil
Hadis yang dibagi menjadi lima bab:
1. Sekitar Ilmu Rijalil Hadis
2. Ilmu Tarikh Ar Ruwah
3. Ilmu Al-Jarh wa At-Ta’dil
4. Kajian Metodologis Ilmu Rijalil Hadis
5. Aplikasi Penelitian Rijalil Hadis
BAB I
SEKITAR ILMU RIJALIL HADIS
A. Ilmu Rijalil Hadis
Ilmu Rijalil
Hadis adalah salah satu cabang dari ilmu-ilmu hadis
yang secara spesifik mengupas tentang keberadaan para rijal hadis atau para rawi atau transmitter hadis. Ilmu Rijalil Hadis memiliki dua cabang bahasan, yakni biografi atau
sejarah para rawi sebagai cakupan Ilmu Tarikh ar-Ruwah dan sebagai
kelanjutan tahapan pertama yakni mengkaji rawi dari segi justifikasi/ penilaian
kualitas rawi sebagai cakupan Ilmu Al-Jarh wa At-Ta’dil.
B. Urgensi dan Problematika
Ilmu Rijalil Hadis
Berangkat dari
realitas fokus kajian kritik sanad pada penilaian kualitas para rawi, maka keberadaan Ilmu Rijalil Hadis tidak bisa dipandang sebelah mata. Kajian Ilmu Rijalil Hadis
yang mengarahkan pada figur rawi dalam deretan teoritis seharusnya menginformasikan jawaban terhadap pertanyaan what,
who, where, when, dan why terhadap rawi yang dikaji. Akan tetapi pada dataran realitas berbicara lain, karena aktivitas Ilmu
Rijalil Hadis yang melibatkan tokoh dan pakar yang hidup beberapa abad
sebelumnya sampai pada masanya terpaku pada kajian terhadap kitab-kitab yang
berkompeten tentang itu.
Persoalan semakin bertambah dengan adanya realitas perbedaan metode
yang digunakan para pengkaji rawi dalam menuliskan karyanya. Namun sebenarnya, diskursus yang lebih penting lebih pada
realitas keberadaan penilainya. Bagaimana
kondisi sosio-kulturalnya, ada tidaknya persoalan pribadi antara rawi dengan
penilai, dll. Problematika inilah yang
harus dikuak dalam Ilmu Rijalil Hadis.
BAB II
ILMU TARIKH AR-RUWAH
A. Pengertian
Yakni ilmu yang mengkaji tentang hal ihwal para rawi yang terkait dengan periwayatan
hadis.
B.
Sejarah Perkembangan Ilmu Tarikh ar-Ruwah
Sejarah pertumbuhan
Ilmu Tarikh ar-Ruwah sendiri seiring dann sejalan dengan sejarah pertumbuhan
dann perkembangan periwayatan hadis.
C.
Kitab-Kitab Tarikh ar-Ruwah
Pada umumnya kitab Tarikh ar-Ruwah terbagi menjadi tiga, yaitu : kitab-kitab
yang menerangkan rawi dari kalangan sahabat, kitab-kitab yang menerangkan rawi
dari kalangan umum, kitab-kitab yang menerangkan nama-nama rawi,
kunyah-kunyahnya dan nasab-nasabnya.
BAB III
ILMU JARH WA TA’DIL
A. Pengertian
Ilmu Jarh wa Ta’dil,
merupakan ilmu yang membahas keadaan para rawi hadis dari segi diterima atau
ditolaknya periwayatan mereka.
B. Sejarah perkembangan Ilmu Jarh wa Ta’dil
Sejarah perkembangan Ilmu Jarh wa Ta’dil seiring dan sejalan
dengan perkembangan periwayatan hadis. Namun embrio Ilmu Jarh Wa Ta’dil telah nampak
pada masa Rasulullah ketika Rasulullah pernah memuji Khalid “Sebaik-baik hamba
Allah adalah Khalid bin Walid. Dia adalah pedang dari sekian banyak pedang
Allah.”
C. Kaedah-Kaedah
dan Tingkatan-Tingkatan Lafadh al-Jarh wa at-Ta’dil
Kaedah-Kaedah:
o
Mendahulukan ta’dil atas jarh, jika sifat yang tercela muncul
belakangan.
o
Mendahulukan jarh atas ta’dil, jika sifat yang terpuji muncul belakangan.
o
Kontradiksi antara kritikus
yang menilai rawi hadis dengan terpuji dan tercela, dimenangkan yang
terpuji.
o
Jika kritikus yang menilai tersebut lemah, maka penilaian jarhnya tidak
dapat diterima terhadap kritikus yang tsiqah.
o
Penilaian jarh tidak dapat diterima jika masih ada keragu-raguan, misalnya
adanya kesamaan antara satu rawi dengan rawi
lain.
o
Penilaian jarh yang dilandasi masalah pribadi anatara rawi yang diteliti
dengan kritikus ditolak.
Tingkatan-Tingkatan:
Di antara para ulama tidak
ada kesepakatan dalam menentukan lafadh jarh maupun ta’dil. Oleh karena itu
kita menjumpai antara ulama satu dengan yang lain terdapat perbedaan dalam
memberikan kategorisasi penilaian. Namun pada umumnya, para ulama dalam men-ta’dil
menggunakan lafadh ثقة , متقن , ثبت , dll
(tingkat I), lafadh صدوق , محله الصدق , dll
(tingkat II), dst. Dalam men-jarh para ulama biasa menggunakan lafadh كذاب , متروك الحديث, dll (tingkat I), lafadh ضعيف الحديث (tingkat II), dst.
D. Kitab-Kitab al-Jarh
wa at-Ta’dil
Pada umumnya kitab Tarikh
ar-Ruwah terbagi menjadi empat, yaitu:
Berdasarkan thabaqah, rawi secara umum, rawi dalam kitab hadis tertentu, dan berdasar kualitas rawi.
BAB IV
KAJIAN METODOLOGIS ILMU
RIJALIL HADIS
A. Metode Ilmu Tarkh ar
Ruwah dan Ilmu al- Jarh wa at- Ta’dil
Para ulama ahli hadis menerapkan beberapa upaya kritis dalam mengkaji ilmu Tarikh ar-Ruwah dan Ilmu al-Jarh wa at-Ta’dil, indikasinya antara lain :
a. Menentukan objek dan kriteria objek yang dikaji (kualitas pribadi dan kapasitas
keilmuwan rawi).
b. Menetapkan syarat-syarat sebagai seorang kritikus (sikap, kapasitas dan
aturan).
c. Ulama hadis menyusun kaidah-kaidah Al-Jarh Wa At-Ta’dil.
d. Menerapkan metode komparasi.
Sikap tidak begitu saja menerima hadis yang datang, pada dasarnya didasari
oleh 2 metode fundamental yakni meneliti pikiran-pikirannya (melalui
karyanya) dan meniliti biografinya (melalui dokumen-dokumen sejarah).
Meniliti dan menjustifikasi rawi adalah bukan pekerjaan mudah, hal ini
terkait dengan beberapa hal :
a. Terlalu banyaknya rawi yang dikritik.
b. Dalam men-jarh
dan men-ta’dil, kritikus tidak mengkhususkan diri pada menilai orang
yang sama.
c. Minimnya informasi yang diberikan kitab-kitab Tarikh
wa Ruwah dan al-Jarh wa at-Ta’dil menyulitkan pengkaji hadis
memverifikasi rawi yang menyandarkan pada kritikus lainnya,dsb.
B.
Analisis Metodologis Ilmu Tarikh ar-Ruwah
Dalam mengkaji ilmu Tarikh ar-Ruwah, penulis memfokuskan terhadap dua tokoh besar, yakni al-Bukhari
(klasik) dan Ibnu Hajar al-Asqalani ( pertengahan). Berikut kesimpulan salah satu dari
hasil analisis kitab karya al-Bukhari (Tarikh al-Kabir):
a. Penisbatan
sebagai kitab tarikh atau biografi rawi.
b. Seorang rawi
dikatakan berkualitas shahih apabila secara silsilah sanad dapat dibuktikan
adanya ketersambungan dengan Nabi.
c. Kualitas
sahabat ditunjukan dalam kurun hidupnya dan kapan serta di mana dia bertemu
dengan Nabi.
d. minimnya
informasi yang diberikan (sebatas nama lengkap dan kunyah)
e. Untuk mengatahui karakteristik orang selama
kurang lebih dua setengah abad dengan melibatkan belasan ribu orang yang
ditulis biografinya adalah tidak mungkin dengan memunculkan data yang rinci dan
mendalam.
C. Analisa Metodologis ilmu Jarh wa Ta’dil :
Dalam mengkaji Ilmu Jarh wa Ta’dil, penulis memfokuskan terhadap dua ulama besar yaitu Ibnu Abi Hatim ar Razi (klasik)
dan Ibnu Hajar Al Asqalani (tengah). Kedua ulama ini meneliti beberapa rawi yang sama, maka metode
dalam menulis kitab dari kedua ulama tersebut
hampir sama walaupun pada zaman yang
berbeda.
BAB
V
APLIKASI
PENELITIAN RIJALIL HADIS
Di dalam bab ini, secara spesifik dikemukakan beberapa contoh penelitian terhadap rijal
hadis yang bersumber dari beberapa kitab rijal hadis. Salah satu contoh
rawi yang diteliti
penulis adalah Muhammad bin Yazid sebagai berikut:
Sumber kitab :
Muhammad bin Ahmad al-Dzahabi, Mizan I’tidal fi Naqd al-Rijal.,(tkp.: Dar Ihya’ al-Kutub al-‘Arabiyyah, 1963 M/1382
H), jilid IV, hlm.29.
Nama lengkap: Muhammad bin Yazid bin Sinan
Laqab/kunyah: al-Rahawi
Lahir/wafat/kurun hidup: Wafat 220 H
Guru-gurunya: Bapaknya, Kakeknya (Sinan bin
Yazid), Ibn Abi Dzi’b.
Murid-murudnya : Anaknya (Abu Farwah Yazid bin
Muhammad), Abu Hatim, dll
Penilaian Ulama:
Menurut Ad-Daruquthni: Dhaif
Menurut An-Nasa’i: Bukan termasuk rawi yang
kuat
Menurut Abu Hatim: Beliau adalah orang yang
shaleh
Catatan Peneliti: terdapat penilaian berbeda
mengenai Yazid bin Sinan antar orang yang dekat dengan kritikus yang lain.
Dalam hal ini bisa saja penilaian Abu Hatim karena muridnya yang lebih
menonjolkan kebaikannya atau sisi positifnya, sedang ulama lain adalah
sebaliknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar