Selasa, 06 Oktober 2015

RESUME BUKU METODOLOGI ILMU RIJALIL HADIS



Judul Buku                  : Metodologi Ilmu Rijalil Hadis
Pengarang                   : Prof. Dr. Suryadi, M.Ag.
Editor                          : Dr. Nurun Najwah, M.Ag.
Penerbit                       : TH-Press, Yogyakarta
Tahun Terbit                : 2012 ( Cetakan kedua)
Tebal                           : 122 hlm.
ISBN                           : 977-9555-86-8

Buku Metodologi Ilmu Rijalil Hadis ini berisi tentang kajian ilmu yang berkaitan dengan sanad dalam hadis yang secara khusus mengupas segala sesuatu yang berhubungan dengan rijal hadis atau para rawi hadis. Berikut ini merupakan isi pokok dari buku Metodologi Ilmu Rijalil Hadis yang dibagi menjadi lima bab:
1. Sekitar Ilmu Rijalil Hadis
2. Ilmu Tarikh Ar Ruwah
3. Ilmu Al-Jarh wa At-Ta’dil
4. Kajian Metodologis Ilmu Rijalil Hadis
5. Aplikasi Penelitian Rijalil Hadis

BAB I
SEKITAR ILMU RIJALIL HADIS
A. Ilmu Rijalil Hadis
Ilmu Rijalil Hadis adalah salah satu cabang dari ilmu-ilmu hadis yang secara spesifik mengupas tentang keberadaan para rijal hadis atau para rawi atau transmitter hadis. Ilmu Rijalil Hadis memiliki dua cabang bahasan, yakni biografi atau sejarah para rawi sebagai cakupan Ilmu Tarikh ar-Ruwah dan sebagai kelanjutan tahapan pertama yakni mengkaji rawi dari segi justifikasi/ penilaian kualitas rawi sebagai cakupan Ilmu Al-Jarh wa At-Ta’dil.


B. Urgensi dan Problematika Ilmu Rijalil Hadis
Berangkat dari realitas fokus kajian kritik sanad pada penilaian kualitas para rawi, maka keberadaan Ilmu Rijalil Hadis tidak bisa dipandang sebelah mata. Kajian Ilmu Rijalil Hadis yang mengarahkan pada figur rawi dalam deretan teoritis seharusnya menginformasikan jawaban terhadap pertanyaan what, who, where, when, dan why terhadap rawi yang dikaji. Akan tetapi pada dataran realitas berbicara lain, karena aktivitas Ilmu Rijalil Hadis yang melibatkan tokoh dan pakar yang hidup beberapa abad sebelumnya sampai pada masanya terpaku pada kajian terhadap kitab-kitab yang berkompeten tentang itu.
Persoalan semakin bertambah dengan adanya realitas perbedaan metode yang digunakan para pengkaji rawi dalam menuliskan karyanya. Namun sebenarnya, diskursus yang lebih penting lebih pada realitas keberadaan penilainya. Bagaimana kondisi sosio-kulturalnya, ada tidaknya persoalan pribadi antara rawi dengan penilai, dll. Problematika inilah yang harus dikuak dalam Ilmu Rijalil Hadis.

BAB II
 ILMU TARIKH AR-RUWAH
A.  Pengertian
Yakni ilmu yang mengkaji tentang hal ihwal para rawi yang terkait dengan periwayatan hadis.
B.  Sejarah Perkembangan Ilmu Tarikh ar-Ruwah
Sejarah pertumbuhan Ilmu Tarikh ar-Ruwah sendiri seiring dann sejalan dengan sejarah pertumbuhan dann perkembangan periwayatan hadis.
C.  Kitab-Kitab Tarikh ar-Ruwah
Pada umumnya kitab Tarikh ar-Ruwah terbagi menjadi tiga, yaitu : kitab-kitab yang menerangkan rawi dari kalangan sahabat, kitab-kitab yang menerangkan rawi dari kalangan umum, kitab-kitab yang menerangkan nama-nama rawi, kunyah-kunyahnya dan nasab-nasabnya.

BAB III
ILMU JARH WA TA’DIL
A.  Pengertian
Ilmu Jarh wa Ta’dil, merupakan ilmu yang membahas keadaan para rawi hadis dari segi diterima atau ditolaknya periwayatan mereka.
B.  Sejarah perkembangan Ilmu Jarh wa Ta’dil
Sejarah perkembangan Ilmu Jarh wa Ta’dil seiring dan sejalan dengan perkembangan periwayatan hadis. Namun embrio Ilmu Jarh Wa Ta’dil telah nampak pada masa Rasulullah ketika Rasulullah pernah memuji Khalid “Sebaik-baik hamba Allah adalah Khalid bin Walid. Dia adalah pedang dari sekian banyak pedang Allah.”
C.  Kaedah-Kaedah dan Tingkatan-Tingkatan Lafadh al-Jarh wa at-Ta’dil
Kaedah-Kaedah:
o  Mendahulukan ta’dil atas jarh, jika sifat yang tercela muncul belakangan.
o  Mendahulukan jarh atas ta’dil, jika sifat yang terpuji muncul belakangan.
o  Kontradiksi antara kritikus yang menilai rawi hadis dengan terpuji dan tercela, dimenangkan yang terpuji.
o  Jika kritikus yang menilai tersebut lemah, maka penilaian jarhnya tidak dapat diterima terhadap kritikus yang tsiqah.
o  Penilaian jarh tidak dapat diterima jika masih ada keragu-raguan, misalnya adanya kesamaan antara satu rawi dengan rawi lain.
o  Penilaian jarh yang dilandasi masalah pribadi anatara rawi yang diteliti dengan kritikus ditolak.
Tingkatan-Tingkatan:
Di antara para ulama tidak ada kesepakatan dalam menentukan lafadh jarh maupun ta’dil. Oleh karena itu kita menjumpai antara ulama satu dengan yang lain terdapat perbedaan dalam memberikan kategorisasi penilaian. Namun pada umumnya, para ulama dalam men-ta’dil menggunakan lafadh ثقة , متقن , ثبت ,  dll (tingkat I), lafadh صدوق , محله الصدق ,  dll (tingkat II), dst. Dalam men-jarh para ulama biasa menggunakan lafadh  كذاب ,  متروك الحديث, dll (tingkat I), lafadh ضعيف الحديث (tingkat II), dst.
D.  Kitab-Kitab al-Jarh wa at-Ta’dil
Pada umumnya kitab Tarikh ar-Ruwah terbagi menjadi empat, yaitu: Berdasarkan thabaqah,  rawi secara umum, rawi dalam kitab hadis tertentu, dan berdasar kualitas rawi.
BAB IV
KAJIAN METODOLOGIS ILMU RIJALIL HADIS
A. Metode Ilmu Tarkh ar Ruwah dan Ilmu al- Jarh wa at- Ta’dil
Para ulama ahli hadis menerapkan beberapa upaya kritis dalam mengkaji ilmu Tarikh ar-Ruwah dan Ilmu al-Jarh wa at-Ta’dil, indikasinya antara lain :
a. Menentukan objek dan kriteria objek yang dikaji (kualitas pribadi dan kapasitas keilmuwan rawi).
b. Menetapkan syarat-syarat sebagai seorang kritikus (sikap, kapasitas dan aturan).
c. Ulama hadis menyusun kaidah-kaidah Al-Jarh Wa At-Ta’dil.
d. Menerapkan metode komparasi.
Sikap tidak begitu saja menerima hadis yang datang, pada dasarnya didasari oleh 2 metode fundamental yakni meneliti pikiran-pikirannya (melalui karyanya) dan meniliti biografinya (melalui dokumen-dokumen sejarah).
Meniliti dan menjustifikasi rawi adalah bukan pekerjaan mudah, hal ini terkait dengan beberapa hal :
a. Terlalu banyaknya rawi yang dikritik.
b. Dalam men-jarh dan men-ta’dil, kritikus tidak mengkhususkan diri pada menilai orang yang sama.  
c.  Minimnya informasi yang diberikan kitab-kitab Tarikh wa Ruwah dan al-Jarh wa at-Ta’dil menyulitkan pengkaji hadis memverifikasi rawi yang menyandarkan pada kritikus lainnya,dsb.


B. Analisis Metodologis Ilmu Tarikh ar-Ruwah
Dalam mengkaji ilmu Tarikh ar-Ruwah, penulis memfokuskan terhadap dua tokoh besar, yakni al-Bukhari (klasik) dan Ibnu Hajar al-Asqalani ( pertengahan). Berikut kesimpulan salah satu dari hasil analisis kitab karya al-Bukhari (Tarikh al-Kabir):
a. Penisbatan sebagai kitab tarikh atau biografi rawi.
b. Seorang rawi dikatakan berkualitas shahih apabila secara silsilah sanad dapat dibuktikan adanya ketersambungan dengan Nabi.
c. Kualitas sahabat ditunjukan dalam kurun hidupnya dan kapan serta di mana dia bertemu dengan Nabi.
d. minimnya informasi yang diberikan (sebatas nama lengkap dan kunyah)
e. Untuk mengatahui karakteristik orang selama kurang lebih dua setengah abad dengan melibatkan belasan ribu orang yang ditulis biografinya adalah tidak mungkin dengan memunculkan data yang rinci dan mendalam.
C. Analisa Metodologis ilmu Jarh wa Ta’dil :
Dalam mengkaji Ilmu Jarh wa Ta’dil, penulis memfokuskan terhadap dua ulama besar yaitu Ibnu Abi Hatim ar Razi (klasik) dan Ibnu Hajar Al Asqalani (tengah). Kedua ulama ini meneliti beberapa rawi yang sama, maka metode dalam menulis kitab dari kedua ulama tersebut hampir sama walaupun pada zaman yang berbeda.

BAB V
APLIKASI PENELITIAN RIJALIL HADIS
Di dalam bab ini, secara spesifik dikemukakan beberapa contoh penelitian terhadap rijal hadis yang bersumber dari beberapa kitab rijal hadis. Salah satu contoh rawi yang diteliti penulis adalah Muhammad bin Yazid sebagai berikut:
Sumber kitab :
Muhammad bin Ahmad al-Dzahabi, Mizan I’tidal fi Naqd al-Rijal.,(tkp.: Dar Ihya al-Kutub al-‘Arabiyyah, 1963 M/1382 H), jilid IV, hlm.29.
Nama lengkap: Muhammad bin Yazid bin Sinan
Laqab/kunyah: al-Rahawi
Lahir/wafat/kurun hidup: Wafat 220 H
Guru-gurunya: Bapaknya, Kakeknya (Sinan bin Yazid), Ibn Abi Dzi’b.
Murid-murudnya : Anaknya (Abu Farwah Yazid bin Muhammad), Abu Hatim, dll
Penilaian Ulama:
Menurut Ad-Daruquthni: Dhaif
Menurut An-Nasa’i: Bukan termasuk rawi yang kuat
Menurut Abu Hatim: Beliau adalah orang yang shaleh
Catatan Peneliti: terdapat penilaian berbeda mengenai Yazid bin Sinan antar orang yang dekat dengan kritikus yang lain. Dalam hal ini bisa saja penilaian Abu Hatim karena muridnya yang lebih menonjolkan kebaikannya atau sisi positifnya, sedang ulama lain adalah sebaliknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar