Karya:
Mayang Safira Rizal
A.
Pengertian Ilmu Majaz al-Hadis
Secara
etimologis majaz berasal dari kata Jaza Syai’a Yajuzuhu (seseorang
telah melewati sesuatu, maka dia terlewatinya), yakni kata yang dialihkan dari
makna asalnya kemudian digunakan untuk menunjukkan makna yang lain yang
mempunyai kesesuaian dari makna asalnya.
Sedangkan
secara terminologis, al-Jahiz mendefinisikan majaz adalah sebagai
kebalikan dari ungkapan hakiki yaitu sebagaimana pernyataannya;“majaz adalah
lafadz yang diucapkan tidak sebagaimana makna asalnya karena adanya perluasan
makna dari ahli bahasa.”
Yang
dimaksut dengan majaz di sini adalah yang meliputi majaz lughawiy,
‘aqliy, isti’arah, kinayah, dan berbagai macam ungkapan lainnya yang tidak menunjukkan
makna sebenarnya secara langsung, tetapi hanya dapat dipahami dengan berbagai
indikasi yang menyertainya baik yang bersifat tekstual ataupun kontekstual.
1.
Obyek ilmu majaz al-Hadis
Matan hadits
yang maknanya dipalingkan dari makna aslinya.
2.
Urgensi ilmu majaz al-Hadis
a.
Membedakan antara mana yang majaz dan hakiki.
b.
Majaz lebih berkesan dari pada ungkapan dalam bentuk yang biasa.
c.
Mengalihkan makna yang tidak bisa diungkapkan dengan ungkapan
hakiki.
d.
Agar bisa lebih berfikir tentang teka-teki makna sesungguhnya.[1]
B.
Metode Ilmu Majaz al-Hadis
Yusuf Qardawi menggunakan metode ta’wil
dalam memahami ilmu Majaz al-Hadits. Adapun langkah-langkahnya adalah;
1.
Beliau mengaitkan pentakwilannya dengan
al-Qur'an.
2.
Dengan mengaitkan dengan hadis-hadis
setema.
3.
Mengambil dari pendapat ulama',
4.
Pendekatan logika bahasa, dengan syarat
sesuai dengan kesimpulan akal yang sehat, syari'at yang benar, pengetahuan yang
pasti, dan fakta yang tidak diragukan.
Kemudian qarinah (indikator)
yang digunakan adalah qarinah lafziyyah (indikator dalam teks)
dan ini adalah yang diprioritaskan baru kemudian qarinah haliyyah (indikator
diluar teks). Hal ini karena Yusuf al-Qaradawi dalam memaknai teks selalu
berangkat dari makna apa yang terdapat dalam teks, sebelum mencari makna sesuai
konteks.[2]
C. Tokoh-tokoh dan Kitab-kitab Ilmu Majaz al-Hadis
1.
Al-Majazat al-Nabawiyyah karya al-Syarif al-Rida.
2.
Kaifa Nata’amal ma’a al-Sunnah al-Nabawiyyah Ma’alim wa Dhawabith
karya Tusuf al-Qardhawi.
3.
Majazatun Nabawiyyah karya Sayyid Ridho.[3]
D.
Contoh Hadis Ilmu Majaz al-Hadis
1.
Hadis Nabi saw
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami [Affan], telah
menceritakan kepada kami [Abu 'Awanah] dari [Firas] dari ['Amir] dari [Masruq]
dari [Aisyah] berkata; "Pada suatu hari para istri Nabi
Shallallahu'alaihiwasallam berkumpul di sisinya, mereka bertanya; 'Wahai Nabi
Allah, siapa diantara kami yang lebih cepat menyusul engkau? ' Rasulullah
menjawab; 'Adalah yang paling panjang tangannya diantara kalian.' Maka kami
mengambil sebatang kayu lalu kami menjulurkannya dan Saudah binti Zam`ah adalah
wanita yang paling panjang lengannya diantara kami. Lalu (Aisyah) Berkata;
"Ketika Nabi Shallallahu'alaihiwasallam meninggal, Saudah adalah istri
(Nabi) yang paling cepat menyusulnya. Hanya di kemudian hari kami mengerti
hanyasanya maksud istilah panjang tangan Saudah adalah dikarenakan shodaqoh,
dia adalah wanita yang senang bershodaqoh.'" Dan, sesekali Affan
berkata dalam riwayatnya dengan redaksi; "Qoshobatan nadzro`uha."
(dengan kata kerja bentuk sekarang, bukan bentuk lampau). (H.R
Ahmad bin Hanbal: 23752).
2. Kekeliruan seperti itu, ada kalanya terjadi
pula pada pemahaman ayat al-Qur’an. Seperti yang dialami ‘Adiy bin Hatim ketika
mencoba memahami Q.S. al-Baqarah: 187
Artinya:
... dan makan minumlah hingga terang bagimu
benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu
sampai (datang) malam, ...
Kemudian aku (‘Adiy
bin Hatim) mengambil dua tali igal, lalu kuletakkan di bawah bantalku.
Sebentar-sebentar aku memandanginya, sehingga telah jelas bagiku yang putih
dari yang hitam, akupun mulai berhenti makan dan minum, dan mulai berpuasa.[4]
E.
Kesimpulan
Ilmu majaz
al-hadis merupakan lafadz atau kata yang tidak menunjukkan arti sebenarnya.
Majaz ini tidak hanya terjadi pada al-hadis tetapi juga terjadi pada al-Qur’an.
Kunci utama untuk memahami majaz al-Hadis adalah dengan bisa bahasa Arab.
syukron penjelasannya... :)
BalasHapusiya sama2 kang zeer.. :)
BalasHapus