Minggu, 12 April 2015

TAFSIR MA’ALIM AT-TANZIL Karya Nurul Huda dan Wahyu Kusuma A.



TAFSIR MA’ALIM AT-TANZIL
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Studi Kitab Tafsir Klasik-Tengah
Dosen pengampu: Dr. Ahmad Baidhowi, M. Si

MAKALAH
           
Disusun oleh :
*      Nurul Huda                       (13530078)
*      Wahyu Kusuma Aji          (13530105)

ILMU STUDI AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2015




BAB II
Pembahasan

A. Biografi al-Baghawi
Al-Imam Muhyi al-Sunnah Abi Muhammad Husain bin Mas’ud bin Muhammad  al-Farra’ al-Baghawi. Nama al-Baghawi dinisbatkan pada nama salah satu desa di negri Khurasan, yakni desa Bag atau Bagsyur. Tidak ada yang tahu mengenai tanggal kelahiran beliau, menurut sumber yang valid, beliau lahir tahun 433 H (Mu’jam Buldan), sedangkan al-Zarkasyi dalam kitabnya al-A’lam menyebutkan bahwa beliau lahir pada tahun 436 H. Beliau wafat bulan Syawwal, 516 H dan dikuburkan bersebelahan dengan makam guru beliau, al-Imam al-Qadhi Husain rahimahullah.
B. Guru-guru
Tingkat kemahiran dan kemahsyuran seseorang tidak terlepas dari peran guru-guru yang membimbingnya. Diantara nama guru-guru beliau adalah
·         Al-Qadhi Husain bin Muhammad al-Maruzi, pengarang kitab at-Ta’liqoh,
·         Abu Hasan Ali bin Yusuf al-Juwaini, seorang Musnid Khurasan,
·         Abu Ali Hisan bin Said al-Mani’i,
·         Imam Abul Qasim `Abdul Karim bin Hawazin al-Qusyairi,
·         Syaikh `Abdul Wahid bin Ahmad bin Abil Qasim al-Mulaikhi al-Harawi,
·         Mufti kota Nisaphur, Abu Turab Abdul Baqi bin Yusuf bin Ali bin Shalih bin Abdul Malik al-Maraghi, pakar fikih yang bermazhab Syafi’i,
·         Imam al-Fadhil, ahli ilmu fiqih Umar bin Abdul Aziz al-Fasyani. Beliau mendengarkan Sunan Abu Dawud dari al-Qadhi Abu Amr al-Qasim bin Ja’far al-Hasyimi, dari Abu Ali al-Lu’lu-i. Lalu mengajar dan meriwayatkan kitab tersebut di Marwa.
Dan masih banyak lagi, dalam satu referensi guru-guru beliau sampai hingga 460 orang.
C. Murid-murid
Keluasan ilmu al-Baghawi menjadikan namanya masyhur pada waktu itu, sehingga banyak murid-murid berdatangan untuk menimba ilmu kepada beliau, diantaranya ;
·         Asy-Syeikh Abu Mansur, Muhammad bin As’ad bin Muhammad al-Athtori,
·         Al-Wa’id al-Muhaddis Abu al-Fatuh, Muhammad bin Abi Ja’far at-Tho’i al-Hamdani,
·         Abu Said Muhammad bin Ahmad an-Nuqani,
·         Abdur Rahman bin Abdullah al-Laitsi.
·         Hasan bin Mas’ud al-Baghawi, dll.

D. Karya-karya
Gelar Muhyi al-Sunnah diberikan karena atsar-atsarnya yang banyak memberikan manfaat diantaranya ;
1.      Tafsir Ma`aalim at-Tanziil,
2.      At-Tahdzib fi fiqh al-Imam asy-Syafi’i,
3.      Syarhus Sunnah,
4.      Mashaabiihus Sunnah,
5.      Al-Anwaar fi Syamaail an-Nabi al-Mukhtar,
6.      Al-Jam`u bayna ash-Shahihain,
7.      Majmu`ah min al-Fatawa.
E. Pendapat Ulama Terhadapnya
Al-Subki mengatakan, “Ia sering melihat al-Baghawi jarang mengambil riwayat kecuali setelah ditelitinya. Ia hanya mengutamakan riwayat yang lebih kuat dan mengungkapkannya dengan ringkas. Hal tersebut menunjukakan bahwa ia diberikan kecerdasan yang luar biasa. Dan  ia sangat berhati-hati dalam hal penelitiannya.”
Ibnu al-Imad al-Hambali bertutur : “Dia adalah pakar hadis dan tafsir, memiliki banyak karya, seorang ulama dari kota Khurasan.”
Ibnu Khalikan berkata: “Beliau adalah lautan ilmu. Menafsirkan firman Allah dan mampu menjelaskan sabda Nabi Saw yang sulit dipahami, juga meriwayatkan hadis dan mengajar. Beliau tidak menyampaikan pelajaran melainkan dalam keadaan suci. Tatkala istrinya meninggal dunia, ia tidak mengambil dari harta warisannya sedikit pun.”
F. Deskripsi Global Tafsir Ma’alim at-Tanzil
Ma’alim at-Tanzil merupakan salah satu kitab terkenal dikalangan ahli tafsir. Kitab ini cenderung terpengaruh terhadap kitab Imam Tsa’labi (al-Kasyf wal Bayan). Akan tetapi kitab ini memiliki banyak keunikan ketimbang kitab beliau. Sekalipun metode penulisannya adalah Bil Ma’tsur, namun coraknya terdiri dari ma’ani, ilmu qiraat, ahkam fiqh, untaian hikmah dan isyarat, serta beberapa pemikiran inovatif, juga hadis-hadis yang terdapat sebelumnya dalam Tafsir al-Tsa’labi. Beliau mengungkapkan alasannya mengerang kitab ini adalah untuk ;
1.      Permintaan sejumlah sahabat,
2.      Melaksanakan wasiat Rasulullah Saw, beliau mengutip hadis ;
إِنَّ رِجَالًا يَأْتُونَكُمْ مِنْ أَقْطَارِ الْأَرْضِينَ يَتَفَقَّهُونَ فِي الدِّينِ. فَإِذَا أَتَوْكُمْ فَاسْتَوْصُوا بِهِمْ خَيْرًا
“Sesungguhnya orang-orang akan mendatangi kalian dari berbagai penjuru bumi untuk mendalami agama. Apabila mereka datang kepada kalian maka berbuatbaiklah kepada mereka.”
3.      Mengikuti ulama salaf dalam melestarikan ilmu Tafsir, sekalipun tidak banyak tambahannya, akan tetapi suatu keniscayaan dalam setiap zaman untuk melakukan pentajdidan (pembaharuan), selama memungkinkan dan begitu besarnya permintaan.
Muhaqiq dari kitab ini mengesimpulkan beberapa karakter dari kitab ini sebagai berikut :
1.      Mengedepankan Tafsirsan ayat dengan bahasa yang mudah dan ringkas, kalimat yang gharib dikembalikan kepada asalnya atau mengutip ayat-ayat yang lain, hadis-hadis, atsar para sahabat, Tabiin yang mahir dalam sastra, (tidak terjebak terlalu dalam pertikaian ahli sastra mengenai sebuah makna).
2.      Dalam menjelaskan makna kandungan ayat, al-Baghawi menafsirkan-nya dengan ayat lain (menafsirkan ayat dengan ayat lain), atau dengan al-hadis maupun qaul sahabat. Seperti ketika ada ayat yang mujmal pada suatu tempat, maka di jelaskan di ayat yang lainnya, misalnya: وَيَمُدُّهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ Dengan: وَأَمْدَدْنَاكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ
3.      Al-Baghawi juga menampilkan hadis-hadis yang sahih dan lengkap dengan sanad nya, jarang sekali hadis yang dikutif tidak lengkap dengan sanadnya.
4.      Memperhatikan perbedaan beberapa Qiraat, ketika terdapat perbedaan qiraat, beliau menampilkannya, lebih-lebih perbedaan Qiraat yang menyebabkan perbedaan dalam makna, seperti ayat وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ.[1] Dibaca oleh Ahli Madinah, dan Imam Asim dengan Qaf dibaca fathah, akan tetapi ahli Qiraat yang lainnya membaca dengan kasrah, padahal ketika Qaf dibaca fathah:
أقررن أي الزمن فى بيوتكن من قولهم قررت بالمكان أقر قرارًا
Sementara jika Qaf nya di kasrah-kan maka artinya:
كُنَّ أهل وقار وسكون، من قولهم: وقر فلان يقر وقورًا إذا سكن واطمأن
5.      Jika perbedaan antara ahli ra’yi dan dan ahli sunnah, al-Baghawi selalu memperkuat ahli sunnah, dan memberi penjelasan secara naqli dan akal, contoh penafsirannya mengenai ayat:لَا تُدْرِكُهُ الْأَبْصَارُ dengan
 وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ }  وقوله تعالى: { كَلَّا إِنَّهُمْ عَنْ رَبِّهِمْ يَوْمَئِذٍ لَمَحْجُوبُونَ }
Selanjutnya al-Baghawi juga menjelaskan hadis nabi mengenai melihat Allah, dan selanjutnya beliau membedakan makna idrak dengan makna ru’yah.
6.      Terkadang beliau juga memasukkan kisah-kisah isra’iliyyat untuk menafsiri ayat tertentu.
G. Sumber Penafsiran
Secara keseluruhan, penafsiran beliau bersumber dari ;
1.      Atsar as-Sahabah baik perkataan atau riwayat dari kalangan para sahabat dan tabi’in. Seperti, Ibnu Abbas dan Ibnu Umar.
2.      Hukum-hukum kebahasaan yang terdapat dalam al-Qur’an, dalil-dalil kebahasaan (kitab kebahasaan) dan juga syair-syair untuk menjelaskan makna ayat.
3.      Sejarah Nabi.
4.      Ia mengambil banyak dari para ulama qiro’at.
5.      Kisah-kisah isra’iliyyat.
Dalam menafsirkan Al-Qur’an beliau mengutip atsar para salaf dengan meringkas sanad-sanadnya. Beliau juga membahas kaidah-kaidah tata bahasa dan hukum-hukum fiqih secara panjang lebar. Tafsir ini juga banyak memuat kisah-kisah dan cerita sehingga kita juga bisa menemukan diantaranya kisah-kisah Isra’iliyyat yang ternyata bathil (menyelisihi syariat dan tak rasional). Namun secara umum, tafsir ini lebih baik dan lebih selamat dibanding sebagian kitab-kitab tafsir bil ma’tsur lain.
Imam Ibnu Taimiyah pernah ditanya tentang tafsir yang paling dekat dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah diantara Al-kassyaf, Al-Qurtubi atau Al-Baghawi. Beliau menjawab, “Adapun diantara tiga tafsir yang ditanyakan, tafsir yang paling selamat dari bid’ah dan hadis dhaif adalah Tafsir Al-Baghawi, bahkan ia adalah ringkasan tafsir al-Tsa’labi dimana beliau menghapus hadis palsu dan bid’ah di dalamnya”.


BAB III
Kesimpulan

Imam al-Baghawi, seorang ulama yang turut mewarnai wajah penafsiran al-Qur’an. Melalui karya-karyanya khususnya Ma’alim at-Tanzil, menjadikan beliau sebagai ulama yang tersohor. Isi dari kitab banyak membahas berbagai tafsiran ayat dengan sudut-sudut pandang yang beragam, seperti terdapat bahasan Fiqih, Qiraat, Sejarah, bahkan hingga kisah-kisah israiliyyat. Yang menjadikan kitab ini agung diantara kitab-kitab yang lain adalah sedikitnya penggunaan hadis-hadis dhoif dalam memberikan penafsiran. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Taimiyah bahwa beliau pernah ditanya tentang tafsir yang paling dekat dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah diantara Al-kassyaf, Al-Qurtubi atau Al-Baghawi. Beliau menjawab, “Adapun diantara tiga tafsir yang ditanyakan, tafsir yang paling selamat dari bid’ah dan hadis dhaif adalah Tafsir Al-Baghawi, bahkan ia adalah ringkasan tafsir al-Tsa’labi dimana beliau menghapus hadis palsu dan bid’ah di dalamnya”.


Daftar Pustaka
1.      Al-Baghawi. Ma’alim at-Tanzil. Dar al-Thaiyyibah, Riyadh.
2.      Aplikasi al-Qur’an al-Karim.




[1] Qs. al-Ahzab :33

1 komentar:

  1. Apakah kamu sudah tau prediksi mbah jambrong yang jitu? bila belum baca Prediksi jitu mbah jambrong

    BalasHapus