A. Latar
Belakang
Islam
sebagai agama mempunyai ketetapan berupa syariat yang wajib ditaati dan diikuti
oleh pemeluknya, dimana syariat yang digariskan oleh Allah SWT melalui
Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW berbeda dengan syariat agama lainnya, baik
dalam segi ibadah maupun muamalah termasuk tata dan pola perilaku kehidupan
sehari-hari. Namun, ternyata dewasa ini banyak sekali muncul perilaku umat
Islam yang mengekor kepada perilaku umat Yahudi diluar Islam. Gambaran nyata
yang disebutkan diatas adalah realita yang tidak dapat dipungkiri, karena
ternyata mereka-mereka yang mengaku dirinya sebagai umat Islam penampilannya
sudah menyatu dengan penampilan orang Yahudi dan sudah sulit membedakan satu
sama lainnya.
Tidak
hanya dari segi penampilan saja yang sulit membedakan antara umat Islam dengan
mereka yang diluar Islam, bahkan dari segi kebiasaan, perbuatan, dan tradisi
dalam kehidupan sehari-hari juga tidak nampak menonjol ciri khas keislamannya.
Hal demikian karena apa-apa yang menjadi ciri khas orang-orang diluar Islam
dalam kehidupan sehari-harinya juga telah dilakukan dan dihayati oleh sebagian
besar umat Islam. Sebagian besar mereka yang beragama Islam beranggapan bahwa
apa yang dilakukan oleh mereka sama seperti yang dilakukan orang-orang non
Islam adalah hal yang lumrah yang tidak perlu dipermasalahkan. Padahal tanpa
disadari mereka telah melakukan penyimpangan terhadap syariat Islam yang telah
digariskan.
Oleh
karena itu, sepatutnya umat Islam mengetahui adab dan akhlak yang menjadi ciri
muslim sesungguhnya. Dalam makalah ini, kelompok satu mencoba mengungkap Tafsir Q.S. Ali-Imran ayat
78 dan Q.S. Al-Maidah ayat 41 serta ayat-ayat al-Qur’an lainnya yang
menyinggung sifat-sifat Yahudi yang mesti dijauhi oleh seorang muslim.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
saja perilaku Yahudi yang secara tidak langsung dilakukan oleh seorang muslim
menurut Q.S. Ali-Imran ayat 78 dan Q.S. ayat al- Maidah ayt 41?
2. Apa
saja ayat-ayat yang memiliki relevansi terhadap kedua ayat tersebut?
PEMBAHASAN
A. Perilaku Yahudi
dalam Q.S. Ali-Imran: 78
Dinamisasi
kehidupan ummat sangat dipengaruhi oleh lingkungan, baik secara individu maupun
publik. Tidak terkecuali perilaku dan tabiat. Yahudi merupakan salah satu
golongan yang sangat keras terhadap ummat Islam, Allah SWT berfirman:
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى
تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ
اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ
اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ
وَلَا نَصِيرٍ
Artinya:
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu
mengikuti agama mereka.” (QS. Al Baqarah: 120)
Berikut ini
sifat dan perilaku Yahudi yang secara tidak langsung dilakukan oleh seorang
muslim menurut Surat Ali-Imran ayat 78:
1. Tidak menjaga amanah
Allah SWT berfirman:
وَإِنَّ مِنْهُمْ لَفَرِيقًا
يَلْوُونَ أَلْسِنَتَهُمْ بِالْكِتَابِ لِتَحْسَبُوهُ مِنَ الْكِتَابِ وَمَا هُوَ
مِنَ الْكِتَابِ وَيَقُولُونَ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَمَا هُوَ مِنْ عِنْدِ
اللَّهِ وَيَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Artinya:
“Diantara mereka sungguh ada segolongan yang merubah ucapan mereka dalam
membaca Al-Kitab supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari
Al-Kitab, padahal ia bukan dari Al-Kitab dan mereka mengatakan, “ia dari sisi
Allah”, padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta atas nama Allah,
sedang mereka mengetahuinya.” [1]
Para pendeta Yahudi melakukan
kutipan kata-kata yang berasal dari pemuka agama mereka kemudian menyisipkannya
dalam rangkaian pembacaan kitab suci mereka dalam rangka mengelabui ummat
Islam. Dengan secara semacam ini diharapkan umat Islam percaya bahwa kata-kata
yang mereka baca itu berasal dari sisi Allah swt. Padahal sebenarnya itu buatan
mereka sendiri. [2]
2. Kaum yang senang berdusta
Ayat ini pun menjelaskan bahwa kaum Yahudi sangat senang berdusta.
Dusta yang dilakukan oleh kaum Yahudi dengan kedok agama Allah adalah tindakan
yang sengaja, bukan kekeliruan.
Oleh karena itu, orang Yahudi
terkenal sebagai orang yang tidak menjaga amanah (contohnya mereka mengubah isi
al Kitab dan mengelabui umat Islam dengan menyampaikan sesuatu yang berbeda
dari isi al Kitab) dan dikenal sebagai pendusta atas nama Tuhan. Padahal
berbohong atas nama Rasul saja tidak boleh apalagi atas nama Tuhan. Sebagaimana
sabda Nabi Saw:
من كذب علي متعمدا فليتبوأمقعده من
النار
Artinya: Dari
Abi Hurairah, ia berkata. Telah bersabda Rasulullah SAW: "Barang siapa
yang berdusta atasku (yakni atas namaku) dengan sengaja, maka hendaklah ia
mengambil tempat duduknya (yakni tempat tinggalnya) di neraka". (Hadits
shahih dikeluarkan oleh Imam Bukhari (1/36) dan Muslim (1/8) dll).
Penyakit Yahudi semacam ini juga
menimpa sebagian besar umat Islam sekarang. Mereka punya anggapan sudah pasti
masuk surga, biar dosa apapun yang mereka lakukan karena mereka memiliki keyakinan
bahwa setiap orang Islam pasti akan mendapat pertolongan Nabi, asalkan mengaku
beragama Islam walaupun tidak melaksanakan syari’at Islam, bahkan melakukan
perbuatan yang biasa dilakukan orang kafir atau munafik. [3]
B.
Perilaku Yahudi dalam Q.S. Al-Maidah: 41
1. Antara yang diucapkan dan di hatinya berbeda
Allah SWT berfirman :
يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ لَا
يَحْزُنْكَ الَّذِينَ يُسَارِعُونَ فِي الْكُفْرِ مِنَ الَّذِينَ قَالُوا آمَنَّا
بِأَفْوَاهِهِمْ وَلَمْ تُؤْمِنْ قُلُوبُهُمْ ۛ
ه وَمِنَ الَّذِينَ َادُوا ۛ سَمَّاعُونَ لِلْكَذِبِ
سَمَّاعُونَ لِقَوْمٍ آخَرِينَ لَمْ يَأْتُوكَ ۖ يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ مِنْ
بَعْدِ مَوَاضِعِهِ ۖ يَقُولُونَ إِنْ أُوتِيتُمْ هَٰذَا فَخُذُوهُ وَإِنْ لَمْ
تُؤْتَوْهُ فَاحْذَرُوا ۚ وَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ فِتْنَتَهُ فَلَنْ تَمْلِكَ لَهُ
مِنَ اللَّهِ شَيْئًا ۚ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ لَمْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يُطَهِّرَ
قُلُوبَهُمْ ۚ لَهُمْ فِي الدُّنْيَا خِزْيٌۖ وَلَهُمْ فِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ
عَظِيم
Artinya
: “Hari Rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang
bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, yaitu diantara orang-orang yang
mengatakan dengan mulut mereka: "Kami telah beriman", padahal hati
mereka belum beriman; dan (juga) di antara orang-orang Yahudi. (Orang-orang
Yahudi itu) amat suka mendengar (berita-berita) bohong dan amat suka mendengar
perkataan-perkataan orang lain yang belum pernah datang kepadamu; mereka
merubah perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-tempatnya. Mereka mengatakan:
"Jika diberikan ini (yang sudah di rubah-rubah oleh mereka) kepada kamu,
maka terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini maka hati-hatilah".
Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekali-kali kamu tidak
akan mampu menolak sesuatupun (yang datang) daripada Allah. Mereka itu adalah
orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka. Mereka beroleh
kehinaan di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.” (QS:
Al-Maidah Ayat: 41)
Al-Mutsana menceritakan kepadaku, ia
berkata : Abu Shalih, juru tulis al-Laits, menceritakan kepada kami, ia berkata
: Uqail menceritakan kepadaku dari Ibnu Syihab, ia berkata : seorang laki-laki
dari Muzaimah mengabarkan kepadaku dari orang yang mendalam ilmunya, ia
menceritakan dari Sa’id bin Musayyab, bahwa Abu Hurairah berkata : ketika kami
bersama Rasulullah SAW, seorang laki-laki dari kaum Yahudi datang kepada
beliau. Kaum Yahudi telah bermusyawarah untuk menetapkan hukuman bagi pelaku
zina yang telah muhshan. Sebagian dari mereka berkata kepada sebagian
lainnya, “sesunggunya Nabi ini benar-benar telah diutus, dan kalian mengetahui
bahwa kalian telah diwajibkan untuk menegakkan hukum rajam seperti yang
tercatat dalam Taurat, namun kalian menyembunyikannya dan berdamai mengenai
hukuman tersebut dengan hukuman yang lebih ringan. Sekarang, mari kita pergi
untuk menanyakannya kepada Nabi itu. Apabila ia menyatakan sesuai dengan yang
ada di dalam Taurat, yaitu rajam, maka kita tinggalkan dia, sebagaimana kita
tinggalkan hukum yang ada di dalam Taurat, padahal ia lebih pantas untuk
dijadikan pegangan dan diikuti. [4]
Merekapun mendatangi Rasulullah SAW dan
berkata, “wahai Abu al-Qasim, sesungguhnya sesorang diantara kami telah
berzina, padahal ia telah muhshan (menikah), apakah hukuman yang harus
diberikan padanya ?” Rasulullah tidak menjawabnya, lalu beliau berdiri dan
kamipun berdiri bersama beliau, lalu pergi menemui pemimpin alim Yahudi, dan
mendapati mereka sedang mengaji Taurat di majelis pengajian Taurat. Nabi
Muhammad SAW berkata kepada mereka, “wahai sekalian kaum Yahudi ! Aku
menyumpah kalian atas nama Tuhan yang telah menurunkan Taurat kepada Musa,
apakah yang kalian temukan di dalam Taurat mengenai hukuman bagi orang yang
melakukan zina muhshan?” mereka menjawab, “kami mendapati hendaknya ia
dicoreng dengan arang dan dicambuk.
Namun orang yang alim di antara mereka
hanya diam di sisi majelis, maka ketika beliau melihatnya hanya terdiam, beliau
mendatanginya dan mendesaknya dengan pertanyaan yang sebelumnya. Orang alim
itupun berkata, “baiklah, jika engkau bersikeras, kami mendapati hendaknya
dihukum dengan rajam.” Rasulullah SAW kemudian berkata kepadanya, “lalu
apakah yang mengubah hukum Allah ?” ia menjawab, “keponakan seorang
penguasa melakukan zina, dan penguasa iu tidak merajamnya. Lalu ada seseorang
dari kalangan rakyat biasa yang berzina, dan penguasa tersebut hendak
merajamnya, maka kaumnya berseru, ‘demi Allah, janganlah kau merajamnya hingga
kau merajam keponakanmu’. Merekapun bersepakat untuk mengganti hukum rajam
dengan yang lebih ringan, dan merekapun tidak mengindahkan hukum rajam.
“Rasulullah SAW lalu berkata, “sesungguhnya aku memutuskan dengan apa yang
ada dalam Taurat”.[5]
Lalu Allah menurunkan ayat diatas.
Asbabun Nuzul ayat tersebut mengisahkan
bagaimana watak Yahudi yang munafik (apa yang di ucapkan tidak sejalan dengan
hatinya). Senang sekali mendengar berita-berita bohong atau berita-berita buruk
yang belum tentu kebenarannya. Dalam kontek umat Islam, seringkali ditemui
saudara muslim lainnya yang suka menyaksikan acara infotainment, mendengar berita yang belum tentu benar bahkan
membenarkan kabar tersebut dan juga mengubah kata-kata dari makna yang
sebenarnya.
C.
Ayat-Ayat Lain yang Bersangkutan
1. Sifat
Rakus dan Mencintai Kesenangan Dunia
وَلَتَجِدَنَّهُمْ
أَحْرَصَ النَّاسِ عَلَىٰ حَيَاةٍ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا ۚ يَوَدُّ
أَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ أَلْفَ سَنَةٍ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهِ مِنَ
الْعَذَابِ أَنْ يُعَمَّرَ ۗ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا يَعْمَلُونَ
Artinya : “Dan sungguh kamu akan
mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan
(lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar
diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan
menjauhkannya daripada siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” [6]
Bangsa Yahudi merupakan
manusia yang paling serakah terhadap dunia, sekalipun dibanding orang-orang
musyrik. Firman Alah yang berbunyi: “bahkan melebihi orang-orang musyrik”,
adalah sebagai kalimat penghinaan terhadap mereka. Karena memang orang-orang musyrik
tidak percaya pada hari kebangkitan dan hanya mengenal kehidupan dunia ini
saja, maka bukanlah hal yang aneh kalau mereka serakah kepada kehidupan dunia
saja. Adapaun orang yang beriman kepada kitab Allah dan mengakui adanya hari
pembalasan, maka seharusnya dia tidak serakah kepada kehidupan ini.[7]
Saat ini banyak orang-orang muslim yang berlomba
–lomba untuk mencari kesenangan dunia layaknya orang Yahudi. Perilaku tersebut
diantaranya semakin maraknya kasus korupsi yang dilakukan oleh orang muslim dan
perebutan kekuasaan demi menempati jabatan tertinggi di pemerintahan.
2. Sifat Sombong
قُلْ يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ هَادُوا إِنْ زَعَمْتُمْ أَنَّكُمْ أَوْلِيَاءُ لِلَّهِ مِنْ
دُونِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُم صَادِقِين
Artinya: Katakanlah:
"Hai orang-orang yang menganut agama Yahudi, jika kamu mendakwakan bahwa
sesungguhnya kamu sajalah kekasih Allah bukan manusia-manusia yang lain, maka
harapkanlah kematianmu, jika kamu adalah orang-orang yang benar ". [8]
Sombong, tinggi hati
dan rasis adalah sifat tercela yang dimiliki Kaum Yahudi sepanjang sejarah
mereka. Mereka menganggap diri mereka sebagai manusia yang paling mulia yang
berada di puncak. Begitu pula yang terjadi di kalangan umat muslim saat ini,
begitu banyak umat muslim yang lebih senang memamerkan segala apa yang dimiliknya
layaknya umat Yahudi.
3. Sifat
Lebih Takut Pada Manusia daripada Allah
إِنَّا
أَنْزَلْنَا التَّوْرَاةَ فِيهَا هُدًى وَنُورٌ ۚ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّونَ
الَّذِينَ أَسْلَمُوا لِلَّذِينَ هَادُوا وَالرَّبَّانِيُّونَ وَالْأَحْبَارُ
بِمَا اسْتُحْفِظُوا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ وَكَانُوا عَلَيْهِ شُهَدَاءَ ۚ فَلَا
تَخْشَوُا النَّاسَ وَاخْشَوْنِ وَلَا تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلًا ۚ
وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ
فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah
menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi),
yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang
menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta
mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka
menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia,
(tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga
yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan
Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir”. [9]
Sebagaimana orang
Yahudi, orang muslim saat ini lebih banyak yang takut pada sesamanya daripada
takut pada Allah SWT. Misalnya adalah orang muslim yang lebih takut pada atasan
kerjanya jika dia tidak atau terlambat mengerjakan tugasnya dari pada takut
pada Allah jika tidak mengerjakan shalat.
4. Menganggap
Dirinya Paling Pandai
سَيَقُولُ
السُّفَهَاءُ مِنَ النَّاسِ مَا وَلَّاهُمْ عَنْ قِبْلَتِهِمُ الَّتِي كَانُوا
عَلَيْهَا ۚ قُلْ لِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ ۚ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ
إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Artinya : Orang-orang yang kurang akalnya diantara
manusia akan berkata: "Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari
kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?"
Katakanlah: "Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk
kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus"[10]
Bangsa Yahudi selalu
menganggap bahwa dirinya adaah yang paling pintar dari manusia lainnya. Sifat
tersebut tercermin pula dalam diri umat Islam saat ini. begitu banyak umat
Islam yang menganggap bahwa dirinya adalah orang yang paling pandai dan paling
bena sehingga tidak mau mendengarkan omonga dan nasehat dari orang lain.
5. Menganggap
Dagang dan Riba Sama Saja
الَّذِينَ
يَأْكُلُونَ الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ
الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ
مِثْلُ الرِّبَا ۗ وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا ۚ فَمَنْ
جَاءَهُ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَانْتَهَىٰ فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى
اللَّهِ ۖ وَمَنْ عَادَ فَأُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا
خَالِدُون
Artinya : “Orang-orang
yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya
orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka
yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya
jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari
Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang
telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah
penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”.[11]
Bangsa Yahudi
menghalalkan Riba, karena beranggapan bahwa keuntungan dengan berjual-beli dan
keuntungan membungakan uang sama saja. Begitu pula yang terjadi di kalangan
umat muslim saat ini. Begitu banyak tindak riba yang di lakukan umat muslim
dalam kehidupan sehari-hari.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Tingkah laku
dalam keseharian kaum Yahudi sudah sangat sulit dibedakan dengan tingkah laku
ummat Islam. Hal tersebut sudah terlihat dari gambaran yang nyata bahwa apa
yang dilakukan oleh kalangan Yahudi juga diperbuat, ditiru dan diikuti oleh
kaum Muslim. Hal demikian karena yang menjadi ciri khas orang –orang diluar
Islam dalam kehidupan sehari-harinya juga telah dilakukan dan dihayati oleh
sebagian besar umat Islam.
Ummat Islam
yang meniru perilaku Yahudi tersebut beranggapan bahwa apa yang dilakukannya
adalah hal yang lumrah yang tidak perlu dipermasalahkan. Padahal tanpa disadari
mereka telah melakukan penyimpangan terhadap syari’at Islam yang telah
digariskan. Padahal syari’at Islam melarang keras umatnya untuk mengikuti,
meniru dan menyerupai orang-orang dari kalangan non Muslim, karena Islam
memiliki syari’at yang berbeda yang didalamnya telah diatur segala hal sampai
yang terkecil secara sempurna.
Seperti
halnya yang di singgung dari surah ali- Imran ayat 78 dan al-Maidah ayat 41,
mengenai kaum Yahudi yang suka berdusta
dan congkang dalam kebenaran dari kitab
Allah,mereka senantiasa mengingkarinya. Hal itulah yang sering kita jumpai
dalam kehidupan sebagian kaum Muslim
sekarang. Oleh karena itu, kaum muslimin wajib menjauhi segala bentuk
meniru-niru, mengikuti dan menyerupai apa saja dari kaum Yahudi.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ja'far, Muhammad. Tafsir
At-Thabari. Jakarta: Pustaka Azzam, 2008.
Thalib, Muhammad. 76 Karakter Yahudi dalam al-Qur'an. Solo: Pustaka
Mantiq, 1992.
[1]
QS. Ali-Imran [2]: 78
[2]
Muhammad Thalib, 76 Karakter Yahudi dalam al-Qur’an ( Solo: Pustaka Mantiq, 1992), hlm. 116.
[3]
Muhammad Thalib, 76 Karakter Yahudi dalam
al-Qur’an, hlm 117.
[4]
Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari, terj. Akhmad
Affandi (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008) hlm.881
[5]
Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari, terj.
Akhmad Affandi, hlm.882
[6]
QS.Al-Baqarah [1]:96
[7]
Muhammad Thalib, 76 Karakter Yahudi dalam
al-Qur’an, hlm 61.
[8]
QS.Al-Jumuah [61 ]:6
[9]
QS.Al-Maidah [4 ]: 44
[10]
QS.Al-Baqarah [1]:142
[11]
QS.Al-Baqarah[1]:275